Instagram menjadi media sosial yang begitu digandrungi masyarakat saat ini. Dan oleh alasannya adalah itu, dewasa ini bisa dibilang saya “banting setir” dari SEO ke Instagram marketing.
Banyak hal yang mempesona yang saya alami, dan hal menawan itulah yang ingin saya bagikan pada goresan pena ini.
Sejujurnya, aku sempat menerka bahwa Instagram itu nggak jauh beda dengan contoh di Facebook. Dan aku sempat berfikir, gampanglah buat nglakuinnya. Ya secara tulisan saya di FB saja kadang-kadang banjir like, comment dan share.
Sayangnya, perkiraan saya meleset total. Dan hal yang paling fundamental dari itu semua terletak pada taktik.
Secara biasa , pengguna media sosial Facebook mempunyai kecenderungan menyukai konten yang bersifat tekstual (ya walaupun harus diakui bahwa banyak juga yang bacanya hanya sepotong). Dilain segi, pengguna Instagram lebih mempunyai kecenderungan menyukai konten yang bersifat visual. Bahkan berdasarkan pengalaman aku, percuma mau nulis caption yang panjangnya kaya rel kereta api. Ujungnya tetep dapet pertanyaan yang itu-itu aja.
So, it’s different. Totally different.
Dari situ, risikonya saya banyak mencar ilmu hal gres. Mulai dari fotografi, sampai editing gambar. Sesuatu yang sejujurnya diluar minat dan bakat saja.
Banyak hal yang saya coba setahun dewasa ini. Entah berapa waktu, tenaga dan anggapan yang terbuang. Dan intinya, sistem saya mencar ilmu adalah dengan cara ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Tapi bedanya saya punya suatu prinsip, ATM tujuannya yakni mengecek bukan menyontek. Kaprikornus hal terpenting dalam analisa saya yakni memperoleh “titik lemah” dari para kompetitor aku, dan disitulah pintu masuk aku.
Pada karenanya sesudah melaksanakan banyak hal, aku memperoleh teladan “semi” baku yang masih aku terus kembangkan hingga tulisan ini aku terbitkan. Dan pola-contoh tersebut kurang lebih yakni sebagai berikut:
1. Username
Sebuah pengalaman unik yang tanpa sengaja aku temukan disini.
Singkatnya, anggaplah aku membangun suatu akun Instagram dengan nama @bixbux, dan akun Instagram ini aku tujukan untuk para praktisi SEO. Berdasarkan pengalaman aku, akun @bixbux ini akan tetap growth dari sisi followers, namun akan sangat jauh berlawanan growth-nya ketika username yang saya gunakan adalah @mastahseo misalnya.
Akun dengan username yang condong spesifik ke target akan lebih cepat perkembangan followers-nya.
2. Konten
Apapun medianya konten senantiasa memiliki peran penting dalam hal marketing.
Dalam urusan konten, stidaknya ada 3 poin kekurangan kompetitor yang bisa jadi senjata aku.
- Konten hasil repost
- Konten ngasal
- Manajemen konten yang ngasal
Terkait konten hasil repost ini, terperinci ini merupakan celah aku untuk lebih “pro” dari segi konten. Untuk itu aku bela-belain untuk belajar fotografi dan editing.
Terkait konten yang ngasal, aku menyaksikan begitu banyak orang yang hanya sekadar upload gambar seadanya. Hasil observasi saya soal ini yang paling awut-awutan yaitu dikala melaksanakan upload terkait testimoni. Ngasal, asal capture dan upload. Hasilnya ya reaksi orang biasa-umumaja.
Beda jika testimoni kita pengemasan dengan design yang elok. Misalnya mirip ini.
Poin ketiga yakni administrasi konten. Ini juga sungguh banyak yang awut-awutan.
Saya dulu sering bertanya ke diri saya, kenapa akun A dan akun B ini bisa beda hasilnya. Alhasil saya memperoleh sebuah jawaban ketika ngobrol dengan salah satu orang yang namanya gak mau saya sebut.
Dan jawabannya yaitu pada administrasi konten.
Pengguna Instagram itu suka kepo, suka scrolling timeline sebelum akhirnya memutuskan buat follow. Dan tentunya keputusan mereka untuk mengikuti sebuah akun adalah menyukai kontennya dan menunggu update terbarunya.
Misalnya kaya akun dibawah ini, asik gitu ngeliatnya.
Terkait administrasi konten ini, secara garis besar kita harus mengetahui penataan konten yang bagus. Singkatnya, Instagram menampikan daftar gambar dalam format 3 kolom. 3 kolom ini mesti kita atur sedemikian rupa biar mempesona ketika orang kepoin akun Instagram kita sebelum follow.
Misalnya bila pada baris pertama kita konsentrasi ke foto produk, isi 3 kolom tersebut dengan gambar produk kita. Baru lalu nanti pada baris kedua, kita mengisi 3 kolom contohnya untuk konten edukasi atau testimoni.
Dengan begitu akan ada nilai seni dari konten kita, dan bukankah itu tujuan Instagram dibentuk?
Baca juga: Cara upload foto di Instagram melalui PC
3. Hastag
Pada dasarnya, ini teknik busuk. Cuma saya ingin menekankan bahwa gak semua hastag itu efektif. Pemilihan hastag tidak bisa menurut seberapa banyak orang yang menggunakan. Jadi mesti tepat dalam memilihnya.
Anggaplah ada suatu hastag yang dipakai jutaan orang, tapi ternyata orang-orang yang menelusuri hastag tersebut adalah sesama pedagang . Jadinya salah sasaran bo.
Untuk masalah hastag ini, memang kita mesti melaksanakan analisa yang mendalam. Umumnya saya menggunakan hastag dengan memanfaatkan sedikit pengetahuan aku di dunia SEO.
Di SEO, kita mengenal perumpamaan search intent, sebuah teknis dalam menentukan kecenderungan suatu keyword.
Misalnya: Kursus SEO dan Belajar SEO. Keduanya serupa, tapi memiliki search intent yang berbeda. Orang yang mengetik kursus SEO memiliki kecenderungan untuk mencari tempat kursus SEO berbayar, sementara orang yang mengetik berguru SEO memiliki kecenderungan untuk mencari tutorial gratis.
Begitupula dengan suatu hastag di Instagram.
Selain hal diatas, kita sebenarnya juga mampu memakai hastag berdasarkan kata kunciyang biasanya digunakan orang untuk mencari info di Google. Bisa gunakan tools dari Google mirip Keyword Planner, Google Trends, atau tools berbayar mirip misalnya ahrefs dan semrush.
4. Auto DM ke Followers gres
Ini juga teknis busuk. Tapi satu hal yang aku penyesuaian disini ialah mengarahkan followers gres ke landing page.
Hi @username, terima kasih telah mengikuti @bixbux. Jika Anda ingin tau dengan produk kami, silahkan datangi bixbux.com untuk membaca detil lengkapnya ya 🙂
Tujuannya terang, custom audience untuk FB/IG Ads. Untuk ini, saya eksklusif menggunakan tools bikinan tim saya sendiri (dan tidak untuk dijual). Tapi diluaran sana ada banyak yang memasarkan.
5. Upgrade ke Akun Bisnis
Ya, ini poin penting semoga kita tahu statistik dari akun yang kita kelola. Dari situ, kita bisa melihat konten-konten mana yang efektif, kemudian selanjutnya kita bisa menciptakan konten yang serupa. Kita juga bisa tahu jam-jam efektif posting dengan akun bisnis.
6. Konsisten
Ini kunci terakhir. Tanpa ini percuma.
Bagi aku, hal paling penting dalam membangun sebuah bisnis yaitu sustainable and growth. Bukan mati terus membuatlagi. Untuk itu, penting untuk serius dan konsisten.
Sumber harus di isi