Blockchain Untuk Melawan Monopoli Digital Sedang Dipelajari Oleh Regulator

 


Para pengawas kompetisi tidak sehat atau antitrust mulai bersiap untuk peperangan baru melawan monopoli berbasiskan data digital, penegak antitrust mungkin menyaksikan blockchain selaku cara untuk menerima data jujur dari perusahaan yang tidak mereka percayai.


Di pertengahan Januari 2021, Departemen Kehakiman memberitahukan bahwa mereka akan ikut serta dalam inisiatif baru di Universitas Stanford untuk mengikutsertakan alat teknologi yang lebih maju ke dalam perjuangannya melawan monopoli. Dept kehakiman (Dept. of Justice/DoJ) ialah salah satu instituasi paling vokal untuk proyek Antitrust Komputasi Stanford. DoJ bergabung dengan pengawas persaingan dari 46 negara lain dan Komisi Perdagangan Federal AS.


Pengumuman ini merupakan bab dari lonjakan minat yang luas kepada teknologi dan hukum antitrust, yang merupakan puncak dari banyaknya gerakan baik dari golongan akademisi maupun regulator global. Kemudian pada hari Selasa, pemimpin antitrust DoJ, Makan Delrahim menawarkan pidato perpisahan di Pusat Kebijakan Sains & Teknologi Duke University dimana Ia meminta divisi antitrust untuk memperbarui kapabilitas teknologinya. Dalam sambutannya di bulan Agustus, Delrahim telah mengedepankan kesanggupan blockchain untuk mendesentralisasikan informasi selaku hal yang penting untuk periode depan antitrust.


Baca juga : Alasan Programmer perlu berguru blockchain


“Saya berharap divisi ini akan memainkan peran yang penting dalam memastikan kondisi pasar aman untuk melepaskan kesempatanblockchain yang bersifat revolusioner.”


Sebelum kepergiannya, Delrahim telah mengambil banyak langkah untuk menjinjing DoJ kembali ke sekolah untuk teknologi yang sedang meningkat ini. DoJ mempromosikan bahwa mereka sudah menunjukkan pengacara dan staf kesempatan untuk mengambil kursus yang berkonsentrasi pada blockchain, AI, dan machine learning di MIT Sloan School, kebetulan dimana kemungkinan ketua SEC Gary Gensler dahulu mengajar kursus ihwal blockchain.


Projek Computational Antitrust ini baru dipublikasikan pada hari Senin dimana projek ini bermaksud untuk menyatukan akademisi yang berasal dari banyak sekali latar belakang yang berlainan (hukum, ilmu komputer, ekonomi, dan lainnya) dengan developer, pembuat kebijakan dan regulator. Bersamaan dengan pengumuman program tersebut, Thibault Schrepel yang merupakan profesor pendiri, menerbitkan tujuan untuk penelitian dengan visi sebagai berikut:


“Dunia di mana AI dan blockchain yang digabungkan dengan komputasi kuantum akan segera menawarkan sumbangan berguna dengan memungkinkan adanya pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas dunia.”


Semester trend gugur yang kemudian, Schrepel meninggalkan Harvard dan bergabung dengan program CodeX Stanford yang lebih luas. Berdasarkan perintah administrator Roland Vogl, penelitian Schrepel telah naik ke status proyek independen dalam CodeX. Tapi apa sebetulnya yang mau dikerjakan oleh oleh 48 agensi yang sudah menandatangani proyek ini? Dr. Schrepel menginformasikan bahwa agensi-agensi tersebut juga akan mengirimi CodeX bantuan tahunan singkat yang merinci semua tindakan yang diambil untuk memodernisasi praktik mereka yang menggunakan komputasi teknologi.


“Siapapun dapat mempelajari tentang machine learning, pemrosesan bahasa alami atau Natural Language Processing dan mengerti teknik lain seperti scraping. Blockchain juga disebutkan sebagai cara untuk memutuskan integritas database yang diantarke agensi dan contohnya, memungkinan smart contract untuk memutuskan implementasi dari kesepakatan sikap.”


Saat di Harvard, Schrepel menulis secara ekstensif perihal tugas blockchain dalam memerangi sikap antikompetitif di samping mekanisme hukum yang pada kesudahannya menciptakan Vitalik Buterin bergabung dengan idenya. Dan sementara ide ini digaungkan lebih kencang di dunia akademis, mereka menyaksikan resonansi baru di antara para regulator. Banyak negara sudah menghabiskan setahun terakhir membersihkan artileri antitrust mereka dan mengarahkannya langsung ke industri teknologi. DoJ gres-gres ini menghentikan akusisi Visa atas Plaid. FTC sudah menggugat Facebook dan mengantarkan tuntutan ke sejumlah platform media sosial yang lain dan meminta mereka untuk menjawab bagaimana mereka memakai data pengguna.


Sementara itu, China sepertinya melaksanakan hal yang sama dengan industri teknologi di negaranya, gres-baru ini membatalkan IPO perdana dari Ant Group dan menciptakan  Jack Ma menghilang dari publik selama beberapa bulan. Uni Eropa, di sisi lain sudah melaksanakan serangan yang paling menonjol kepada perusahaan teknologi (pada umumnya Amerika) di bawah naungan General Data Protection Regulation.


 


 



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama