Ini lagi rame. Halaman internet nyata selaku redirect untuk laman yang diblokir oleh Kemkominfo ternyata menyimpan banyak misteri. Misteri terbesarnya yakni : kemana uang hasil iklan adsense yang nongol di laman internet positif?
Sebetulnya ini info busuk. Tapi gak pernah ada jawabannya. Semua internet marketer tahu bahwa iklan itu nongol dengan sengaja dan niscaya ada yang klik. Ini kayak riddle : duluan mana telor apa ayam? Gak pernah ada jawaban niscaya yang muncul. Sepertinya memang sengaja digantungin. Emang lezat? Hih.
Persoalan muncul ketika akun twitter @lantip mempermasalahkan ini beberapa hari yang kemudian. Status yang sudah dibagikan lebih dari 6.500 kali itu mulanya mempertanyakan uang hasil iklan kemana dan kemudian juga secara pelan namun pasti mempertanyakan juga kontrol kepada konten iklan yang muncul.
Hipotesisnya begini : Pemerintah (c.q Kemkominfo) melarang kita untuk melihat sebuah halaman (dengan perkiraan kita melihat laman yang negatif), tetapi justru diarahkan ke laman internet konkret yang isi iklannya sering kali (negatif) gambar wanita sexy, iklan judi atau bahkan kerap kali hal-hal yang berbau pornografi. Olrait!
dear @kemkominfo tiap kali laman diblokir, aku selalu dialihkan ke laman internetpositif. Di laman itu ada google ads, kemanakah uangnya mengalir?
Apakah negara memang berkontribusi memperkaya satu orang dengan memaksa seluruh warga mengakses lamannya? pic.twitter.com/TeIiWNwNAu
— lantip (@lantip) March 6, 2018
Cuitan Roni Lantip di akun @lantip ini menerima banyak tanggapan. Salah satunya tanggapan menarik justru dari adek aku sendiri, Riko Rasota Rahmada, yang dikala ini melakukan pekerjaan di Kemkominfo. Tanggapan ini di ditulis oleh adek aku di status facebook-nya :
Jawaban adek aku ini mirip ini :
1. Technically speaking, Kominfo tidak pernah memblokir susukan secara langsung terhadap sebuah domain/subdomain.
Kominfo hanya menyediakan daftar blacklist domain/subdomain, yang kemudian dipraktekkan pada mesin DNS setiap ISP. Bagaimana cara ISP memperoleh data blacklist tersebut tidak akan saya ungkap secara teknis disini, yang terang caranya tidak sesederhana meng email daftar tersebut ke sluruh isp atau memerintahkan mereka mendownloadnya dari server kominfo.
2. DNS yakni mesin yang mentranslate nama domain/subdomain menjadi IP address (misalnya www.kominfo.go.id ditranslate menjadi 202.89.117.69)
ISP, punya kekuasaan sarat merubah translate ip yang di list dalam blacklist menuju alamat ip address manapun. Mereka pun mengarahkannya ke IP adress yang sama. IP adress ini berisi halaman yang acap kali dilihat user dikala surfing ke situs negatif.
Kaprikornus, halaman siapa yang sedang anda lihat? MILIK ISP ATAU PARTNER DARI ISP, yang memanfaatkan blacklist untuk memperbesar sedikit penghasilan lebih. Makara terjawab telah masuk ke kantong siapa penghasilan iklan-iklan tersebut.
Selain jawaban dari adek saya di atas, ada akun @SPangerapan – punya Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo : Semuel Abrijani Pangerapan, yang juga menanggapi eksklusif :
Dear @lantip, piye kabare? Pemblokiran di Indinesia secara teknis dikerjakan oleh ISP, konten yg mesti diblok ditetapkan. Mengingat pemblokiran dilaksanakan oleh ISP dijaringan mereka, landing page ditawarkan oleh ISP.
— Semmy Pangerapan (@SPangerapan) March 7, 2018
Berdasarkan dari klarifikasi 2 (dua) orang yang berada di Kemkominfo, kesimpulan yang didapat yaitu : Kemkominfo gak makan duwit iklan itu. Nah, jadi duwit hasil iklan di laman internet faktual masuk ke ISP.
Bentar belum tamat ini 🙂
Akun @lantip juga menambahkan hasil risetnya perihal publisher id yang digunakan untuk ngiklan di laman internet positif. Ini pub-id nya :
Ternyata selain dipasang di laman redirect internet faktual itu, juga dipasang di kawasan lain :
Kemudian dicaritahu juga siapa pemilik domain uzone.id yang menciptakan heboh ini. Ketemu dengan nama di bawah ini :
Nah telah mulai clear nih. Uzone.id yakni kepunyaan sebuah perusahaan bermana PT. Metra-Net. Berarti laman internet nyata itu dikontrol oleh PT ini.
Ternyata, PT Metra-Net ini yakni anak perusahaan Telkom yang bergerak di layanan ‘monetizing’ traffic. Mungkin kayak adnetwork kalo di affiliate marketing. Cuma ini setempat dan salah satunya ngambil traffic paksaan dari Telkom. Ini list partner yang ada di websitenya :
Duer! Ada laman internet kasatmata disitu. Kaprikornus iklan Adsense yang ada dihalaman itu dikelola oleh perusahaan ini. Anak perusahaan Telkom Indonesia yang berfungsi sebagai Adnetwork. Dituliskan juga diweb-nya, bisnis PT Metra-Net ini ada 2, adalah : 1. UAd, ini platform mempertemukan publisher, advertiser dan agency untuk bisa melaksanakan acara digital advertising secara efektif dan efisien, dan 2. UPOINT. yang adalah alat pembayaran virtual dan sajian layanan untuk melaksanakan transaksi pembelian secara virtual.
Pertanyaan goblok saya, dari sudut pandang affiliate marketing ialah, kenapa musti Adsense? Gak perlu perusahaan sekelas ini buat masang adsense di web. Kenapa bukan produk sendiri? Atau produk yang diadaptasi dengan traffic yang masuk? Atau coba traffic-nya di split test dulu. Atau landing page-nya yang di split tes supaya masilnya maksimal. Atau..sini kasih ke saya traffic-nya..hahaha
Ah sudah lah. Mending adsense. Pasang trus tinggalin. Duwit ngalir sendiri lha traffic-nya hasil redirect. Bukan murni karena usaha sendiri. 😀
Sumber mesti di isi