Obat-Obatan Dan Blockchain

Anda mungkin ingat dengan krisis Opioid yang melanda AS, dimana lebih dari 42.000 kasus akhir hayat pada tahun 2016 terjadi yang diakibatkan oleh overdosis obat ini – 40% dari mereka menyalahgunakan resep untuk mendapatkan obat tersebut. Dalam sebuah survey tentang penggunaan obat-obatan dan kesehatan yang dikerjakan pada 2017 menyebutkan bahwa diperkirakan 11,4 juta orang menyalahgunakan Opioid dengan menggunakan resep. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit memperkirakan bahwa “beban ekonomi” total dari penyalahgunaan Opioid yang diresepkan saja di Amerika Serikat yakni $ 78,5 miliar per tahun, termasuk ongkos perawatan kesehatan, kehilangan produktivitas, perawatan kecanduan, dan keterlibatan peradilan pidana. Secara global, diperkirakan 27 juta orang menderita gangguan penggunaan Opioid pada tahun 2016.


Baca juga: Bank Crypto dan Cara Kerjanya


Bukan hanya resep yang tidak sesuai yang mendorong resistensi terhadap obat-obatan. Cara orang memakai antibiotik juga ialah problem besar. Melewati takaran, berbagi pengobatan dengan orang lain dan menghentikan kursus lebih permulaan juga berkontribusi signifikan. Selama beberapa dekade, resep ditulis di atas kertas. Meskipun metode ini tentu lebih mudah bagi dokter, sayangnya tata cara ini menghadirkan banyak risiko. Penggunaan e-prescriptioning naik sampai 500% di AS sejak 2015. Meskipun Inggris dan Eropa tertinggal dalam adopsi ini, tetapi ada dorongan signifikan untuk menimbulkan Electronic Prescribing System (EPS) selaku suatu aturan.


Bukti internasional menawarkan bahwa EPS dapat memajukan keamanan proses administrasi obat rawat inap, meminimalkan kesalahan pengobatan dan pada tingkat lebih rendah, mengurangi penggunaan obat yang merugikan. Namun, konsekuensi yang tidak diinginkan, termasuk kesalahan baru, dapat terjadi.


Baca juga: Dogecoin Tumbuh 60% di Q2, Buktikan Ketangguhannya


Catatan elektro memungkinkan untuk administrasi persediaan, jalur audit, kemungkinan observasi dan analisis ongkos. Tanda tangan digital memungkinkan pertanggungjawaban, peningkatan keamanan, dan dikala diperiksa terhadap basis data pemberi lisensi mampu menolong mengurangi aktivitas penipuan. Tapi mirip semua hal digital, ada beberapa rintangan untuk tertuntaskan. Sistem terpusat yaitu titik kegagalan tunggal, down-time dan peretasan.


Dalam rantai yang ideal, semua pihak di sepanjang rantai nilai mampu mempunyai susukan ke catatan waktu secara real, yang tidak mampu diubah mengenai status resep, inventaris obat-obatan, dan penggunaannya. Untuk mencapai semua hal ini, rumah sakit akan memerlukan data dari akomodasi produksi perusahaan farmasi, apotek, rumah sakit, dokter, pasien dan pada karenanya persepsi wacana cara obat-obatan dijual. Akan ajaib membayangkan tata cara seperti ini untuk meningkat dalam semalam. Sekalipun ada penolakan dari pemain usang, penetapan ongkos dan pembangunan sistem terpusat untuk hal seperti ini mustahil terjadi tanpa mandat top-down dari pemerintah. Kepercayaan antara akseptor dan kesediaan untuk mengembangkan data merupakan hambatan dari versi ini.


Baca juga: Bagaimana Cara Bank Bertransformasi di Era Crypto?


Mengutip Forbes, dengan memanfaatkan Distributed Ledger Technology (DLT) memungkinkan log transaksi yang menolong memperlihatkan dengan tepat pelaku yang bertanggung jawab di sepanjang rantai. Sifat desentralisasi dari catatan ini membuat hampir mustahil bagi pemain film jahat untuk mengubah konsensus biasa . Solusi yang ketika ini sedang dikembangkan bisa sama-sama terhubung ke dalam tata cara peresepan untuk umpan balik inventaris yang bermanfaat. Proses yang berjalan secara real-time dari sepanjang rantai dapat memberi dampak signifikan pada pengelolaan penawaran dan ajakan. Resep yakni barang berharga, dan cara apa yang lebih baik untuk menukar nilai secara elektronik selain selaku aset digital pada blockchain? Smart Contract dapat memfasilitasi pengulangan dan mekanisme konsensus guna menjaga metode tetap terkendali. Setelah disertakan ke catatan, kepemilikan resep dapat ditransfer dari dokter ke pasien untuk dipakai di apotek pilihan mereka. Kemudian, sehabis aset digital ditukar dengan aset fisik, token dapat dikirim ke alamat blockchain yang tidak lagi dapat dipakai. Ada banyak pilihan teknis untuk bagaimana hal ini dapat diraih, tetapi hasil jadinya harus berupa transfer kepemilikan aset digital secara peer-to-peer tanpa kemungkinan penipuan. Rekonsiliasi dalam metode ini sekali lagi nyaris instan dan jejak audit penuh dengan semua fitur membuatkan data granular yang pantas. Efisiensi, pengurangan biaya dan potensi pemasukan baru merupakan faedah yang timbul lewat sistem ini.


Baca juga: Apakah Masa Depan Cryptocurrency Akan Cerah?


Blockchain mungkin bukan satu-satunya solusi untuk rantai pasok obat-obatan dari industri farmasi sampai ke tangan pasien, tetapi penggabungan teknologi mencakup Artificial Intelligent, Internet of Things, Distributed Ledger Technology dan tata cara yang telah dipakai mampu diperhitungkan. Ada banyak yang mampu diperoleh dari pembelajaran mesin, kumpulan data besar sampai proses perawatan yang terkoordinir.


Baca juga:



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama