Rizal Ramli Sarankan Untuk Minimalkan Utang Dan Transfer Duit Tunai Ke Rekening Penduduk


detakhukum.com – Pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 tengah tetap dilakukan dan bahkan telah berjalan usang. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani hanya mengandalkan stimulus yang lebih besar dengan metode meminjam lebih banyak, dengan bunga lebih tinggi untuk menutup dan juga memompa ekonomi.





Ekonom Senior Rizal Ramli menganggap, pelonggaran defisit dari maksimum 3% GDP menjadi 5% GDP merupakan skenario untuk menguatkan alasan kalau Indonesia membutuhkan dana sumbangan. Sedangkan, menurut mantan Menko Perekonomian itu, terdapat langkah jitu supaya percepatan recovery cepat terlaksana tanpa perlu berutang.





“Langkah memperbesar utang bergotong-royong tidak sempurna,” ucap Rizal Ramli di Jakarta, belum lama.





Lebih lanjut beliau menyampaikan beberapa penyelesaian dalam mengatasi efek pandemi corona pada perekonomian tanpa menambah utang.





“Pertama, pemerintah dapat maanfaatkan sisa-sisa anggaran kemudian mencakup SAL (Saldo Anggaran Lebih) SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) yang terdapat di Bank Indonesia. Jumlahnya Rp 290 triliun,” ujarnya.





Kedua, membatalkan proyek-proyek infrastruktur besar yang belum begitu penting. Bahkan, termasuk proyek ibukota gres.





“Dulu waktu krisis 1998, kita juga menjalankan itu, seluruh proyek infrastruktur dihentikan dalam 1-2 dua tahun. Nanti jikalau memiliki duit, baru kita mulai lagi. Dari penghematan penghentian serta re-alokasi proyek infrastruktur ini akan ada sekitar Rp 300 triliun,” ucap mantan Menko Kemaritiman tersebut seperti dikutip Sindonewscom.





Ketiga, cicilan utang pokok dan juga bunga sekitar Rp 646 triliun. Kondisi ini, katanya, jadi peluang untuk renegosiasi dengan para kreditor. Dikarenakan, sekitar seperempat ialah santunan bilateral dan juga multilateral.





“Katanya pemerintah punya hubungan internasional andal serta banyak dikenal, coba manfaatkan dan buktikan bila itu ada balasannya,” ungkap Rizal Ramli.





Karna itu, ia menyarankan, agar pemerintah berharap negara-negara lain serta lembaga keuangan internasional agar menangguhkan dan juga menghentikan pembayaran sampai Desember 2020.





“Setelah Itu nanti Januari 2021 kembali kita bayar. Kita tidak ngemplang. Seharusnya mampu dijalankan alasannya adalah untuk negara-negara besar, itu ialah jumlah yang kecil,” ucap Rizal Ramli.





Keempat, memakai bond yang tiga perempatnya dikuasai oleh swasta. Saat ini merupakan waktunya untuk menukar bond bunga mahal ke bunga murah dengan tempo maupun tenor yang lebih panjang.





“Pemerintah Indonesia memberikan yield setidaknya tinggi di Asia Tenggara ialah 7,3%. Memang, sebulan lalu RI mempublikasikan bond dengan yield lebih murah yaitu 4,5%. Akan Tetapi di negara manapun, saat ini bond yield negatif baik di Amerika, Jepang ataupun Eropa,” ujar Rizal Ramli.





Tetapi, Rizal mengingatkan supaya pemerintah janganlah terburu besar hati dulu. Filipina contohnya. Negara ini mempublikasikan bond pada dikala yang bersamaan dengan RI. Dengan kondisi perekonomian yang lebih jelek, yield-nya hanya 2 %.





Padahal bila tukar bond kita dengan jangka panjang dan bunga lebih hemat biaya, pemerintah mampu mengurangi cicilan utang hampir Rp 400 triliun. “Total pengurangan dengan cara-cara di atas hampir Rp 1.000 triliun lebih, dan juga ini cukup untuk menyelesaikan problem ekonomi efek Corona tanpa berhutang lagi,” ujarnya.





Akan Tetapi, kata Rizal Ramli, acara itu hanya bisa fokus pada tiga hal yakni: Rp 200 triliun untuk menuntaskan dilema Corona, sekitar Rp 300 triliun untuk memberi makan dan menawarkan tunjangan melalui ATM setiap bulan sekitar Rp 600.000 – Rp 800.000 eksklusif dari BRI dan BNI.





Transfer Tunai ke Rekening Masyarakat





Semua Warga Negara Indonesia (WNI) usia 17 tahun ke atas, katanya, sudah mempunyai ATM. Karna itu, anjuran Rizal, adalah pemerintah menunjuk BRI serta BNI selaku bank penyalur dukungan itu. Lantaran keduanya memiliki cabang di banyak sekali kawasan.





Skemanya, tiap rakyat Indonesia, di atas usia 17 tahun wajib punya ATM. Setiap bulan diberikan duit via ATM Rp 600.000 – Rp 800.000 untuk rentang waktu 6-8 bulan. Total dana Rp 300 triliun.





Tetapi, kata Rizal, wajib dilihat balance-ATMnya, kalau kecil kurang dari Rp 500.000, maka diberikan, akan tetapi mereka yang mempunyai balance tinggi misalnya yang diatas Rp 1.000.000 maka tidak usah diberikan. Sehingga memang sungguh-sungguhuntuk rakyat kecil dan juga pekerja harian.





“Mereka akan lebih ekonomis. Kalau ketika ini mereka diberikan paket 10 jenis, mampu jadi yang mereka perlukan hanya 3 jenis. Mereka akan lebih irit dan juga mereka tidak keberatan untuk lock-out, tinggal di rumah, karena ada duit untuk makan,”ujarnya.





Jika hal ini dilakukan, maka Bank BRI mampu jadi bank paling besar di Asia Tenggara meskipun transaksinya di bawah satu juta. “Dan itu modal yang besar untuk BRI dan juga BNI nanti mendominasi pasar ASEAN. Kesulitan mesti kita jadikan peluang,” tutur Rizal Ramli.





Hal itu, katanya, sekaligus mensupport upaya pemerintah untuk mengoptimalkan penetrasi perbankan. Justru pada waktu krisis inilah kita membuka peluang yang terbuka lebar.





Kondisi itu juga akan jadi pola pemerintah dalam memberi bantuan sosial di waktu yang hendak tiba, sehingga segmennya betul-betul tepat target. “Ini ialah BAT istilah aku yaitu Bantuan ATM Tunai (BAT) atau Bantuan ATM Sosial (BAS),” ucap Rizal Ramli. (bgr/sindo/dh)



Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama