Sinopsis Dan Review Film The Hobbit 1: An Unexpected Journey


Hobbit Bilbo tidak pernah menduga akan kedatangan dan dipilih oleh Gandalf untuk bantu-membantu dengan 13 bangsa kurcaci guna melaksanakan sebuah misi, adalah merebut kembali Kerajaan Erabor yang dikuasai Naga Smaug. Memiliki badan yang kecil, bukan berarti Bilbo tak punya kekuatan. Dia punya caranya sendiri untuk menuntaskan pekerjaan berat ini.



The Hobbit 1 atau The Hobbit: An Unexpected Journey merupakan prekuel dari The Lord of The Rings. Film ini bercerita perihal kekuatan pendahulu Frodo yang tidak mampu dianggap kecil mirip tubuhnya. Seperti apa perjalanan Bilbo melawan banyak hal jahat bersama belasan kurcaci yang lain? Simak lebih dulu sinopsis dan ulasan The Hobbit 1 berikut ini!



Sinopsis



Sinopsis



  • Tanggal/Tahun Rilis: 28 November 2012

  • Genre: Epic High Fantasy, Adventure

  • Produksi: New Line Cinema, WingNut Films, Metro-Goldwyn-Mayer

  • Sutradara: Peter Jackson

  • Pemeran: Martin Freeman, Ian McKellen, Richard Armitage, Ken Stott



Bersiap memasuki usia 111 tahun, Hobbit berjulukan Bilbo Baggins (Ian Holm) menuliskan kisahnya untuk sang keponakan, Frodo Baggins. Di era kemudian, suatu kota berjulukan Dale masyarakatnya hidup makmur, makmur dan tenang. Kota Dale bangkit erat dengan Kerajaan Erebor yang dipimpin oleh Raja Thrór (Jeffrey Thomas), raja dari bangsa kurcaci.



Kerajaan Erebor populer dengan keindahannya. Di dalamnya terdapat berbagai hasil bumi mirip emas, zamrood, safir, ruby, dan permata. Hingga suatu hari mereka memperoleh The Arkenstone. Thrór memakai watu ini sebagai simbol betapa hebatnya Kerajaan Erebor. Alhasil siapa pun menghormatinya, tergolong Raja Bangsa Peri bernama Thranduil (Lee Pace). Sayangnya kedamaian tersebut tidak berlangsung usang alasannya adalah Thrór mulai tamak.



Seekor naga berjulukan Smaug, yang serupa-sama asing harta datang kemudian menghancurkan Erebor. The Arkenstone turut tertinggal di sana, beserta reruntuhan kerajaan yang lain. Bangsa Peri yang mengetahui hal ini tidak menolong sebab tak mau ambil risiko dengan membahayakan bangsanya.



Cerita berlanjut ke era lalu Bilbo (Martin Freeman) yang ketika itu sedang duduk kalem di depan rumahnya. Tiba-datang seorang penyihir berjulukan Gandalf (Ian McKellen) mendatanginya untuk mengajak Bilbo bertualang bersama 13 orang kurcaci lain.



Nantinya Bilbo berperan sebagai ‘pencuri’. Ajakan Gandalf eksklusif ditolaknya dan Bilbo bergegas masuk ke rumah. Tanpa dia sadari Gandalf sudah membuat suatu tanda di pintu rumah Bilbo.



Saat makan malam, Bilbo kehadiran Dwalin (Graham McTavish), salah satu dari 13 kurcaci Erebor. Tak menanti dipersilakan masuk, Dwalin telah ada di dalam rumah. Tak lama tiba kurcaci yang lain bernama Balin (Ken Stot). Dwalin dan Balin pribadi bersahabat begitu saja meninggalkan Bilbo dalam kebingungan.



Kebingungan Bilbo berlanjut dengan kehadiran dua kurcaci lagi, yaitu Kíli (Aidan Turner) dan Fíli (Dean O’Gorman). Terakhir rumah Bilbo kehadiran segerombolan kurcaci, lengkap bersama Gandalf. Sekelompok kurcaci yang tidak diketahui Bilbo mendadak berpesta dan makan-makan di rumahnya.



Namun, Gandalf tahu ada satu lagi kurcaci yang belum hadir. Akhirnya yang dinantikan pun tiba. beliau yakni Thorin Oakenshield II (Richard Armitage), cucu Raja Thrór sekaligus pemimpin dari para kurcaci ini. Setelah semua berkumpul, Gandalf mulai menjelaskan bahwa tujuan mereka yaitu The Lonely Mountain, Kerajaan Erebor.



Dari sini jelas bahwa tujuan para kurcaci tersebut adalah untuk merebut kembali Kerajaan Erebor dari Naga Smaug. Balin kemudian mengingatkan bahwa pintu depan untuk masuk ke gunung tersebut telah runtuh, sehingga tak ada jalan lagi. Gandalf kemudian terlihat menawarkan kunci pada Thorin. Dia menerangkan bahwa kunci tersebut adalah milik sang ayah, Thráin II (Michael Mizrahi).



Gandalf juga menerangkan ada pintu tersembunyi di gunung tersebut. Namun, mereka butuh seseorang yang berakal dalam mencuri, ialah Bilbo. Bilbo bingung karena dirinya tak pernah mencuri seumur hidup, bagaimana bisa dianggap arif.



Gandalf menghentikan kebisingan para kurcaci dengan menyampaikan bahwa Hobbit bisa berjalan tanpa dikenali siapa pun. Bangsa Hobbit juga punya aroma berlawanan dibanding kurcaci. Intinya Gandalf begitu yakin Bilbo mempunyai kesanggupan, yang tidak dikenali oleh semua orang termasuk diri sendiri. Bilbo yang semula ragu pada kesudahannya oke, sekalipun tidak ada jaminan tentang keselamatannya.



Bilbo lantas bergabung dengan para kurcaci yang lain. Pada malam hari, ketika mereka beristirahat. Bilbo mendengar suara jeritan. Kíli dan Fíli bercanda dengan menyampaikan bahwa itu yaitu suara Orc. Thorin yang mendengarnya tidak senang jika mereka bercanda soal Orc. Balin lantas menjelaskan mengapa Thorin mampu sungguh benci terhadap Orc.



Dulu, sehabis Thrór kehilangan kerajaannya, mereka berniat merebut kerjaan kurcaci kuno, akan tetapi di sana para Orc telah menguasai kerajaan tersebut. Pertempuran antara mereka pun tidak bisa dihindarikan sampai jadinya Azog (Manu Bennett), pemimpin Orc, sukses memenggal Thrór. Thráin II yang melihat hal tersebut menjadi gila dan menghilang begitu saja.



Sejak itu Bangsa Durin frustasi karena tidak mempunyai pemimpin, tapi Thorin datang melawan Azog dan menang menggunakan pohon oak sebagai perisainya. Bangsa Durin pun kini memiliki pemimpin. Tanpa disadari para kurcaci dan Bilbo, mereka diintai oleh para Orc. Esok harinya Gandalf menerangkan pada Bilbo bahwa ada lima penyihir dengan Saruman (Christopher Lee) sebagai pemimpinnya, yaitu Penyihir Putih.



Di antara lima penyihir tersebut, Radagast the Brown (Sylvester McCoy) yang paling mempesona sebab menentukan hidup bersama binatang dan tumbuhan dibandingkan dengan manusia. Cerita berlanjut dikala Thorin dan kelompoknya memutuskan untuk beristirahat di sebuah bangunan kosong bekas rumah petani, namun Gandalf curiga terhadap daerah tersebut dan menyarankan Thorin untuk melanjutkan perjalanan saja, menuju lembah tersembunyi; daerah para Elf tinggal.



Saran Gandalf ditolak alasannya adalah Thorin masih menyimpan dendam pada bangsa Elf. Gandalf kembali mengingatkan bahwa bagaimana pun mereka butuh pemberian para Elf alasannya adalah yang akil membaca peta cuma Lord Elrond (Hugo Weaving). Lalu mampukah Thorin mengalahkan ego sendiri sebelum merebut kembali kerajaannya dari Naga Smaug?



Film Pertama dengan Teknologi High Frame Rate



Film Pertama dengan Teknologi High Frame Rate


The Hobbit 1 atau The Hobbit: An Unexpected Journey merupakan film pertama yang dibentuk menggunakan teknologi High Frame Rate 48 Frame per Second. Teknologi tersebut jadi hal baru mengingat film lain umumnya dibuat hanya memakai teknologi 24 frame per second. Teknologi ini membuat film tampil dengan jauh lebih jernih/high definition. Anda akan menerima suatu tontonan dengan visual yang rincian.



Saking mulusnya, performa The Hobbit 1 mirip bukan film pada umumnya. Namun, teknologi ini tentu saja dimaksudkan guna memberi pengalaman dan kepuasan gres bagi para penonton, terutama pengagum efek-efek CGI. Hanya, imbas visual yang terlalu mulus pada film ini beberapa kali membuatnya terasa imitasi; walau kita tahu bahwa itu memang imitasi. 



Prekuel LOTR dengan Selipan Komedi dan Moral Value



Prekuel LOTR dengan Selipan Komedi dan Moral Value


Jika Anda begitu mengagumi jalan dongeng The Lord of The Rings dan terharu dengan pengembangan karakter Hobbit di sana, film ini seharusnya tak kalah dicintai. Pasalnya The Hobbit 1 merupakan prekuel dari trilogy maha spektakuler tersebut. Ceritanya berlangsung sekitar 60 tahun sebelum Frodo ditugaskan menjinjing cincin Sauron dan menghancurkannya.



Singkatnya, film ini berkisah wacana Bilbo muda, paman Frodo, yang ternyata juga sempat diandalkan mengemban tugas berat. Penunjukan Frodo pada alhasil menjadi lebih gampang dikenali alasannya bangsa Hobbit memang bisa diandalkan dan dipercaya semenjak dahulu era. Bedanya, film The Hobbit 1 berlangsung dengan selipan komedi dan hal konyol.



Anda mampu melihatnya pada adegan dikala Bilbo secara tidak terduga kedatangan tamu-tamu berbadan mungil yang tak dipanggil. Tingkah mereka yang berpesta di rumah Bilbo seperti sangat menikmati hidup, tak ubahnya bagai orang-orang yang bebas dari tugas. Padahal mereka berkumpul untuk melawan Naga Smaug dan merebut kembali sebuah kerajaan.



Tanpa berperilaku konyol, bentuk mereka yang mungil bantu-membantu telah cukup lucu dan menggemaskan. Tidak ada kesan gagah mirip melihat Aragorn atau Legolas, melainkan konyol. Namun, selipan pesan adab pada film ini bisa mengimbangi kekonyolan tersebut, terlebih jikalau bicara ihwal karakter Bilbo yang naif namun berhati tulus. 



Tetap Suguhkan Peperangan yang Epic



Tetap Suguhkan Peperangan yang Epic


Tidak ingin meninggalkan formula yang berhasil pada LOTR, The Hobbit 1 juga memperlihatkan adegan peperangan atau peperangan yang tak kalah epic. Anda mampu melihatnya di bab-bab akhir film dikala pasukan Thorin yang terdiri atas kurcaci, Gandalf dan Bilbo terdesak oleh Azog yang menyeramkan.



Gandalf yang menawarkan kemampuan sihirnya juga cukup ‘menyihir’, terutama scene dikala mereka semua risikonya diselamatkan oleh sekawanan burung raksasa. Anda akan ikut deg-degan sekaligus lega ketika menontonnya.



The Hobbit 1 menerima ulasan yang bermacam-macam dari para kritikus. Meski demikian, film ini banyak dinominasikan ke dalam beberapa klasifikasi di penghargaan bergengsi. Selain itu ia juga meraih kemenangan di antaranya pada penghargaan Academy Scientific and Technical Award by AMPAS (Academy of Motion Pictures and Sciences) untuk karakter Gollum dan Best Science Fiction/Fantasy Film dari 18th Empire Awards.



Penasaran seperti apa bagusnya film ini? Apakah sama memuaskannya dengan LOTR? Anda harus menyaksikannya secara eksklusif!



Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama