Sinopsis & Review Arrival, Alien Dari Sudut Pandang Berlawanan


Di suatu hari yang tanpa pemberitahuan apa-apa, langit Montana kehadiran suatu benda ajaib yang sungguh besar. Montana yaitu satu dari 12 tempat yang lain di seluruh dunia yang mengalami hal tersebut. Bingung menyikapi hal ini sekaligus khawatir, suatu tim pun dibentuk. Louise yang berprofesi selaku ahli bahasa lalu ditunjuk sebagai penerjemah bahasa alien.



Arrival tidak menceritakan invasi yang dilakukan para alien untuk menguasai Bumi. Film ini mengambil sudut pandang lain; bahasa yang mereka gunakan dan bagaimana manusia serta alien mampu berkomunikasi memakai simbol-simbol. Penasaran mirip apa film ini berlangsung? Anda mesti menontonnya langsung namun sebelum itu mari simak sinopsis dan ulasannya lebih dahulu berikut ini!



Sinopsis






  • Tanggal/Tahun Rilis: 1 September 2016

  • Genre: Sci-Fi, Drama

  • Produksi: FilmNation Entertainment, Lava Bear Films, 21 Laps Entertainment

  • Sutradara: Denis Vileneuve

  • Pemeran: Amy Adams, Jeremy Renner, Forest Whitaker, Michael Stuhlbarg



Louise Banks mesti kehilangan anak perempuannya yang baru berusia 12 tahun akhir penyakit kanker. Cerita berlanjut saat Louise yang merupakan ahli bahasa melihat benda aneh berada di atas langit Montana. Dia tidak mengetahui apa pun hingga datang di kelas, Louise diberi tahu bahwa benda itu tiba dari luar angkasa. Benda tersebut baru mendarat sekitar 40 menit lalu di Montana dan rupanya mendarat juga di 12 negara lainnya.



Alarm kampus dibunyikan dan para mahasiswa dipulangkan termasuk Louise alasannya kondisi yang cukup mencekam. Dari dalam radio Louise mendengar bahwa para jago juga tidak mengetahui apa pun perihal objek misterius tersebut; datang dari mana dan untuk apa dia tiba. Mereka khawatir kalau benda-benda abnormal tersebut mampu membahayakan penduduk Bumi.



Sampai di rumah, Louise terus memantau gosip yang menyiarkan benda tersebut. Pagi hari Louise mengetahui bahwa di beberapa negara sudah terjadi unjuk rasa besar-besaran. Sesampainya di kelas untuk mengajar ia pun tidak mendapati satu orang mahasiswa pun. Keadaan mulai berjalan menegangkan sebab perbatasan ditutup dan penerbangan dilarang.



Pemerintah alhasil memutuskan kondisi darurat dan mengantarsekitar 5.000 pasukan ke Montana. Louise kemudian kehadiran seorang kolonel bernama G.T. Weber (Forest Whitaker). Weber mendatanginya untuk memberikan sebuah pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan oleh sembarang orang, yakni menerjemahkan bahasa dari makhluk yang menghuni benda ajaib tersebut.



Sebelumnya Louise sukses menjalankan peran menerjemahkan bahasa Persia untuk para intelijen Amerika, gara-gara kemampuan itulah Louise dipercaya melaksanakan tugas ini. Weber kemudian memberikan tepatnya memperdengarkan rekaman suara dari makhluk asing tersebut kepada Louise. Suaranya terlihat terdengar seperti monster, bergetar, mengaum tapi tidak jelas. Weber melanjutkan perkataannya bahwa jumlah makhluk abnormal yang menghuni benda ajaib itu diperkirakan ada dua.



Louise kemudian menerangkan bahwa akan sungguh susah menerjemahkan bahasa hanya dari bunyi. Dia mesti bertemu eksklusif dengan makhluk tersebut. Weber tidak memenuhi permintaannya. Louise lantas menitip pesan untuk Danvers lewat Weber untuk menerjemahkan kata ‘perang’ dalam bahasa Sansekerta. Louise berjaga-jaga barangkali bahasa tersebut terhubung dengan bahasa tersebut.



Malam harinya Louise terbangun saat Weber datang dan menyepakati permintaannya siang tadi untuk bertemu makhluk ajaib tersebut. Louise lalu berangkat ke Montana menggunakan helikopter. Di dalam sana rupanya sudah ada Ian Donnelly (Jeremy Renner) yang merupakan seorang ahli fisika. Ian bernasib sama dengan Louise; direkrut untuk memecahkan misteri benda asing itu.



Tujuan tim adalah untuk mengenali apa keinginan mereka, berasal dari mana dan bagaimana cara mereka sampai ke Bumi? Tiba di Montana mereka melihat kapal alien tersebut untuk pertama kalinya. Id begitu besar, berupa lonjong dan terlihat membuat Louise gundah sekaligus kagum. Louise dan Ian lantas eksklusif dibawa ke barak dan bertemu dengan Kapten Marks (Mark O’Brien).



Selanjutnya Louise dan Ian dimintai sample darah untuk dites. Setelah itu mereka diajak ke ruang kontrol dan bertemu dengan Agen Halpern (Michael Stuhlbard). Terlihat para petinggi negara-negara di dunia tengah berdiskusi untuk mencari jalan keluar dari insiden ini.



Sementara itu Ian menerangkan bahwa benda abnormal yang tersebar di banyak negara tersebut punya tekanan atmosfer atau gravitasi yang berlainan. Oleh sebab itu butuh waktu berjam-jam untuk menyeimbangkan oksigen dan tekanan. Hal ini dikhawatirkan bisa menjadikan insan mati lemas.





Cerita berlanjut saat Louise ditunjuk selaku kepala untuk menerjemahkan bahasa dari makhluk ajaib tersebut. Mereka pun bersiap mengenakan pakaian pelindung lengkap guna menghindari paparan radiasi yang mampu saja berbahaya. Louise diberi penjelasan bahwa mereka hanya bisa melihat tapi tidak bisa menjamah makhluk aneh itu.



Rombongan pun berangkat dan Louise sudah berjarak sungguh akrab dengan benda aneh berskala super besar tersebut. Louise bareng tim kemudian masuk ke dalam benda tersebut melalui sebuah lubang berbentuk kotak berbentuklorong panjang yang terletak di bagian bawah. Perkataan Ian tentang gravitasi terbukti benar. Mereka bahkan mampu berjalan di dinding benda abnormal tersebut.



Tim kemudian berlangsung kaki di atas dinding-dinding itu dan bersiap menuju ujung lorong yang tampakbercahaya. Mereka jadinya hingga di ujung lorong dalam kondisi berlangsung terbalik dan mendapati kaca pembatas berukuran besar. Dari sana Louise dan tim mendengar bunyi gemuruh yang abnormal dari balik tembok kaca tersebut. Tak usang, Louise secepatnya melakukan tugasnya.



Setelah sukses mendapatkan bunyi rekaman, mereka kembali ke markas dan Louise mulai menelitinya. Di sisi lain, kericuhan mulai terjadi di Amerika karena penduduk mendengar kabar eksistensi makhluk abnormal di Bumi. Louise yang mulai konsentrasi sesungguhnya merasa panik tetapi beliau ingin memecahkan dan mengetahui apa yang sebetulnya terjadi. Dia pun menenteng suatu papan tulis untuk mencoba berkomunikasi.



Pada percobaan kedua, Louise menenteng papan tersebut ke dalam kapal alien. Di sana ia bertemu dengan makhluk asing berkaki tujuh yang menyeramkan. Simbol yang Louise kirimkan membuat mereka bereaksi. Louise juga berani membuka perlengkapan APD yang dia kenakan dan mengenalkan diri pada alien yang menurut Ian dikenal dengan jenis Heptapod. Lalu apa yang terjadi bergotong-royong? Bisakah Louise menerjemahkan bahasa alien? Untuk apa mereka tiba ke Bumi?



Film Fiksi Ilmiah dengan Penjabaran Realistis





Fokus utama film ini yakni abjad Louise yang diminta untuk berkomunikasi dengan makhluk luar angkasa. Permintaan yang disampaikan abjad Weber sebenarnya agak tidak masuk akal, alasannya adalah kalau Louise mampu menerjemahkan bahasa Persia, bukan bermakna beliau bisa menerjemahkan bahasa alien. Namun, cerita dalam film ini kembali terasa realistis dikala Louise tidak lantas merasa cendekia dengan menawarkan metode-tata cara rumit yang tidak jarang terasa mengada-ada.



Wanita ini memosisikan dirinya sebagai spesialis yang memiliki keterbatasan pemahaman, apalagi menyangkut kehidupan makhluk luar angkasa dan bahasa mereka. Namun, dengan kecerdikannya, sesuatu yang mampu diperoleh dari pengalaman dan mengamati, ia  terpikir menggunakan sistem yang sungguh sederhana, yaitu sebuah papan tulis untuk berkomunikasi, setidaknya semoga menerima umpan balik dari alien di sana. Scene saat Louise memperlihatkan sebuah papan tulis bertuliskan ‘human’ pun jadi salah satu yang memorable dalam film ini.



Dalam film juga disebutkan bahwa komponen kimia pembuatan pesawat alien tersebut tidak terdeteksi. Padahal mampu saja pesawat diceritakan terbuat dari bahan rumit dan belum pernah didengar sebelumnya biar terasa lebih mampu meyakinkan para penonton, tapi Arrival menentukan untuk menyajikan sesuatu yang positif; pemahaman manusia yang terbatas.



Saat akibatnya mereka mampu berkomunikasi, simbol gambar diseleksi selaku medianya. Ini pun sesuatu yang kongkret alasannya adalah mustahil juga manusia bisa berkomunikasi menggunakan bahasa verbal dengan alien. Waktu lama yang diperlukan Louise dan tim untuk menerjemahkan simbol berupa bulatan-bulatan kian menambah kesan nyata dalam film ini.



Baca juga: Film Bertema Alien Terbaik yang Wajib untuk Ditonton!



Ketidaktahuan dan Prasangka Kaprikornus Penghancur





Arrival (2016) cukup berlawanan ketimbang film ihwal alien yang lain. Selama ini kita disuguhi kisah-kisah perihal invasi yang dilaksanakan para alien dengan maksud menguasai Bumi. Di sini, Anda tidak memperoleh itu, melainkan akan ditarik secara emosi sebab para alien yang diberi nama Abbott dan Costello tidak mengancam keberadaan umat manusia. Mereka cuma ingin memperlihatkan senjata.



Tawaran tersebut diartikan lain oleh para petinggi di film ini. Ketidaktahuan yang dibarengi praduga, menggiring mereka untuk berpikir bahwa alien tersebut berbahaya. Kerusuhan yang terjadi di banyak negara, terlebih setelah foto alien tersebar makin menguatkan hal tersebut. Manusia kadang tidak tahu apa-apa, tetapi malah mendulukan dugaan yang berakibat pada kehancuran diri sendiri.



Anda mampu melihatnya lewat scene saat Amerika memasang bom pada pesawat alien tersebut. Didului China yang sudah mendeklarasikan perang terhadap alien, beberapa negara lain turut dalam agenda tersebut. Padahal, sejauh ini, terhitung sudah lebih dari satu bulan, tidak ada bahaya memiliki arti yang diberikan oleh alien tersebut.



Film Alien yang Emosional





Dalam salah satu scene Anda akan menyaksikan Louise mulai terkoneksi dengan mereka. Louise menjadi satu-satunya orang yang bisa bertemu pribadi dengan alien tersebut tanpa batasan kaca sebelumnya. Visual imbas dimainkan saat tiba-datang Louise berubah renta beberapa tahun dari usianya kini. Louise juga jadi hebat berkomunikasi dengan mereka dan mendapat isu terkait masa depan.



Louise melihat bagaimana kehidupannya nanti, utamanya saat bersama sang putri yang bernama Hannah. Louise juga diberi tahu oleh alien mengenai kondisi Bumi di era depan dan mereka memerlukan insan dikala itu terjadi. Oleh alasannya itu mereka menawarkan ‘senjata’ yang nantinya bisa digunakan untuk membantu. Senjata yang dimaksud ialah bahasa alien itu sendiri.



Bagian ini menjadi cukup emosional alasannya alien yang selama ini digambarkan punya jadwal jahat, justru meminta santunan insan. Belum lagi dikala Louise melihat keadaannya di kurun depan dikala dirinya memiliki putri dan mengajarkan bahasa Heptapod pada mahasiswanya.



Selain itu, sebuah teori yang diungkapkan Ian, Sapir-Whorf hypotesis, menyampaikan bahwa kesanggupan berpikir insan bisa dipengaruhi oleh bahasa. Maka dari itu saat Louise tenggelam meneliti bahasa-bahasa alien, kesanggupan berpikirnya menyamai mereka; yang memiliki persepsi waktu berlainan.



Manusia hidup berjalan maju, namun bagi alien tidak. Itulah mengapa kata yang mereka gunakan berbentukbulatan-bulatan yang menandakan bahwa bagi mereka waktu itu  adalah berputar, tidak berawal dan tidak berakhir.



Saat Louise berhasil ‘masuk’ ke pandangan mereka soal waktu, dia mampu menyaksikan abad depan dan mengetahui bahwa anaknya akan meninggal. Namun, Louise yang sudah mengetahui itu, tidak punya harapan untuk melakukan sesuatu yang mampu mengubah takdir. Dia menerimanya. Pada bab ini Anda akan merasa emosional alasannya betapa keputusan Louise yaitu sesuatu yang paling berani karena telah bersedia mendapatkan takdirnya sendiri.



Bagi para penggemar teori perjalanan waktu, Arrival bukan sekadar film alien biasa, ia juga menguji kecepatan berpikir, terutama perihal insiden di kala depan dan yang sedang terjadi sekarang. Penasaran dan ingin ikut menafsirkan teori-teori pada film ini? Saksikan Arrival secepatnya!







Arrival






class="rwp-overall-score rwp-only"
style="background: #f67f3e;"
property="reviewRating" typeof="http://schema.org/Rating"
>

8 / 10
Bacaterus.com





Rating









Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama