6 Dosa Besar Google Kepada Bangsa Indonesia, Tapi Tak Pernah Kita Sadari


Update Catatan Penting: Artikel ini ditulis pada bulan September 2013. Pada saat anda membaca tulisan ini, bisa jadi kebijakan Google sudah berganti banyak. Please be wise.


Ada suatu pertanyaan besar yang ada di benak saya sehabis melihat kemajuan internet simpulan-selesai ini. Rupanya pertanyaan yang serupa juga ada di benak European Commission (EU) dan Federal Trade Commission (US) bahkan oleh Texas Attorney General. Apakah Google memonopoli internet?


Google CEO Eric Schmidt said this in 2009: “If you have something that you don’t want anyone to know, maybe you shouldn’t be doing it in the first place.”


Google, yang pemberkasan domainnya dilansir pada tanggal 4 September 1998, mengklaim bahwa tidak ada praktik monopoli sama sekali di usahanya. Walaupun demikian, secara khusus, Google menyampaikan bahwa sedang berlangsung review perihal beberapa usahanya, termasuk DoubleClick, Admob dan ITA Software.


Masih fresh saat dulu, bulan April 2008, dunia digegerkan dengan rencana penggabungan Google dan Yahoo! Inc. Kalau itu benar terjadi, tak pelak akan ada monopoli besar di search engine dan metode pemasarannya. Ini jelas bahaya sebab perputaran uang di search engine akan berkutat di dua perusahaan paling besar ini. Untung gak jadi. Persis tiga jam sebelum Deparment of Justice-nya Amerika memasukkan gugatan, dealnya batal.


Sampai dengan saat ini, banyak somasi yang mengarah ke Google dan aneka macam perusahaan besar internet yang lain, seperti Facebook contohnya. Semuanya berkutat di masalah penggunaan data pengguna. Bahkan secara terang-terangan Facebook meng-email semua penggunanya untuk mempergunakan photo-photo untuk kepentingan bisnis Facebook. Karena peristiwa ini Facebook banyak di protes penggunanyaHell no!


Yang paling gres dari Google yaitu, beberapa hari yang kemudian, pengacara perusahaan ini mengajukan permohonan untuk dapat membaca email dari setiap akun GMail. Yes, Google akan membaca isi setiap email yang kita kirim melalui metode mereka. Alesannya mudah, sedikit naif juga berdasarkan saya : “Scanning email is simply part of the business”. Whatt??


Wait. Mungkin ada benernya juga. Disetiap akun Gmail ada text-ads yang senantiasa muncul. Berawal dari sini, Google ‘maksa’ ingin membaca email kita. Keahlian algoritma Google yang membaca kata, pastinya akan sungguh berkhasiat apabila mampu mendeteksi setiap kata di dalam email dan kemudian mengantarkan setiap iklan yang berafiliasi dengan kata-kata tersebut. Boom! balasannya tentu saja menjadi bentuk iklan yang sungguh-sungguh targeted. Masalahnya adalah, apakah akan berhenti sampai disitu saja.  Wallahualam.


Baca juga : 6 Alasan Kuat Mengapa Anda Harus Mempunyai Produk Digital Sekarang Juga!


Walaupun sudah bekerja keras untuk menangkis isu dari Edward Snowden, agen rahasia yang membocorkan diam-diam Amerika ke publik, yang mengatakan bahwa Google yaitu salah satu perusahaan yang membocorkan data penggunanya ke NSA melalui PRISM Program. PRISM adalah nama isyarat untuk program pengumpulan data via internet yang didukung oleh Protect America Act. Awalnya, program ini digunakan untuk menghalangi terorisme dengan membuka data dan susukan ke setiap akun yang dicurigai oleh National Security Agency (NSA) akan membahayakan bagi Amerika. Perusahaan besar yang ikut serta dalam acara ini adalah : Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, YouTube, Skype, AOL dan Apple. Terakhir, Dropbox pun disebut akan join. Tentu saja, semua perusahaan ini membantah dengan keras keterlibatan mereka dalam PRISM.


Apapun itu, Google adalah raksasa besar. Karena besar mempunyai arti patut untuk angkuh. Hanya saja, kesombongan itu tidak memiliki arti di China. Entah kenapa, sekarang saya jadi mengerti mengapa Cnina menolak mentah-mentah Google dan men-support habis search engine domestik : Baidu. Tindakan yang dulu dikecam banyak orang dunia, alasannya adalah membatasi globalisasi info katanya, sekarang menuai kebanggaan. Hanya dengan keberanian semacam inilah, suatu bangsa akan berdaulat besar. Kekuatan perusahaan global, yang disokong oleh Amerika, lalu masuk menembus batas investasi dan ruang private, wajib dicurigai. Sayangnya negara kita tersayang ini masih aib-malu kalau berhubungan dengan perusahaan mancanegara. Lihat saja berapa banyak hasil alam kita yang dibawa ke mancanegara, oleh perusahaan mancanegara. Akankah, hasil intelektual kita termasuk  fatwa dan teknologi, akan dikuasai oleh perusahaan ajaib juga? Betulkan Google sedemikian murah hati untuk memasang wajah anggun dengan Pemerintah Indonesia? Ini yakni dosa besar yang telah dan akan diperbuat Google terhadap bangsa ini.



1. Sebelum Membeli Android, Ini Harus Tahu


Setiap kali pertama kali kita mengaktifkan smartphone android, akan ada notifikasi supaya memasukkan akun Google kita. Saya gres menyadari ini sedikit janggal ketika sadar bahwa akun tersebut tidak akan pernah tertutup selama kita memakai android yang serupa. Artinya, semua bisnis Google : Search Engine, Video: YouTube, Maps, Gmail dan Chrome termasuk Google CheckOut (sekarang Google wallet) akan terus berada dalam posisi ‘on’. Here’s the dilema : ketik kata ’email’ maka kita akan diarahkan ke Gmail, padahal Gmail adalah layanan email yang ketiga paling besar di dunia. Yang pertama yakni YahooMail. Termasuk ketika kita ketik kata ‘analytic’ atau ‘translate’, tebak apa yang keluar pertama kali. Pencarian anda di Android tidak akan pernah fair. Google-lah yang berkuasa dan ini tidak pernah dikomunikasikan ke publik.


2. Google Maps : Intelejen atas nama Peta


Saya pernah posting di Bixbux ini ihwal bagaimana Google Maps mampu sungguh membahayakan. Ini sangat terjadi. Dengan leluasa Google bisa mendeteksi dimana kita berada. Pejabat tinggi negara, lokasi instalasi militer hingga dengan lokasi belakang layar akan terkuak dengan gampang. Jangan lupa, berdasarkan undang-undang kita, peta dasar suatu daerah cuma bisa ditawarkan oleh negara. Google sudah melanggar ini dengan menawarkan peta dasar setiap inchi ibu pertiwi. Pertanyaan : apakah anda yakin Google gak bisa liat berapa banyak tank atau pesawat kita yang diparkir di outdoor? Atau berapa banyak anggota militer kita dengan mengidentifikasi berapa banyak markas/barak militer yang kita punyai? Bagaimana dengan istana negara, yakinkah jikalau presiden kita terbebas dari bahaya? Secara keluar masuknya kendaraan di istana negara dapat diketahui Google secara real time?


3. Adsense Publisher Indonesia? Banned!


Saya tidak menyalahkan Google sebab banyak mem-banned akun adsense dari publisher asal Indonesia. Banyak banget kini penyedia layanan ads, baik itu ads-network atau traffic source company, yang menolak publisher dari Indonesia cuma alasannya banyaknya ‘fraud’ yang dilaksanakan. Yang dilarang dilupakan yaitu : Google pun mencari uang di Indonesia. Pemasang iklan di Google dari Indonesia bisa dikatakan sangat berpeluang. Ketakutan Google ini ditandai dengan dibukanya kantor Google secara membisu-membisu. Sempat ada kontroversi apakah perlu Google memasang server di Indonesia, namun lambat laun informasi itu senyap alasannya Google meng-klaim cuma mengaktifkan agen iklannya saja di Jakarta. Mau biro iklan atau apapun itu, uang dari advertiser asal Indonesia tetap saja ditarik mulus ke Singapore (kantor Google ada disana) sebelum dilarikan dengan senyuman ke Amerika.

Kalau perusahaan sebesar ini senantiasa menyalahkan Publishernya dan mendewakan Advertiser, terus mengapa setiap dollar dari akun yang ter-banned, yang senantiasa dikatakan akan dikembalikan ke pemasang iklan (advertiser) tidak pernah terjadi. Kejadian ini pernah ditelusuri oleh rekan aku, Harrison Gervitz, yang akun adsense-nya dibanned, tetapi uangnya tidak pernah kembali ke advertiser (Harrison juga pemasang iklan di Google, pemegang akun premium Adwords).


4. Menguasai Pasar Indonesia dari Luar


Mengapa pemerintah Indonesia begitu tunduk kepada Google? Jawabannya cuma satu : alasannya adalah rakyat kita begitu besar hati dengan produk yang terkenal diseluruh dunia. Lihat saja betapa orang kita sangat bangga berkenalan dengan orang-orang Google. Atau ketika terlibat dalam berbagai program yang diselenggarakan oleh Google. They are not a God. Mereka yakni penguasa pasar search engine di Indonesia. Adakah search engine setempat yang sering kita pakai? No, gak ada. Terus kenapa tidak ada program pemerintah untuk memakai produk setempat, bahkan dalam kita berinternet? Jutaan traffic dari Indonesia saat ini benar-benardikuasai oleh berbagai perusahaan luar negeri, dari luar negeri dan tidak ada perlindungan sama sekali dari pemerintah setempat. Apabila ada dispute, undang-undang ynag dipakai pastinya undang-undang dimana kantor Google itu berada. Undang-undang Indonesia? Maaf ya, gak akan dipake, kecuali yang mengontrol iklan digital. Eh, emang ada ya?


5. Google Play? Developer Indonesia Harap Menyingkir


Ini sungguh riil. Tidak mirip Apple, Google tidak memperbolehkan developer aplikasi asal Indonesia, yang tinggal di Indonesia dengan akun bank Indonesia untuk ‘mencari duit’ di pasar aplikasi Android miliknya: Google Play. Bandingkan dengan berapa banyaknya pengguna Android di Indonesia. Di tahun 2011 saja, pengantaran ponsel pintar Android ke Indonesia tumbuh 22 persen secara berurutan. Secara global, 48 miliar aplikasi Android yang telah diinstal dan 2.5 miliar terakhir didapat cuma dalam abad waktu 4 bulan saja. Untuk itu Google juga mengakui bahwa sekarang pendapatan mereka lebih banyak dari Google Play Store dibanding tahun kemudian dan pendapatan per penggunaan juga berkembang2.5 kali. Hal tersebut diungkap dalam program Google I/O 2013 yang diselenggarakan diMoscone Center West, San Fransisco pada bulan Mei 2013. Makara, operating systemnya masuk ke Indonesia (90% lewat handset Samsung), aplikasinya banyak diunduh orang Indonesia, namun orang Indonesia, yang tinggal di bumi pertiwi, dengan akun bank setempat, tidak diperbolehkan memasarkan aplikasi berbayar di Google Play. Dimana keadilan?


6. There ain’t no such thing as a free lunch!


Artinya : gak ada itu namanya makan siang gratis, semua ada timal baliknya. Oke, Google di Indonesia mempunyai acara Bisnis Lokal Go Online. Salah satu programnya yakni menyediakan domain dan hosting gratis untuk 100.000 pengusaha kecil yang mau menggarap pasar online. Secara khusus disebutkan, ketika ini hanya ada 75.000 UKM dari 17 juta UKM yang memiliki website sendiri. Santa claus? Wait, tunggu dulu. Bantuan lain dari acara ini yaitu Bantuan dari Google ini secara lebih rinci adalah: (1) Gratis domain “.co.id” untuk satu tahun pertama sesudah registrasi. Untuk tahun selanjutnya penerima UKM akan dikenakan ongkos maksimal Rp 150.000 per tahun, (2) Gratis konsultasi dan edukasi bisnis yang berkelanjutan, (3) Gratis iklan online dan terdaftar di Google Maps, (4) Kupon AdWords bernilai Rp 500.000 untuk 100.000 pendaftar pertama yang telah mengaktifkan situs mereka dan memiliki akun di AdWords. Hhmm..tiga dari empat poin di atas memakai kata gratis. Oke, tetap saja gak akan gratis selamanya, namun kita semua tahu, memiliki website saja tidaklah cukup bagi sebuah perusahaan. Perjuangan untuk menerima ranking pertama di search engine itu yang justru menarik. Akankah Google menunjukkan insentif posisi hasil search engine? Kecuali produk Amazon (alasannya 3 board director-nya Google dulunya dari Amazon, bahkan Amazon konon memiliki integrasi platform ads PPC yang khusus dr Google), jangan harap Google akan mengulurkan tangan. Kapitalis berjulukan Google ini akan terus mempesona setiap rupiah yang kita punya ke luar negeri.


Baca juga : Kalau Semua Ada di Google, Buat Apa Sekolah?


Terus terperinci, aku bukan antipati terhadap Google. Tetapi rasanya memang perusahaan ini perlu penyeimbang yang sepadan. Investasinya dipajak lebih banyak kek, atau mesti bersikap ramah kepada bangsa ini. Entah kenapa aku mempunyai kepercayaan, jika presiden kita masih Soekarno, tidak akan harkat dan martabat bangsa ini diinjak sedemikian dalam oleh perusahaan luar negeri. Sedih, tetapi kita akan selalu diposisi yang kalah oleh Google. Gak percaya, yuk kita ‘googling’ lagi aja, daripada mikir yang beginian 🙂


Note : agar artikel ini di-index Google dan Bixbux gak di sandbox.



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama