Sinopsis Dan Review Insidious 3, Berjumpa Man Who Can’T Breathe


Seorang gadis bernama Quinn Brenner punya harapan berpengaruh untuk berbicara dengan arwah sang ibu. Keinginan tersebut rupanya menawan residu lain dari dunia astral yang tanpa disadari akan membahayakan nyawanya. Sesosok makhluk mistik yang diandalkan Quinn sebagai jelmaan arwah ibunya, menciptakan sang gadis cedera.



Elise yang memutuskan pensiun sesudah berhasil membantu Josh di tahun 1986 kembali tergerak membantu anak ‘bermasalah’ lainnya. Ya! Insidious 3 merupakan prekuel dari dua film Insidious terdahulu. Di sini Anda akan melihat aksara Elise yang masih hidup melawan iblis berbahaya.



Sosok itu pula yang bersiap membunuh Elise di potensi lain. Lantas apakah film mampu berjalan menegangkan? Sinopsis dan ulasan Insidious 3 di bawah ini semoga mampu memberi sedikit gambaran.



Sinopsis



Sinopsis



  • Tanggal/Tahun Rilis: 5 Juni 2015

  • Genre: Horror, Mistery, Supernatural

  • Produksi: Blumhouse Productions, Stage 6 Films, Entertainment One

  • Sutradara: Leigh Whannell

  • Pemeran: Lin Shaye, Dermot Mulroney, Stefanie Scott, Angus Sampson



Film dimulai dengan adegan dikala seorang gadis akil balig cukup akal bernama Quinn Brenner (Stefanie Scott) mengunjungi rumah cenayang bernama Elise Rainier (Lin Shaye). Kedatangan Quinn bukan tanpa argumentasi yang jelas.



Gadis tersebut rupanya ingin meminta santunan Elise biar dapat berkomunikasi dengan sang ibu yang telah meninggal satu tahun kemudian. Quinn ingin berkomunikasi dengan ibunya sekalipun dalam bentuk arwah.



Elise yang sudah memutuskan untuk pensiun dari dunia semacam itu menolak. Namun, alasannya adalah merasa kasihan Elise mau mencoba menolong gadis tersebut. Quinn lalu bercerita bahwa sebelum menemui Elise, dia sudah menjajal berkomunikasi dengan arwah ibunya.



Dia juga mengaku sering merasakan kehadiran seseorang yang tidak bisa dilihatnya. Ketika dirinya menjajal bicara dengan sosok tersebut, Quinn tidak pernah mendapat balasan.



Oleh alasannya adalah itu, Quinn tiba menemui Elise alasannya berkeyakinan bahwa sosok itu yaitu ibunya. Setelah mendengar cerita Quinn, Elise mencoba berkomunikasi dengan Lily Brenner (Ele Keats).



Namun, ketika sedang menjajal berkomunikasi dengan ibu Quinn, Elise mencicipi kedatangan kekuatan yang sungguh jahat sehingga beliau pun gagal melanjutkan upayanya.



Elise lantas meminta Quinn untuk tidak menjajal berkomunikasi dengan ibunya lagi, apalagi jika dijalankan dikala sendirian. Pasalnya Elise merasa bahwa hal yang dilaksanakan gadis ini mampu membahayakan nyawanya sendiri.



Tak usang Quinn lalu pulang ke tempat tinggal. Dia terlihat tinggal bersama ayahnya, Sean Brenner (Dermot Mulroney) dan adik lelakinya, Alex Brenner (Tate Berney). Esok harinya Quinn sibuk mengikuti sebuah audisi pentasdrama agar dirinya mampu masuk ke sekolah seni.



Saat sedang berlatih seorang diri, beliau menyaksikan ada sosok misterius dari balik jendela melambaikan tangan ke arahnya. Audisi pun berlangsung tapi Quinn gagal. Selepas audisi, dia secepatnya menetapkan pulang. Namun, saat hendak menyeberang, Quinn kembali melihat sosok misterius yang dilihatnya tadi.



Sosok itu terlihat masih melambaikan tangan pada Quinn dan sukses menciptakan gadis tersebut galau. Tak usang sebuah mobil melaju kencang dan menabrak Quinn hingga terpental. Gadis itu segera dibawa ke tempat tinggal sakit untuk mendapatkan pinjaman. Quinn rupanya mengalami patah kaki sehingga harus memakai bangku roda.



Tiga ahad lalu, Quinn dibolehkan pulang. Saat tengah menanti sang ayah, beliau bertemu dengan seorang nenek yang menyampaikan bahwa Quinn sedang dibarengi oleh makhluk yang disebut ‘Man Who Can’t Breathe.’ Nenek tersebut berkata bahwa sosok itu meninggali kamar Quinn dikala dirinya tidak ada di rumah. Quinn hanya bingung mendengar perkataan sang nenek yang tidak dikenalnya itu.



Sesampainya di rumah, sebuah pesta penyambutan telah disiapkan oleh sahabat-temannya. Sejak itu pula gangguan mulai sering dirasakan oleh Quinn, utamanya gangguan dari sosok yang ia lihat beberapa waktu lalu. Quinn masih menganggap bahwa sosok tersebut merupakan arwah ibunya. Gadis itu kemudian bercerita tentang pertemuannya dengan Elise pada sang ayah.



Sean tidak percaya dengan pernyataan Quinn bahwa arwah sang ibu mencoba berkomunikasi, tapi gadis itu tetap keras kepala. Sementara itu di daerah lain dikala Elise bersiap tidur, ia mendapat penglihatan aneh dan merasa akan ada hal buruk menimpa Quinn.



Elise lantas menjajal kembali berkomunikasi dengan ibu Quinn. Namun, yang datang bukan Lily melainkan sosok ‘Man Who Can’t Breathe’. Elise kemudian bertanya apa yang diinginkan makhluk itu. Alih-alih menerima balasan, Elise justru diserang olehnya.



Perempuan paruh baya itu cemas dan merasa tidak mampu membantu Quinn. Di rumah, saat Quinn sedang melakukan panggilan video dengan temannya, gangguan iblis itu tiba lagi. Ia eksklusif membanting tubuh Quinn ke lantai hingga membuat gadis tersebut cedera di bagian leher.



Sejak kejadian itu, Quinn gres menyadari bahwa sosok yang selama ini ia pikir sang ibu, ternyata bukan melainkan ‘Man Who Can’t Breathe’ yang sangat jahat. Dia lantas bercerita pada Sean perihal hal itu. Malam hari saat sang gadis hendak beristirahat, Quinn kembali diusik. Tubuhnya dipindahkah ke lantai lima apartemen.



Terlihat sosok itu berada di belakang Quinn, mendorong dingklik roda menuju kamar 514. Dalam kondisi sungguh cemas, Quinn tak berhenti meminta tolong pada Sean. Saat itu pula ia melihat sesosok perempuan yang terlihat tidak memiliki pergelangan tangan, pergelangan kaki dan tampang.



Sosok menakutkan tersebut terus merangkak mendekati Quinn, mujur sang ayah segera tiba ke ruangan 514 untuk menolong putrinya. Di ruangan itu terdapat telapak kaki berwarna hitam milik sosok ‘Man Who Can’t Breathe’.



Sean lantas mengikuti jejak kaki yang menuju ke luar jendela dan melihat iblis tersebut telah melompat. Saat Quinn hendak melihatnya tiba-datang saja sosok jahat itu timbul dan menariknya.



Sean langsung sigap menarik kaki putrinya semoga Quinn tidak terjatuh. Setelah melihat insiden tak masuk logika itu, Sean percaya dengan semua kisah Quinn. Lantas ancaman apa yang bekerjsama terjadi pada gadis ini? Mengapa beliau diincar oleh sosok ‘Man Who Can’t Breathe’?



Prekuel Film Insidious Chapter 1 dan 2



Prekuel Film Insidious Chapter 1 dan 2


Walau judulnya Insidious 3 atau Insidious: Chapter 3, secara urutan alur dongeng, film ini ialah prekuel dari dua film Insidious terdahulu. Terutama jikalau Anda galau mengapa abjad Elise masih ada di sana, sementara di akhir Insidious 1 sosoknya diceritakan sudah tewas.



Film ini ialah kejadian beberapa tahun lalu setelah Elise berhasil menolong Josh kecil di tahun 1986. Elise yang sempat pensiun karena merasa nyawanya akan terancam harus kembali masuk ke dunia per-ghaib-an untuk menolong seorang gadis.



Keputusan Elise yang berganti, tak lain alasannya adalah Carl mengingatkannya pada sosok Josh kecil, yang berhasil Elise bantu. Anda akan melihat salah satu scene ketika Carl menawarkan foto-foto Josh pada Elise di sini.



Pada film Insidious 3 Anda diajak berjumpa ‘kembali’ dengan sosok perempuan renta berpakaian pengantin warna hitam. Rupanya sosok tersebut memang sudah mengincar Elise semenjak lama, ia juga yang membuat Elise pensiun.



Cerita bahwa bahwasanya Elise telah tahu tentang kematiannya di era depan, persis mirip yang terjadi pada tamat film Insidious: Chapter 1, juga bisa Anda ketahui sesudah menonton film ini. Di sini pula Elise pertama kali berjumpa dengan Specs dan Tucker sampai ketiganya berafiliasi dan menjadi satu tim.



Debut Pertama Leigh Whannell selaku Sutradara



Debut Pertama Leigh Whannell Sebagai Sutradara


Leigh Whannell bukan orang baru di film Insidious. Pada dua chapter Insidious yang kemudian ia bertindak sebagai penulis dongeng dan penata screenplay. Kali ini, beliau diberi potensi untuk mengatasi eksklusif dongeng Elise Rainer yang lekat dengan makhluk-makhluk gaib berbahaya.



Namun, bagaimana pun Leigh telah terbiasa dengan gaya penulisan atau pertentangan dalam film Insidious, mutu film yang dia arahkan ini tetap tidak semulus ketika berada di tangan James Wan. Jump scare yang mampu dinikmati dan menyeramkan pada Insidious 1 dan 2, kehilangan kekuatannya di film ini.



Leigh kesusahan membangun atmosfer yang mampu mendukung jump scare tersebut sampai mampu terasa mencekam. Hasilnya, dia berlalu begitu saja.



Kekuatan emosi kekerabatan antara Sean dan Quinn selaku ayah dan anak gadisnya juga tidak terasa besar lengan berkuasa. Begitu halnya dengan relasi antara Quinn dan Lily. Quinn yang begitu terobsesi mengatakan dengan arwah ibunya terasa hamba, tergolong scene dikala Lily berhasil menyelamatkan Quinn dari perangkap iblis jahat.



Walau demikian Leigh tampakberupaya menyelipkan unsur-unsur yang menghangatkan hati pada filmnya; sesuatu yang dilakukan James Wan terdahulu.



Tampilan Setan yang Cukup Menjijikan





Jika berniat membandingkan, tatapan mata Black Bride dan hantu berwajah merah yang berdiam di belakang Josh memang jauh lebih menyeramkan dibanding sosok hantu bermasker oksigen pada film Insidious 3 ini. Ia yang diundang dengan istilah ‘Man Who Can’t Breathe’ lebih terkesan menjijikan dibandingkan dengan seram.



Anda akan baiklah terhadap hal ini saat menyaksikan salah satu scene dikala Quinn berhasil mengalahkan sosok tersebut dengan cara membuka masker oksigen yang menempel di muka setan itu; sebuah paras mengerikan yang terlihat berjelaga dan tua.



Namun, sosok hantu berwajah rata yang ikut meneror Quinn dalam film ini terhitung susah dilupakan. Anda bisa terteror sekalipun hantu ini hadir tanpa tatapan mata yang menyiratkan hal-hal jahat.



Di golongan para kritikus film, Insidious 3 menerima ulasan yang bermacam-macam. Sebagian beropini beliau tidak terlalu seram walau punya kedalaman tematik yang mengagetkan. Pendapat lain berisi kebanggaan yang menyampaikan bahwa Insidious 3 tampil dengan konsentrasi, gelap serta seram.



Untuk menunjukan pendapat-usulan tersebut, Anda hanya perlu menontonnya. Sudah siap bertemu sosok ‘Man Who Can’t Breathe’?  



Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama