7 Argumentasi Mengapa Sekarang Saatnya Mendominasi Pasar Online (Pelajaran Dari Multiply Dan Zalora)

Berbagai peristiwa sekarang di dunia online Indonesia mau tak maumengingatkan saya betapa bahagianya tahun 2011. Eurofia menjadi affiliate ClickBank pada saat itu menciptakan aku memfokuskan persepsi terhadap beberapa peristiwa besar di Indonesia. Kita tidak akan lupa bagaimana bisnis online lokal, seperti Disdus yang di akuisisi oleh Groupon, atau DealKeren yang disuntik dana dari LivingSocial. Seyakin-yakinnya bahwa dunia internet di Indonesia akan terang-benderang dalam beberapa tahun mendatang karena banyak sekali transaksi ini.


Belum lagi Kaskus yang digandeng Djarum dan Detik yang diakuisisi oleh Para Group (Trans Corp). Grup-grup perusahaan besar ini tentu saja tidak begitu saja mengambil alih start-up yang ada. Okelah, start-up yang diambil memang sangat seksi, tetapi pastinya pertimbangan bisnis menjadi yang utama.


Photo by Cubmundo
Photo by Cubmundo

Dua tahun sehabis 2011, tahun ini tepatnya, Multiply ditutup dan Zalora rugi 900 Milyar di tahun 2012. Pemain global ini (Multiply didukung oleh MIH grup dari Afrika Selatan dan Zalora dari Rocket Internet dari Jerman) ternyata ‘bleeding’ di lumbung padi. Pasar internet di Indonesia yang terus berkembang, buat mereka, menjadi mirip gelembung besar. Besar bulatan, tetapi kosong isinya. Walaupun Zalora masih yakin akan mampu ambil profit di tahun 2015, namun kerugian ini tidak bisa dibiarkan usang.


Well, kata guru saya, orang optimis senantiasa menatap setiap insiden dengan kesempatan. Buat aku, terseok-seoknya pemain besar di bisnis ini dikarenakan kondisi pasar di Indonesia yang berbeda dengan Singapore, Malaysia ataupun India. Globalisasi yang diusung tidak mampu berlangsung dengan baik jika tidak disokong oleh seni manajemen lokalisasi yang mumpuni dan membumi. Indonesia yaitu negara yang sungguh humble dengan family values yang masih sungguh kuat. Ini saatnya untuk bisnis yang kecil (tapi lebih cepat) mengkonsumsi yang besar (dan lambat). Berikut beberapa hal yang perlu dicermati dari apa yang terjadi :


1. Pemain besar selalu menyaksikan awan, pemain kecil menyaksikan apa yg ada di bumi – Ini perkiraan yang sangat umum. Toko online besar melihat market hanya dari data, angka dan statistik. Toko online kecil menyaksikan pasar selaku manusia, yang punya hati dan perasaan. Perbedaan fundamental ini memunculkan implikasi besar. Data dan angka hanya akan menyederhanakan kondisi segmen pasar yang disasar, tergolong men-generalisasi keadaan psikografis segmen. Toko online besar, seperti lazada, tokopedia, lojai, dll; juga memiliki jenis konsumen yang terlalu beragam. Tidak konsentrasi. Ini yang membuatnya sukar bergerak saat satu segmen marketnya meredefinisi ulang dirinya. Pemain kecil akan lebih unggul, alasannya adalah akan bisa lebih personalized pelayanannya. Kesalahan-kesalahan mendasar dalam hal pengantaran barang, pembayaran atau hal teknis yang lain akan bermaafkan oleh konsumen alasannya hubungan interpersonal yang dibangun antara pengurus dan konsumen.


2. Kumpulan kecil bukan mempunyai arti satu besar – Toko online sebaiknya menjual satu barang yang memang menjadi spesialisasinya. Parfum, Sabun herbal, Susu kambing atau apapun itu. Sebaiknya tidak menjual barang dengan diversifikasi yang beragam. Biar bagaimanapun juga, menguasai keywords di search engine ialah essensial. Ini berarti, toko kecil akan berupaya matu-matian untuk mempertahankan keywords toko online-nya. Toko besar? Mendatangkan traffic yang targeted menjadi tantangan tersendiri. Ide Multiply untuk menghimpun toko-toko kecil masuk ke satu mall berjulukan Multiply sebenarnya brilian. Tetapi ternyata orang Indonesia lebih menggemari membuka toko kecilnya sendiri, daripada membuka toko di mall yang minim traffic.


3. Yang langsing selalu lebih gesit dibandingkan dengan yang gemuk – Kondisi yang telah sangat biasa . Ini lah mengapa orang ingin menjadi langsing. Ini juga karena kenapa dahulu Carrefour berbelanja Alfamart, sebab ingin bergerak gesit. Toko online lokal menjadi sungguh gesit alasannya dengan mudah bisa mengembangkan pelayanan, mengganti karyawan atau menggapai pasar baru tanpa perlu rapat direksi atau perdebatan di board room. Sedangkan toko online konglomerat, bisa dibayangkan birokrasi dan tingginya struktur organisasi di dalamnya.


4. Strategi setempat hanya bisa diketahui oleh orang setempat – Errr..ini tidak bisa dipandang jamak tetapi paling tidak merepresentasikan bahwa masyarakat lokal bahagia dengan hal-hal yang berbau setempat. Merek-merek dunia sudah banyak yang merasakan kedahsyatan sistem lokalisasi. Banyak yang berhasil, banyak juga yang tersandung. Starbucks, McDonalds, KFC, Pizza Hut bahkan Coca-cola pernah mencicipi kedasyatan kekuatan setempat sehingga mereka harus mengubah logo, nama produk atau bahkan kebiasaan global yang tidak bisa diterima oleh pasar lokal.


5. Strategi distribusi yang rumit – Permasalahan ini dikemukakan di TechinAsia dikala mereka mengumpulkan juragan toko online besar di Indonesia. Jakarta dan kota besar barangkali bukan problem. Tetapi Indonesia mempunyai lebih dari 17.000 pulau. Untuk produk-produk yang logistic intensive, mirip kosmetik, baju, elektronika, dll ini memerlukan perhatian khusus dan tidak mampu diabaikan begitu saja. Bukan cuma memastikan barang akan diterima oleh konsumen, tetapi juga harus dipastikan barangnya diterima dengan keadaan yang utuh dan sempurna waktu. Beberapa pemain dunia menilai jasa kurir di Indonesia tidak lumayan banyak untuk menunjukkan opsi bagi mereka untuk bekerjasama (kita semua tahu ini). Permasalahan lainnya yakni, perusahaan distribusi (baca: kurir) juga menerapkan tarif yang tinggi. Bahkan, tertinggi di ASEAN. Menyedihkan bukan?


6. Mall online = investasi jangka panjang, toko online = investasi jangka pendek. Ini terperinci. Makanya jangan memulai dengan sesuatu yang besar. Mulai saja dengan hal yang kecil. Kalau punya tetangga yang membuat sepatu, coba jualan sepatu online. Fokus. Bahkan, sepatu masih bisa dibagi lagi niche nya. Coba jangan jualan segala macam sepatu, namun sepatu perempuan contohnya, atau bahkan sepatu olahraga. Investasi pemain kecil di toko online, dengan tanpa aktivitas buatan, tidaklah begitu besar. Otomatis acara yang dilakukan hanyalah melakukan penawaran khusus online dengan fasilitas yang ada. Return On Investment ( ROI) mall online besar mesti di strech sepanjang-panjangnya, sembari menanti pasar betul-betul matang. Ini mirip jika kita goreng telur saja. Pasar toko online kecil sudah matang apalagi dahulu sebab berada di pinggir, sedangkan mall online mesti menunggu seluruh telur matang. Lama.


7. Trust, mudah diucapkan, sukar diterapkan – Problem terbesar yaitu problem payment gateway. Walaupun bank telah mulai membuka diri dengan urusan ini, namun kondisinya belum maksimal. Masyarakatnya telah siap bayar, tetapi jalan masuk pembayarannya masih tersendat. Toko online kecil akan mampu mengatasi ini sebab iktikad yang sudah dibangun lama. Barang kirim dulupun gak ada dilema bila memang telah konsumen usang. Toko online besar? Boro-boro.


Jadi, kini ialah dikala yang tepat untuk mendigitalisasi toko online, atau mempertajam pasar dari toko online yang telah anda punyai. Pada saat pemain besar sedang ketar-ketir karena rilis multiply dan zalora, ini saatnya pemain setempat melaju kencang. Setuju?



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama