Apa Yang Hendak Terjadi Bila Semua Pengguna Stablecoin Harus Teridentifikasi?

 


Bayangkan jikalau di tahun 2021, regulator keuangan mengumumkan bahwa semua pemilik stablecoin perlu terverifikasi. Apakah yang hendak terjadi di ekosistem cryptocurrency?


Saat ini, sebagian besar pengunaan stablecoin dilakukan oleh orang-orang yang menggunakan nama samaran. Artinya, kita mampu  menyimpan $20.000 Tether atau USD dalam bentuk stablecoin di wallet di unhosted wallet (bukan exchange) tanpa perlu menawarkan identitas kita ke Tether atau Circle yang ialah manager dari platform stablecoin. Kita mampu mengirim $20.000 ini ke user lain yang mampu mentransfer lagi ke orang lain dan tidak ada orang di chain tersebut yang perlu mengungkapkan siapa diri mereka.


Baca Juga : Mengenal Stablecoin Indonesia Rupiah Token


Satu-satunya poin dimana user stablecoin mesti mengumpulkan data ke KYC Tether atau Circle yakni ketika ingin menebus stablecoin langsung ke dolar bank tradisional atau sebaliknya.


Di industri dimana institusi keuangan tradisional non-blockchain seperti PayPal, Chase dan Zelle menghubungkan semua pembayaran ke nama dan alamat, jaringan stablecoin telah menjadi sesuatu yang langka dari privasi pembayaran digital. Hal inilah yang pada kesudahannya menyebabkan beberapa penggunaan stablecoin bersifat eksotis.


Di Moscow, pedagang busana di “pasar abu-bubuk” gray market menukar duit tunai untuk tether guna mengembalikan keuntungan. Perusahaan Ukraina yang mengimport dari Turki menggunakan Tether untuk menyingkir dari kontrol valuta aneh dan jutaan skema ponzi bergantung pada Paxos Standard (PAX) untuk pembayaran. Sedangkan di dunia Decentralized Finance (DeFi), program komputer yang tidak mampu diidentifikasi melaksanakan transaksi keuangan yang tidak diregulasi dengan jumlah miliaran dolar menggunakan koin USD dan stablecoin lainnya.


Namun apakah regulator akan membiarkan hal mengenai privasi ini tetap berlanjut? Bagaimana jikalau pada saat ini, pejabat yang bekerja untuk Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) yang ialah pengawas pencucian duit Departemen Keuangan AS sedang menyiapkan untuk mengekang penggunaan nama samaran (pseudonym) di stablecoin? FinCEN dapat menetapkan untuk berikutnya bahwa seseorang ingin mengakses Tether, koin USD atau stablecoin resmi yang lain (TrueUSD, Paxos Standard, Gemini Dollar, Binance USD, HUSD) mereka perlu untuk mengajukan akun stablecoin yang telah diverifikasi dimana dibutuhkan adanya foto identitas, bukti alamat dan isu lainnya kepada Tether, Circle atau penerbit lain.


Untuk user yang telah mempunyai stablecoin, ini bukan ialah duduk perkara besar. Arbritase profesional yang menggunakan stablecoin untuk memindahkan nilai dari satu centralized exchange ke exchange lain mungkin telah KYC dan klien retail yang menyimpan stablecoin mereka di exchange mirip Bitcoin tidak akan mencicipi adanya perubahan alasannya adalah exchange udah memverifikasi identitas mereka. Namun, mengenang bahwa setiap aktivitas transfer yang dilakukan perlu memiliki nama dan alamat yang terang maka hal ini pasti akan memberatkan industri tertentu seperti trader China di Moskow. Para penerbit stablecoin juga akan merasa tidak tenteram karena membangun infrastruktur untuk menghimpun dan memverifikasi identitas dari semua user dan tidak cuma user yang menebus atau melakukan deposit, mahal harganya. Untuk menutup ongkos mereka, penerbit seperti Tether dan Circle mungkin akan memikirkan adanya introducing fees. Semua hal ini dapat menciptakan stablecoin kurang mampu diakses oleh orang yang cuma ingin menggunakannya untuk pengiriman duit biasa.


Industri yang hendak paling terdampak dari pergeseran regulasi stablecoin ini adalah industri DeFi. Jika yang mempunyai stablecoin yaitu individual maka mampu dengan gampang diidentifikasi. Namun di DeFi, stablecoin kadang-kadang didepositkan ke akun yang dikontrol oleh kode otonom atau kontrak bakir dimana tidak adanya underlying owner. Juga tidak ada kejelasan bagaimana penerbit stablecoin mampu melaksanakan KYC dengan smart contract.


Maker, salah satu tools desentralisasi terpopuler mempunyai 350 juta dolar USD koin di berbagai vaults yang dibuat oleh user. Timbunan stablecoin ini berfungsi selaku pemberian jaminan/kolateral untuk DAI, stablecoin desentralisai milik Maker. Koin 130 juta dolar USD koin lainnya disimpan di smart contract modul stabilitas milik Maker. Jika semua pemilik stablecoin mesti diidentifikasi maka tidak terang siapa atau entitas apa yang harus menjalani pemeriksaan KYC untuk 130 juta dolar ini.


Compound, tool DeFi terkenal yang lain, saat ini menyimpan 1.6 miliar dolar USD koin dan 350 juta tether. Pemberi dukungan mampu mendepositkan stablecoin mereka ke dalam smart contract Compound dan mengumpulkan bunga dari peminjam yang menawan dari kontrak tersebut. Liquidity pools, smart contract yang mendukung exchange desentralisasi seperti Uniswap dan Curve juga memiliki jumlah stablcoin yang besar. Liquidity pools saat ini berisi koin USD sebesar 1.25 miliar dan Tether senilai 450 juta dolar.


Pada skenario yang paling ketat, penerbit stablecoin dapat diminta untuk memutuskan entitas apapun yang tidak mampu memperlihatkan nama dan alamat yang diverifikasi artinya smart contract Curve, Maker dan Compound dapat dicegah untuk mendapatkan stablecoin. Mengingat ketergantungan ekosistem pada stablecoin hal ini pasti mampu menghancurkan ekosistem yang sudah ada. Compound, Curve, dan Uniswap mungkin mampu beradaptasi dengan mengganti stablecoin yang mematuhi FinCEN mirip USD koin dengan koin yang tersentralisasi anggap saja stablecoin DAI milik Maker. Karena stablecoin yang desentralisasi tidak bergantung pada bank tradisional, mereka tidak terlalu terikat pada diktat FinCEN. Tapi perlu dikenang bahwa Maker bergantung pada jaminan koin USD untuk mengilhami dai dengan stabilitas. Jika Maker, mirip Compound dan Curve tidak mampu lagi menyimpan koin USD maka dai itu sendiri akan menjadi kurang stabil dan kegunaan dari Compound dan protokol lain yang mengandalkan dai akan terganggu.


Jika kita membayangkan skenario yang tidak ketat, FinCEN mungkin membolehkan pembebasan smart contract. Lebih baik stablecoin disimpan di smart contract ketimbang di akun yang dikendalikan secara eksternal, maka FinCEN akan memungkinkan penerbit stablecoin untuk menyediakan layanan keuangan untuk smart contract. Sebagian besar DeFi mampu berjalan mirip sebelumnya. Opsi ini sendiri memperlihatkan celah yang cukup besar bagi bad actor. Seluruh alasan untuk mewajibkan platform memverifikasi akun ialah untuk menangkal mereka memindahkan dana ilegal. Jika stablecoin yang disimpan di smart contract dibebaskan dari kewajiban KYC maka individu yang berinisiatif akan memindahkan stablecoin ke layer smart contract dan dengan demikian merangsang kontrol FinCEN.


Baca Juga : 3 Project DeFi di Indonesia


Skenario tengahnya yaitu FinCEN membebaskan smart contract dari KYC stablecoin tetapi cuma bila smart contract itu sendiri memverifikasi identitas dari semua alamat yang berinteraksi dengan smart contract tersebut. Makara Curve, pada kasus ini harus merencanakan acara due dilligence untuk konsumen bila ingin memenuhi kualifikasi untuk menggunakan stablecoin. Maker harus memerika semua pemilik vault yang ada. Di skenario ini, kita mampu membayangkan DeFi terbagi menjadi 2 dimana  protokol yang sepenuhnya desentralisasi akan menyingkir dari stablecoin sama sekali untuk menghindari KYC pada penggunanya. Kemudian industri keuangan yang tidak sepenuhnya desentralisasi akan mulai memverifikasi pengguna untuk menjaga terusan ke stablecoin.


Selain juga banyak skenario yang lain sebab hal ini bergotong-royong merupakan problem yang kompleks. Jika FinCEN benar-benar mengeksplorasi pertanyaan perihal nama samaran di stablecoin maka akan ada pejabat resmi yang diberi tugas mencoba mendesain balasan yang cocok. Aturan yang terlalu ketat akan menciptakan DeFi tidak berfungsi dan aturan yang terlalu ringan akan membuat DeFi terus dibayangi dengan ancaman pembersihan duit.


Saat ini, variasi Tether, USD Coin, Paxos standard, Binance USD, TrueUSD, dai dan HUSD sekarang secara terorganisir melebihi bitcoin dalam hal volume in-chain. Pada Januari 2021, stablecoin ini memproses 308 miliar dolar dalam transaksi bila dibandingkan dengan bitcoin yang memproses 297 miliar dolar. Dengan stablecoin yang makin besar dari hari ke hari, para regulator mungkin tidak dapat mengabaikan duduk perkara atas nama samaran selamanya.


 


 



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama