Selama 2019, Bitcoin Naik Turun?

Selama tahun 2019 kita sudah menyaksikan beberapa episode naik turunnya crypto. Pada separuh pertama 2019 misalnya Bitcoin sempat melambung naik sampai lalu turun lebih dari 40% setelahnya. Yang berlawanan di tahun ini adalah Bitcoin mendapat sorotan yang cukup besar dari para regulator maupun institusi keuangan.


Baca juga: Riset: Pekerjaan di Industri Crypto dan Blockchain Meningkat Hingga 26%


Lalu apakah gambaran dari Bitcoin ternoda? Memang beberapa masalah selain perubahan harga besar-besaran, Bitcoin dan cryptocurrency yang lain sudah dihubungkan dengan penipuan, pembersihan duit, penggelapan pajak, pencurian cyber, spekulasi berlebihan dan banyak lagi. Risiko seperti ini mungkin lebih gampang bagi pengawas untuk mengabaikan ketika Bitcoin dan rekan-rekannya duduk di pinggiran keuangan, namun mereka bergerak makin akrab dengan arus utama, terutama dalam bentuk baru crypto. Yang paling menonjol yaitu stablecoin, mata duit digital yang nilainya dipatok ke beberapa penyimpan nilai yang lain dengan volatilitas terbatas. Yang paling besar yakni Tether, yang pembuatnya mengatakan Tether dirancang untuk melacak dolar AS. Skala memiliki peluang Libra, crypto bikinan Facebook juga menimbulkan kekalutan di kelompok regulator bahwa cryptocurrency dapat menggantikan kekuasaan dari pemerintah dan bank sentral.


Baca juga: Banyak Casino Mulai Beralih Pakai Cryptocurrency


Volume Tether per simpulan Oktober tahun ini juga melonjak hingga $35 miliar, sedangkan Bitcoin masih bertengger di kisaran $27 miliar mirip yang dilansir CoinMarketCap. Volume Tether melebihi Bitcoin untuk pertama kalinya pada April lalu dan secara konsisten terus merangkak naik.


Baca juga: Menguasai Emosi dan Mengelola Risiko Dalam Perdagangan Crypto


Selama satu tahun ke belakang, Bitcoin memang mengalami naik turun yang dramatis. Diantaranya, Presiden Cina mengumumkan tunjangan untuk teknologi blockchain yang mendasari cryptocurrency, namun pemerintahnya pada dikala yang serupa menindak bisnis kripto. Pengumuman peluncuran Libra, serta yang tak kalah penting ialah volatilitas harga turut mewarnai pasang surut crypto selama satu tahun ke belakang. Selain Cina yang menolak crypto, ada juga regulator yang masih memikirkan kehadiran aset ini, AS contohnya. Negeri yang dipimpin oleh Trump tersebut dimengerti dikala ini sedang dalam proses merumuskan taktik pengaturan yang komprehensif.


Baca juga: Cryptocurrency Selamatkan Pembangkit Listrik Berusia 110 Tahun


Namun, popularitas Bitcoin masih tetap memuncak apalagi semenjak kenaikannya di tahun 2017, dimana ia mampu menawan banyak investor besar periode itu. Sebagian dari mereka mungkin telah meninggalkan Bitcoin, tetapi masih ada golongan penggemar inti yang berpengaruh yang tersisa.


Bagaimana kira-kira di tahun mendatang? Akankah perdagangan Bitcoin semakin disenangi?


Baca juga:






Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama