Doni Hernawan, Petakita Dan Mengapa Google Maps Mampu Membahayakan

Berapa hari yang lalu saya bertemu dengan Doni Hernawan, Co-Founder & Director, GETSolutions (PT Geospatial Engineering Technology), penggagas PetaKita – sebuah platform apps peta gratis untuk pengguna smartphone, tablets dan PC. Setelah beberapa bulan yang lalu gagal bertemu, kesempatan ini, tentu saja, menjadi momen yang tidak boleh dilewatkan.


doni


Perusahaannya, GETSolutions, yakni perusahan yang bergerak di bidang pemetaan geo-spatial. Didukung oleh teknologi yang sempurna guna, aneka macam perusahaan besar ketika ini banyak menjadi kliennya. Pemetaan ini sungguh diharapkan oleh contohnya, perusahaan telekomunikasi, untuk memilih dimana letak transmitter yang paling baiklah. Doni bahkan menyertakan, National Geographic yakni klien tetapnya.


Doni, pernah menjadi finalis Indonesia Young Creative Entrepreneur Awards 2012 yang di selenggarakan oleh British Council, yakni alumni Teknik Informatika ITB dan mempunyai visi besar lengan berkuasa wacana ke-Indonesiaan. Didasari oleh konsep yang besar lengan berkuasa di bidang pemetaan, Doni secara khusus menjelaskan betapa Google Maps sudah jelas sekali menyalahi aturan mengenai pengerjaan peta dasar di Indonesia. Dan pembicaraanpun menjadi tambah mempesona.


Selama ini, saya yakni pengguna Google Maps yang bagus. Saya senantiasa berpikir, peta di Google adalah yang peta online terbaik. Secara, ini Google yang buat. I guess, I am wrong. Peta Google memang dibentuk dengan baik, namun dibalik itu terdapat tujuan yang lebih besar.


Cerita dimulai dikala Doni bertandang ke Google di Singapore. Dari situ disadari betapa Google ternyata meremehkan aplikasi peta buatan bangsa kita. Cerita kemudian meningkat ketika Doni berjumpa dengan beberapa petinggi perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dan justru mereka mempertanyakan mengapa tidak memakai Google Maps saja. Sentimen bela negaranya timbul. Google Maps = aneh, Peta Kita = Indonesia. Masih saja tidak menerangkan mengapa orang menentukan Google Maps. Padahal secara detail, Doni sungguh yakin petanya sungguh jauh lebih rincian dari Google.


Semangat Ke-Indonesiaannya makin berkobar saat berjumpa dengan beberapa start-up yang mengklaim : membuat start-up lalu akan dijual di kemudian hari. Peta Kita, sudah berulang kali ditawar oleh perusahaan asing, tetapi diacuhkan begitu saja. Doni sadar betul, peta yakni dasar dari segala dasar informasi. Bahkan info strategis kontur negara kita, letak banyak sekali lokasi instalasi militer, lokasi negara yang dirahasiakan, dan sebagainya, umumsaja bocor ke negara lain. Bayangkan bila mobilisasi militer dan lokasi tentara paling banyak di Indonesia ternyata dikenali oleh aneh. Bahaya.


Terlebih lagi, bayangkan seperti ini. Petinggi negara, pemakai Android. Diaktifkan ID-nya di Google. Namanya juga handphone, niscaya nyala terus. Google ID nya kebawa kemana-mana. Di Google, petinggi ini akan sangat gampang untuk di deteksi kemana perginya. Kalau petinggi militer, akan gampang dikenali ketika ini sedang ada dimana. Kalau mata-mata, ya secara realtime akan gampang dilacak sedang di posisi mana. Seperti ini, menciptakan kita sadar, sebaiknya namanya bukan Google Maps, tapi Google Spy 🙂


Berbicara dengan Doni menciptakan aku terbangun. Sudah lama saya mengamati pergerakan bisnis Google, termasuk bagaimana mereka berusaha menguasai teknologi internet dan digitalisasi. Sekarang ini Indonesia telah dijajah secara ekonomi; suatu dikala, kita akan mati perlahan sebab dijajah secara digital.


Follow Doni Hernawan di : @doherwan



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama