Ipo-Chan Ditabrak Satelit! Perjuangan Penduduk Iran Melawan Sensor Internet

ipo_dan_shimako_by_rouzille-d93fh4u


Lucu, namun menjengkelkan.


Internet Positif. Anda tentu kenal dengan “Ipo-chan”, si maskot lucu Internet Positif yang sempat booming di berbagai situs jejaring sosial beberapa bulan lalu. Dengan kostum merahnya, beliau digambarkan berusaha memblokir susukan ke situs-situs yang dianggap “berbahaya” dan “merusak akhlak bangsa”. Meskipun mampu dikatakan memiliki kegunaan, tetap saja keberadaan sensor internet rasanya menyebalkan. Pasalnya, Internet Positif seringkali juga memblokir situs-situs berkhasiat, seperti lembaga Reddit, situs menyebarkan video Vimeo, atau situs unggah gambar Imgur.


Kekesalan Anda dikala situs favorit terblokir pasti belum sebesar kekesalan warga Iran. Iran, yang masuk pada daftar “Enemies of the Internet” model Reporters Without Borders, disebut-sebut tengah merencanakan intranet negara yang berisi konten “halal”, seperti jaringan Kwangmyong di Korea Utara. Setelah jaringan tersebut beroperasi, rencananya sambungan internet internasional Iran akan dicekik, sehingga konsumen beralih ke jaringan nasional mereka. Sebenarnya, tanpa perlu dicekik sekalipun, tarif internet di Iran sudah cukup mahal, dan berbagai situs internasional seperti YouTube telah diblokir. Penggunaan VPN pun tak membantu, karena koneksi yang tersedia di Iran terlalu lambat untuk memakai VPN. Selain itu, pemerintah Iran pun selalu menjajal untuk memblokir VPN, Tor, dan perlengkapan sejenisnya.


Jadi bagaimana mereka menanggulangi pemblokiran tersebut?


Jawabannya sederhana: dengan TV satelit!


satellite set top box photoKarena 70 persen rumah di Iran telah memiliki dekoder TV satelit dengan port USB, beberapa orang penggagas di Iran mendirikan organisasi Net Fredom Pioneers dan jaringan Toosheh. Toosheh, yang berasal dari bahasa Farsi, berarti “bundel”. Jika Anda menjajal menonton kanal ini, Anda hanya akan melihat teks dalam bahasa Farsi berupa kode perekaman. Ikuti saja panduan untuk merekam saluran tersebut, dan dalam satu jam, Anda akan mendapat berkas TS (Transport Stream) hasil rekaman. Isi berkas tersebut ialah aneka macam macam konten dari situs-situs terblokir. Berita progresif, video-video pendidikan dari YouTube, dan konten-konten berguna lain ada di dalam berkas TS tersebut, siap diekstrak melalui program yang tersedia di situs resmi Toosheh. Keren, bukan?


Keberadaan Toosheh sangat diapresiasi oleh pengguna internet Iran. Sejak diluncurkan pada bulan Oktober 2015, aplikasi dekoder Toosheh telah diunduh sebanyak 56 ribu kali, meskipun situsnya sudah diblokir oleh pemerintah Iran. Namun demikian, alasannya adalah sinyal satelitnya nyaris tidak mampu diblokir, dikala ini Toosheh masih mengudara, dengan ongkos dari donatur. Kenetralan Toosheh terjamin, alasannya hanya staf Net Freedom Pioneers yang mampu menentukan konten untuk disebar melalui Toosheh.


Mehdi Yahyanezad, pendiri Net Freedom Pioneers, berharap bahwa di era depan, dia mampu berbagi Toosheh menjadi bisnis konten dengan memberi saluran pada pihak media untuk menentukan konten. Sinyal satelit Toosheh yang juga menjangkau Syria, Irak, Afghanistan, dan sebagian Turki yaitu aset Toosheh. Negara-negara tersebut juga biasanya memiliki terusan internet yang terbatas dan penetrasi televisi satelit yang cukup tinggi, sehingga di periode depan, Toosheh mampu menjadi sejenis “Netflix” untuk kawasan Timur Tengah — meskipun secara hukum, Toosheh berada di daerah debu-debu.


Secara teknis, Toosheh adalah kemajuan teknologi yang sungguh andal. Dengan memanfaatkan spesifikasi Transport Stream yang terbuka, Net Freedom Pioneers berhasil memampatkan konten-konten berguna dan menjadikannya gampang diakses oleh kebanyakan masyarakat Iran. Sejauh ini, opsi konten yang disediakan pun diapresiasi dengan baik oleh masyarakat Iran. Yahyanezad sendiri mengaku bahwa ia menerima banyak seruan konten dari pengguna internet Iran, yang lalu ia saring secara terencana.


Hadirnya Toosheh membuat penulis merasa sedikit bersyukur dengan keadaan internet di Indonesia. Meskipun sering dianggap mahal dan lambat, setidaknya sensor yang diterapkan tidaklah seketat negara-negara lain. Namun demikian, jikalau suatu hari nanti Internet Positif makin diperketat penerapannya (tidak lagi lewat DNS, contohnya memakai deep packet inspection), penulis membayangkan jaringan sejenis Toosheh akan timbul juga di tanah air, walaupun tentu jangkauannya jauh lebih terbatas sebab tidak banyak penduduk Indonesia yang memiliki terusan ke TV satelit. Adaptasi TV digital saja masih mangkrak, kok.


Akhir kata, tidak ada sistem yang sempurna. Apa pun cara yang dikerjakan untuk memblokir konten, selalu ada cara untuk menembusnya. Rezim represif sekarang tak lagi laku. Namun, perlu diingat pula, kebebasan hadir dengan tanggung jawab besar. Siapkah Anda?



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama