Saya sempat merasa bimbang dengan pekerjaan saya ketika melihat beberapa sobat tampak sukses kerja freelance. Rasanya ingin resign dan mengikuti jejak mereka. Bekerja tanpa ikatan dengan perusahaan dalam rentang waktu yang usang, tanpa hukum seragam dan jam kerja.
Namun, dikala berulang kali ngobrol dengan mereka, justru mereka menyarankan jangan buru-buru resign dan cuma untuk kerja freelance. Memang mereka mengakui mampu lebih enjoy dengan aktifitas kerja freelance yang mereka jalani.
Figur mirip mereka inilah yang di abad milenial mirip sekarang ini menjadi impian. Terutama bagi orang-orang yang telah letih dengan sistem kerja kantoran. Juga bagi anak-anak muda yang kita tahu ketika ini getol banget bermain-main dengan teknologi.
Tentu saja potensi -peluang kerja freelance yang ditawarkan di media online juga turut andil terhadap minat untuk jadi pekerja lepas. Dengan kemudahan kanal dan fee yang disediakan di media online tersebut menciptakan siapa pun yang memiliki kemampuan terpesona untuk mengajukan ajuan.
Mengamati fenomena tersebut, rasa ragu-ragu dalam hati aku semakin berpengaruh. Padahal dikala ini saya melakukan pekerjaan selaku salah satu karyawan swasta yang memiliki ikatan kerja cukup lama. Saya karyawan tetap dan mesti menyelesaikan periode bakti minimal sampai 10 tahun sejak diangkat sebagai karyawan tetap.
Artinya, aku harus bisa bersabar untuk merealisasikan pekerjaan yang menjadi passion aku. Mungkin sebab kebetulan saja bila passion yang aku miliki agak berlainan dengan bidang pekerjaan yang aku jalani selaku karyawan swasta saat ini.
Baca juga: Wawancara dengan Willix Halim, VP of Growth Freelancer.com
Di masa kebimbangan itu, saya mencoba mencari informasi-informasi tentang konsep kerja freelance. Barangkali nanti ada jalan bagi aku untuk mampu merealisasikan pekerjaan yang sesuai dengan passion. Ya, sebab saya menyaksikan di masa milenial mirip kini ini, passion menjadi puncak buruan bagi seseorang dalam menjalani karirnya.
Sebenarnya freelance ini apa sih, kok bisa jadi pilihan untuk ngejar passion?
Saya lihat teman aku ini enjoy sekali kerja tanpa ikatan dengan perusahaan. Memang ia pernah jadi karyawan, tetapi lalu menetapkan resign. Padahal beliau pernah kisah jikalau dia mampu mendapatkan honor delapan juta dari perusahaan itu. Wow …. Saya sempat melamun ketika mendengar kisah beliau.
Teman aku bilang, “Saya merasa kehilangan banyak waktu untuk berkarya, alasannya ngurusi kerjaan. Kaprikornus saya memilih keluar biar mampu menikmati acara menulis buku.”
Iya, dia seorang penulis buku. Saya menyaksikan sampai sejauh ini, sahabat aku cukup sukses mengejar passionnya. Kerja freelance tanpa ikatan kerja dalam waktu yang lama dengan satu perusahaan. Bahkan dia bebas memilih hendak melaksanakan apa dan menentukan sendiri kapan waktunya.
Kalau menyaksikan perjalanan karir sahabat aku ini, memang ia telah cukup usang bergelut dengan dunia perbukuan. Dimulai dengan aktif menulis di bulletin kampus, mengurus majalah, menulis buku, hingga menjadi ghost writer dan co-writer.
Sejak tahun 2004 hingga sekarang, ia tidak pernah berhenti menulis. Meskipun kuliah jurusan Ekonomi, namun ternyata passionnya ada di dunia kepenulisan. Maka tidak aneh ketika dia jadi karyawan perbankan merasa kurang tenteram. Ya, mungkin alasannya jauh dengan dunia tulis menulis.
Tidak usang lalu ia menentukan kerja di industri penerbitan buku. Sempat menjadi Pimpinan Redaksi salah satu penerbit mayor dan sangat produktif menghasilkan karya buku. Namun, dia masih belum nyaman alasannya adalah merasa masih ada yang janggal.
Akhirnya dia menetapkan kerja freelance tanpa ikatan. Full sehari-hari melakukan naskah buku, membuka jasa pendampingan menulis buku, sampai lalu salah satu bukunya bisa meraih predikat best seller.
Dari pengalaman teman aku ini saya menyaksikan bahwa ada beberapa kunci keberhasilan dia selaku freelancer. Apa saja itu? Fokus, kesepakatan, dan totalitas.
Kalau boleh aku simpulkan, freelance yakni perihal bagaimana kita mampu terus berupaya merealisasikan apa yang menjadi passion kita, tanpa terikat kontrakkerja dengan perusahaan dalam jangka waktu yang lama. Tentu saja juga berhubungan akrab dengan kemampuan yang kita miliki. Baik keahlian menciptakan produk, mengurus, maupun kesanggupan yang lain.
Freelance Adalah Pilihan Menuju Kesuksesan
Saya sepakat dengan pernyataan bahwa freelance yaitu pilihan menuju keberhasilan. Dalam artian sukses bagi yang sungguh-sungguh serius menjadi professional terhadap setiap proyek yang dilaksanakan. Sukses pula merealisasikan passion yang barangkali tidak bisa ditemukan ketika menjalani karir selaku karyawan perusahaan.
Di kurun milenial yang serba instan dengan pertumbuhan teknologi seperti sekarang ini sudah menciptakan kesempatan kerja freelance. Banyak karyawan yang lalu termakan untuk menjajaki potensi tersebut. Ada yang sekadar main-main selaku jalan untuk mendapatkan penghasilan perhiasan di luar gaji sebagai karyawan. Ada pula yang dengan tekat berpengaruh resign sebagai karyawan, kemudian memilih jalur kerja freelance sebagai alternatif meraih kesuksesan.
Coba saja kita perhatikan laman website freelancer.co.id yang menunjukkan jenis pekerjaan freelance dari ratusan jenis pekerjaan. Dengan berbekal kemampuan teknis yang kita miliki, atau menggeluti hobi yang kita sukai, pasti ada peluang untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Tinggal buka laman website freelancer.co.id lalu pilih jenis kategori pekerjaan yang kita kuasai.
Kalau kita resah tak tahu mau cari pelengkap penghasilan dari mana, sering-sering saja tengok laman website penyedia lowongan kerja freelance. Barangkali passion yang selama ini kita cari ada di sana.
Namun, masalahnya tidak siapa saja tahu bagaimana cara mengawali kerja freelance. Meskipun sudah mahir buka google, searching isu lowongan kerja, ternyata masih banyak yang tanya bagaimana caranya jadi freelancer.
Nah, kira-kira bagaimana sih caranya supaya kita bisa ikuti jejak berhasil para freelancer?
Freelancer ialah Karakter Profesional yang Harus Kita Bentuk Secara Mandiri
Iya, kerja freelance itu bukan sekadar persoalan cari informasi lowongan kerja, lalu memberikan jasa, dijalankan sesuai pesanan, kemudian mendapat bayaran. Namun, lebih dari itu. Freelancer yakni dilema bagaimana kita membentuk karakter profesional yang bisa menyelesaikan tanggung jawab profesi yang kita jalani secara mandiri.
Memang akhirnya berat banget, ya? Memang begitulah keadaan yang bekerjsama. Memang selaku freelancer kita bebas mengakses gosip dan menentukan akan menjalankan proyek yang mana, namun, kita mesti senantiasa ingat bahwa pemberi proyek pun punya hak keleluasaan memilih siapa freelancer yang beliau yakin untuk mengerjakan proyek mereka.
Ini artinya tanpa bekal profesionalitas, seorang freelancer akan kalah bersaing untuk menerima proyek-proyek dengan freelancer yang lain. Antara freelancer dan pemberi proyek sama-sama mempunyai kebebasan untuk menentukan nasibnya masing-masing.
Kaprikornus ya tinggal pilih, mau jadi freelancer professional atau pecundang?
Nah, kalau telah mantab dengan profesionalitas kalian, mari coba daftar jadi freelancer di salah satu situs freelance online Indonesia. Ikuti tindakan berikut:
Pertama, buka browser dan ketikkan https://fastwork.id/start-selling pada kolom url, lalu klik ‘Enter’ pada keyboard.
Kedua, klik “Menjadi Freelancer”
Ketiga, silakan registrasi dengan mengisikan data diri, kemudian klik “Daftar” atau kalau ingin cepat bisa pilih register dengan menggunakan akun facebook atau google. Kali ini aku akan contohkan cara register dengan menggunakan akun google.
Keempat, pilih akun google yang mau kita gunakan untuk mendaftar selaku freelancer. Tunggu beberapa ketika sampai kalian dibawa pada laman untuk melengkapi data diri. Ada empat jenis data yang harus dilengkapi, adalah Profil Anda, Profil Sebagai Freelancer, KTP, dan Rekening Bank. Semua harus diisi lengkap biar mampu melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Kelima, klik “Simpan dan Lanjutkan” jika semua data sudah terisi lengkap.
Nah, hingga tahap ini kalian sudah resmi terdaftar selaku freelancer di situs freelancer online Indonesia, fastwork.id. Mudah sekali, kan?
Lalu Seperti Apa Sih Para Freelancer yang Beredar di Situs Online?
Kita boleh menilai dan membranding diri kita sebagai freelancer profesional. Melabeli dengan segudang karya dan prestasi yang luar biasa, namun jangan lupakan para freelancer yang sudah lebih dulu beredar di dunia maya.
Mereka pun melaksanakan hal yang serupa. Membranding diri mereka sebagai pekerja freelance profesional, dengan segudang hasil karya dan prestasi yang ditunjukkan dalam portofolio mereka. Bisa jadi di sana berbagai orang-orang yang lebih expert dibanding kita. Popularitasnya jauh di atas kita.
Mari kita ambil contoh para freelancer yang ada di situs fastwork.id. Saya akan ambil semua orang yang Bloger Freelance yang paling popular di sana.
Mereka mempunyai spesialisasi dan kriteria fee masing-masing. Kalau menyaksikan dari jumlah follower, tampaknya memang standar harga tidak kuat. Artinya ketika kita memutuskan untuk menjadi freelancer, kita punya hak untuk memutuskan persyaratan harga atas jasa yang kita tawarkan.
Oke, kini coba kita lihat menurut urutan terlaris. Apakah peringkatnya masih sama, atau berubah.
Ternyata ada sedikit perubahan. Kalau dilihat dari daftar tersebut, mematok standar harga murah untuk jasa yang kita tawarkan tidak senantiasa bisa menjadi yang terlaris. Nyatanya ada bloger yang mematok harga yang sungguh tinggi juga masuk dalam daftar freelancer terlaris.
Bisa jadi dalam hal ini mutu dan profesionalisme berperan besar dalam membentuk popularitas selaku freelancer.
Lalu Bagaimana Agar Kita Bisa Bertahan Sebagai Freelancer?
Yang jelas tetap konsentrasi, akad, dan totalitas kepada apa yang kita lakukan. Terus kembangkan wawasan dan keahlian sesuai dengan bidang keahlian yang kita geluti. Jika ingin bertahan, kita harus melakukannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh freelancer semoga mampu bertahan yaitu tentang update informasi. Kerja freelance itu pekerjaan berdikari, jadi kita harus aktif mencari dan mengikuti kemajuan informasi modern. Jangan malas, sebab berita dan teknologi meningkat dengan sangat cepat.
Sedikit saja lengah, maka kita mampu tertinggal jauh dari yang lainnya.
Sebaiknya Tetap Kaprikornus Karyawan atau Kerja Freelance Online?
Nah, di sinilah letak dilemma itu. Ketika kita sudah mendapatkan pekerjaan dengan status karyawan, kemudian merasa masih butuh perhiasan penghasilan. Di sisi lain tugas-peran selaku karyawan menuntut waktu dan loyalitas kita. Bahkan hingga menguras fikiran dan tenaga. Namun, kadang kesejahteraan finansial yang kita kehendaki masih belum juga kesampaian. Hingga lalu terpengaruhi dengan keberhasilan orang lain yang mampu sukses dengan kerja freelance.
Sebenarnya jadi karyawan bukanlah hal yang buruk. Justru beberapa orang meyakini ada hal-hal nyata yang kita peroleh selaku karyawan yang barangkali tidak didapatkan oleh freelancer, antara lain:
Garansi Mendapatkan Gaji Bulanan
Kerja freelance umumnya hitungan gajinya perproyek. Besarnya pun disesuaikan dengan tingkat kesulitan pengerjaan proyek tersebut. Biasanya kontrak waktunya jangka pendek. Sesuai dengan perkiraan penyelesaian setiap proyeknya.
Berbeda halnya dikala jadi karyawan. Hitungan gajinya bulanan, bahkan ada juga yang mingguan. Biasanya besarnya honor yang diterima setiap bulan besarnya hampir sama, atau relative sama. Kalaupun ada penambahan, lazimnya berbentukbonus atau derma variable.
Memang enaknya jadi karyawan itu seperti itu. Setiap bulannya ada gaji yang bakal kita terima dari hasil kita bekerja. Karena pekerjaan karyawan cenderung kontinyu. Selalu ada pekerjaan sesuai dengan uraian peran kita sebagai karyawan.
Garansi Mendapatkan Tunjangan
Salah satu bagian honor karyawan yakni tunjangan. Ada sumbangan fungsional, ada pula tunjangan structural bagi yang menjabat di structural. Belum lagi ditambah derma yang lain, seperti bantuan hari tua, pemberian kesehatan kerja, dan lain sebagainya. Jadi, selaku karuawan bisanya tidak cuma mendapatkan gaji pokok perbulan. Melainkan ada pemanis honor berupa pemberian yang juga akan memperbesar isi rekening tiap bulannya.
Bagaimana saat kita kerja freelance? Sepertinya jarang banget yang memperlihatkan perlindungan di luar fee dari proyek yang dikerjakan. Apalagi bila proyek yang dikerjakan berupa pekerjaan yang sifatnya mampu dilaksanakan di mana saja. Misalnya seperti rancangan grafis, penulisan artikel, web developer, dan lain sebagainya.
Garansi Mendapatkan Pembinaan dan Pengembangan Keterampilan
Orang-orang yang kerja freelance dianggap sudah memiliki bekal keterampilan dan wawasan yang cukup. Bahkan bisa dibilang sebagian besar dari mereka ialah para expert. Karena proyek-proyek yang disediakan membutuhkan eksekutor yang kompeten dan profesional di bidangnya. Sehingga jarang sekali pemberi proyek yang dengan baik hati memberikan kemudahan pelatihan atau pengembangan keahlian bagi freelancernya. Kecuali kalau mereka sedang merencanakan proyek jangka panjang, dan mengincar freelancer tersebut sebagai karyawan mereka.
Baca juga: Tingkatkan Produktivitas Karyawan Anda dengan 4 Cara Realistis Ini
Dalam kebijakan perusahaan ada yang namanya peningkatan kapasitas sumber daya. Salah satunya ialah kenaikan keterampilan sumber daya karyawan. Biasanya dituangkan dalam program diklat atau pendidikan berkelanjutan bagi karyawan perusahaan. Tujuan risikonya supaya kinerja perusahaan meningkat.
Sebagai karyawan yang menerima pembinaan dan pengembangan keterampilan pastinya harus bersyukur. Karena secara otomatis akan mengembangkan kompetensi dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Apalagi bila karyawan tidak perlu mengeluarkan uang sedikit pun untuk mencicipi kemudahan ini.
Garansi Mendapatkan Asuransi Kesehatan dan Tenaga Kerja
Kerja freelance itu nyaris sama posisinya dengan pekerja outsourching. Jadi pekerjanya kadang tidak menerima fasilitas asuransi kesehatan dan asuransi ketenaga kerjaan. Memang tidak semua perusahaan memperlakukan pekerja outsourching mirip itu, ada juga perusahaan yang memberi fasilitas asuransi bagi pekerja outsourching mereka.
Kalau status kita selaku karyawan tetap, tentu perusahaan punya kewajiban untuk memperlihatkan akomodasi asuransi kesehatan dan asuransi ketenaga kerjaan pada karyawannya. Hal itu telah tertuang dalam regulasi pemerintah yang harus dipatuhi oleh setiap perusahaan.
Makara bagi karyawan tentunya akan diringankan saat mesti menanggung beban ongkos perawatan karena sakit, atau alasannya terjadi kecelakaan kerja. Karena biayanya sudah tercover oleh asuransi.
Garansi Mendapatkan Pengakuan Status Sosial
Di Indonesia, status sosial kita masih identik dinilai dari pekerjaan. Maka terkadang kita masih menemui dalam percakapan sehari-hari mengenai pertanyaan, “Sekarang kau kerja dimana?” atau “Kerjaanmu apa, kok berani melamar anak aku?”
Sebagian besar orang Indonesia menilai orang yang memiliki pekerjaan, dengan honor bulanan, mempunyai status sosial yang lebih tinggi. Entah apa penyebabnya, barangkali alasannya contoh pikir yang terbentuk selama ini sudah demikian.
Padahal jikalau menyaksikan fenomena dikala ini, banyak anak-anak muda yang mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar dibanding para pekerja kantoran itu. Youtuber contohnya. Mereka bahkan tidak punya kantor. Mereka mungkin kerjaannya hanya main game, kemudian direkam pakai screen recorder. Setelah itu diunggah ke youtube.
Kalau dibandingkan, jelas pekerjaan itu lebih ringan daripada auditor yang kerja kantoran. Bayangkan, auditor harus masuk kerja saban hari dari pukul tujuh hingga pukul 15 sore. Sehari-hari melototin angka, survey data, wawancara, melakukan analisis, menciptakan laporan audit. Kadang masih mesti menghadapi haters di kantor yang notabene juga rekan kerja.
Baca juga: Karyawan Anda Memilih untuk Resign, Apakah Alasannya?
Bandingkan gajinya. Gaji dia sebulan barangkali tidak lebih besar dari gaji youtuber dalam dua minggu. Apa karyawan lain juga sempat berpikir demikian? Sebuah dilemma.
Kerja Freelance Sebagai Peluang di Era Milenial
Setelah mempertimbangkan, kayaknya jadi karyawan lebih enak. Punya honor bulanan, derma, pengembangan kompetensi, asuransi dan fasilitas yang lain. Barangkali secara materiil mampu kita peroleh, terlebih bila kerja di instansi pemerintah. Tentu honor dan sumbangan lebih gede lagi.
Namun, masalahnya tidak semua lulusan sarjana atau fresh graduate itu bisa langsung mendapat pekerjaan. Ada yang sudah bertahun-tahun masih juga jadi pengangguran. Bahkan ada pula yang rela bekerja meskipun bidang yang digelutinya berlainan dengan bidang jurusan kuliah. Lebih parah lagi ada yang akan bekerja dan digaji dengan tolok ukur gaji di bawah standar kualifikasi mereka. Miris.
Padahal kalau ditelaah lebih jauh, banyak potensi dan skill yang dimiliki oleh para fresh graduate tersebut. Meskipun mungkin jauh dari bidang akademik yang mereka punyai. Kadang sistem rekrutmen di perusahaan hanya mampu mendeteksi segi kelebihan mereka dari factor akademis. Tidak dari sisi potensi diri mereka yang bahwasanya.
Sehingga kadang kala dikala mereka sudah diangkat menjadi karyawan, kadang merasa passion-nya belum terpenuhi. Ada rasa belum puas dengan kegiatan rutin pekerjaan yang mereka jalani. Sehingga lalu menjajal mencari potensi lain untuk menyanggupi passion itu.
Melihat masalah-persoalan itu, banyak orang menciptakan kesempatan dengan lapangan kerja baru. Dengan mempertimbangkan risiko dan keperluan dari pencari kerja dan pemberi kerja. Hingga lalu merebaklah peluang-potensi yang disediakan dalam bentuk kerja freelance.
Baca juga: Sistem Operasi Jaringan – Seberapa Penting Jaringan Komputer pada Masa Era Milenial Ini?
Di masa milenial yang semua orang butuh kanal cepat dengan mempergunakan teknologi, kesempatan-kesempatan itu dikonsep sedemikian rupa. Dibuatlah sebuah metode yang bisa menjembatani antara pemberi kerja atau pemilik proyek dengan para freelancer atau pekerja professional yang butuh pemanis penghasilan.
Maka kini orang tidak perlu setiap hari masuk kantor untuk melakukan pekerjaan . Mereka cukup bekerja dari rumah, dan mendapat bayaran sehabis menyelesaikan pekerjaannya. Tanpa harus menunggu bulanan, tanpa harus mematuhi aturan kantor yang ribet, tanpa menimbang-nimbang kompetisi untuk menduduki jabatan.
Inilah era milenial. Semua kemungkinan mampu diwujudkan dengan mempergunakan teknologi. Kecanggihan-kedahsyatan akan terus berkembang menuntut kreatifitas dan inovasi.
Kalau kita menceburkan diri sebagai freelancer, maka harus siap mengikuti pertumbuhan teknologi. Kalau kita komitmen kerja freelance, artinya mesti tetap menjaga profesionalisme dalam setiap proyek yang kita lakukan.
Nah, biar postingan ini bermanfaat. Silakan lewati komentar di bawah artikel ini kalau ada hal yang perlu didiskusikan. Atau barangkali ada yang ingin berbagi pengalaman? Oh, boleh sekali. [SNs]
Sumber harus di isi