Mengapa Hotel Selalu Kalah Di Pertarungan Online Market Dengan Ota? Ini Jawabannya.

Percaya atau tidak, dunia internet marketing ini untuk beberapa bisnis besar memang sesuatu yang baru. Perusahaan yang memilih untuk tetap melakukan acara pemasaran secara konvensional, dengan menggapai pelanggan offline; secara gradual akan dirugikan dengan perusahaan lain yang lebih cepat bergerak di internet.


Ketika saya berdiskusi dengan teman baik aku, Director of Sales salah satu luxury hotel di Bandung, secara ragu-ragu beliau menyatakan bahwa internet marketing belum menjadi prioritas. Justru ketakutannya, jika perusahaannya menggunakan jasa SEO dengan membidik keywords tertentu, apa kesannya bila perusahaan SEO tersebut lalu di-hire saingannya untuk melakukan hal yang serupa. Beralasan juga.


Gambar : Storyblocks

Kekhawatiran aku risikonya menjadi kenyataan. Hotel, yang ialah organisasi bisnis yang besar, mesti mengakui tunduk kepada Travel Agent Online (OTA) ketika berperang di jalur online. Secara sporadis, OTA membabi-buta meng-klaim berbagai macam keywords yang berafiliasi dengan kota, tempat, atraksi atau bahkan merek hotel yang menjadi kliennya; khususnya di PPC search engine besar macam Google, Yahoo atau Bing.


Search engine yaitu pusat lalu lintas (trafffic) yang paling besar dalam jumlah. Traffic organik di search engine mampu diibaratkan selaku potential walk/in guest. Dan kenyataannya, posisi paling atas di search engine senantiasa ditempati oleh iklan Adwords. Sedangkan fakta juga memperlihatkan bahwa 87% orang yang mencari sesuatu melalui search engine, akan meng-klik situs web yang di page pertama dan ranking pertama (baca : posisi teratas di halaman pertama).


Disini quote besar : posisi memilih prestasi, menjadi berlaku.


Ketika potential guest menuliskan nama hotel di search engine, memiliki arti tumpuan mengenai hotel yang bersangkutan telah sungguh berpengaruh. Misalnya begini : Kalau aku ingin bermalam di, contohnya Hotel Panghegar Bandung, saya akan menuliskan nama hotel tersebut di Google. Kekuatan merek (brand equity) yang dibangun secara gradual oleh Hotel Panghegar menciptakan aku memang mencari hotel tersebut untuk saya tinggali. Percaya sama aku, gak gampang membangun kekuatan merek sehingga menciptakan kandidat customer eksklusif menuliskan merek yang kita punya. Ini yaitu proyek jangka panjang yang gak mampu dibangun instan. Nama kerennya : sudah menjadi ‘top of mind’.


Hal lain yang mendorong virtual walk/in guest ini menulis nama merek hotel yakni karena tumpuan atau nasehat. Tetep saja, acuan yang diberikan yaitu manifesto dari loyalitas (konon salah satu ciri-ciri orang yang loyal yakni mereferensikan produk kepada orang lain). Gak gampang juga membuat customer kita menjadi loyal.


Yang ingin aku garis bawahi yaitu bahwa : hotel sudah mengeluarkan banyak investasi untuk menciptakan mereknya menjadi ‘top of mind’ atau membuat tamunya menjadi loyal. Perjalanan panjang ini tidak cuma memerlukan dana yang besar, tetapi juga tenaga dan pikiran yang lebih. Kondisi membuat klaim keywords yang dikerjakan oleh OTA menjadi tidak berhubungan . Seharusnya OTA menghormati hotel untuk tidak membidik merek dari hotel yang melakukan koordinasi dengannya. Apabila ini tidak dijalankan, pihak hotel harus memasukkan klausul tentang tidak diperbolehkannya OTA menggunakan merk name hotel yang bersangkutan di iklan.


Silakan perhatikan hasil search engine untuk keyword : Hotel Panghegar (Bandung) di samping. Bisa ditentukan traffic untuk kata kunciini akan lari ke Agoda atau Traveloka atau OTA yang lain. Website resmi dari Hotel Panghegar akan menganggur. Masih untung apabila mendapatkan 10% dari traffic yang semestinya masuk. Ini yang membuat booking engine di situs web hotel hanya mendapatkan takaran sedikit traffic di market online. Padahal, analoginya, traffic seach engine ini mampu menghasilkan tamu-tamu walk/in (virtually) yang berkualitas. Dan pastinya, dengan tingkat elastisitas harga yg lebih lunak. Toh mesti diakui, hotel memang menggemari walk/in guest. Yang orang hotel pasti baiklah. Bisa menciptakan ADR (average daily rate) menjadi lebih tinggi 🙂


Fenomena mempesona lain yaitu, hasil search engine untuk beberapa hotel besar yang chain internasional, semacam Hilton, JW Marriott atau Ritz Carlton; tidak ada satupun iklan yang timbul membatasi website hotelnya berada di rank 1. Tidak mungkin ini terjadi jika tidak ada upaya yang dilakukan oleh hotel-hotel tersebut terhadap OTA yang suka membajak brand name hotel. Asumsi aku, hotel internasional ini telah sangat melek teknologi. Sadar betul kekuatan merek, dan melindunginya dengan sepenuh hati.


Yuk, perlindungan merk name kita, kini saatnya hotel lokal berjaya di market online.



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama