Sinopsis & Review The Chronicles Of Narnia 1 (2005)


The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe menjadi film terbesar ketiga yang dirilis tahun 2005. Dibuka dengan penghasilan sebesar $ 107,1 juta dan sukses membawa pulang piala Academy Awards untuk klasifikasi Best Makeup. Film ini mendapatkan rating 76% dari 217 review dan mendapatkan banyak pujian dari kritikus film.



Berkisah perihal petualangan empat bersaudara ialah Peter, Susan, Edmund dan Lucy yang memperoleh dunia lain yang disebut Narnia. Dunia yang mereka peroleh di balik lemari ini ternyata dipimpin oleh penyihir putih jahat.



Kira-kira apakah Peter, Susan, Edmund dan Lucy bisa melepaskan Narnia dari tangan penyihir putih yang jahat ini? Jangan hingga ketinggalan, kamu mampu mendapatkan jawabannya di bawah ini.



Sinopsis






  • Tanggal Penayangan: 9 Desember 2005

  • Genre: Drama Fantasy Family

  • Sutradara: Andrew Adamson

  • Perena Utama: William Moseley, Anna Popplewell, Skandar Keynes, Gerogie Henley, Tilda Swinton, James McAvoy, Jim Broadbent, Liam Neeson

  • Produksi: Walt Disney Pictures, Walden Media



Peter, Susan, Edmund dan Lucy dikirim oleh ibunya dari London ke rumah seorang Profesor berjulukan Digory Kirke. Mereka terpaksa mengungsi alasannya daerah tinggal mereka menjadi salah satu kawasan yang terkena Perang Dunia II. Mereka mengendarai kereta hingga di jemput oleh penjaga rumah dari sang profesor yang tidak ramah pada anak-anak dan sungguh ketat.



Suatu hari keempat kerabat ini sedang bermain petak umpet bareng , hingga Lucy memperoleh suatu lemari dan berniat untuk bersembunyi di sana. Saat beliau masuk kedalam lemari, Lucy justru menemukan dunia lain dan berjumpa dengan seseorang di erat tiang lampu. Mr. Tumnus ialah seorang faun dari Narnia, ia pun memanggil Lucy untuk mengunjungi rumahnya.



Mr. Tumnus menceritakan semuanya mengenai Narnia yang dikutuk mengalami musim cuek selama 100 tahun oleh Penyihir Putih. Tidak tega, Mr. Tumnus menyuruh Lucy kembali ke dunianya dan Lucy pribadi menceritakan pengalaman ini pada saudaranya yang lain. Edmun yang pernah ke Narnia pun berbohong alasannya adalah tidak mau di anggap berhalusinasi



Saat melarikan diri dari Nyonya Macready, mereka masuk kedalam lemari dan menemukan Narnia. Lucy ingin berjumpa dengan Mr. Tumnus, namun rumahnya terlihat sangat awut-awutan. Hingga mereka bertemu dengan berang-berang yang memberi tahu mengenai kondisi Narnia dan Aslan. Edmund menyelinap dan bertemu dengan sang Ratu sendirian, merasa kesal Edmund pun dijadikan tawanan dan dipenjarakan.



Peter, Susan dan Lucy kesudahannya berjumpa dengan Aslan dalam sebuah kemah dan meminta bantuannya untuk menyelamatkan Edmund. Susan dan Lucy sempat diserang serigala, Beberapa pasukan Aslan mengikutinya dan keesokan harinya Edmund sudah berada di kemah. Penyihir Putih tiba-tiba saja datang ke perkemahan untuk meminta Edmund dihukum, tetapi Aslan membisu-diam membuat janji lain.





Lucy dan Susan terkejut dikala melihat Aslan mengorbankan dirinya mengambil alih Edmund, Aslan mati di tangan sang Penyihir Putih. Susan dan Lucy mengantarpesan kematian Aslan, pagi harinya Peter memimpin pasukan Aslan untuk berperang. Saat itulah Aslan tiba-datang berdiri dan eksklusif bergegas ke kastil penyihir untuk menjinjing pasukan yang lain yang diperlukan Peter.



Edmund menyaksikan Peter dalam bahaya, ia turun untuk menghancurkan tongkat Penyihir Putih dan terluka parah. Peter hampir mati di tangan Penyihir, ketika itulah Aslan dan pasukan yang lain tiba dan menghabisi seluruh pasukan lawan. Berkat derma ramuan gila Lucy, Edmund kembali hidup dan mereka dinobatkan selaku Raja dan Ratu Narnia.



Lima belas tahun berlalu, dikala keempat anak Pevensie ini dewasa mereka memburu rusa putih ke dalam hutan. Lucy mendapatkan tiang lampu yang beliau ingat, Lucy menelusuri jalan hingga mereka terjatuh dan keluar dari lemari di hari yang serupa. Saat itu mereka bertemu dengan Profesor Kirke yang merasa heran dan meminta mereka menceritakan petualangan mereka.



Adaptasi yang Membuat Semua Orang Bisa Menikmatinya





The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe yakni film yang ramah untuk anak-anak. Tidak ada adegan yang tidak layak dilihat bawah umur dan romance dalam film ini lebih pada kasih sayang antar saudara. Di sisilain, film ini mampu membuat orang akil balig cukup akal ikut berkhayal dan masuk ke Narnia. Karena efek visualnya dibuat dengan sangat bagus dan tampaksangat canggih.



Film ini bisa membuat orang remaja bernostalgia dengan banyak sekali dongeng kanak-kanan mereka. Sebut saja Mr. Tumnus yang seorang faun atau lebih simpelnya manusia setengah binatang dalam mitologi Yunani. Belum lagi hewan-binatang seperti berang-berang, banteng, burung elang yang mampu berbicara. Hal ini tentu menjadi salah satu daya tarik dan sesuatu yang disukai oleh bawah umur. 



Sutradara Andrew Adamson yang berafiliasi dengan penulis dan editor, sukses menggambarkan Narnia dengan sangat tepat. Pengambilan gambar dan editingnya sangat bagus, terlihat sangat elegan dan mewah. Mereka mampu menggambarkan kengerian dalam balutan salju putih, dimana biasanya penyihir putih dan salju di ibaratkan dengan hal baik.



Tilda Swinton yang memerankan Penyihir Putih, dia sukses membawa kesan warna putih yang elegan dan tenang namun dengan sisi menyeramkan. Tilda menunjukkan bahwa warna putih mampu tampakmenenangkan di luar, tapi di dalamnya ada kejahatan tersembunyi. Mungkin ini citra dari “serigala berbulu domba”?



Karakter yang tidak kalah menciptakan saya terpesona adalah Aslan, si singa yang menjinjing kedamaian. Tapi tidak disangkal bahwa film ini berhasil membuat Aslan sang Singa menjadi karakter paling mempesona dari yang yang lain. Uniknya saya merasa jatuh cinta dengan bunyi Aslan dan merasa sering mendengar suara ini. Ternyata pengisi bunyi Aslan yang terdengar manly milik pemain drama terkemuka dunia William John Neeson.



Karakter Penyihir Putih yang Kurang Dieksplor namun Efek Visualnya Sangat Baik





Sejujurnya aku akan menyampaikan bahwa The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe adalah film yang elok. Jika saya menjadi penonton dan membeli tiket bioskop untuk film ini, aku akan keluar bioskop dengan rasa puas. Saya bisa katakan bahwa film ini digarap dengan sungguh serius dan digadang-gadang sebagai film dengan budget besar di Hollywood sesudah The Lord of The Rings.  



Saya mengakui bagaimana efek-efek yang ada di film ini sangatlah canggih dan mumpuni untuk film di tahun 2005. Saya pikir tidak ada satupun orang yang hendak menampik bahwa efek visual dalam film ini terlihat sungguh mulus dan berkelas. Pengambilan gambarnya juga sangat baik, film ini seakan membius penonton dan mengatakan “Selamat tiba di Narnia”.



Hanya saja kelemahan yang saya rasakan yaitu framing tentang Penyihir Putih yang agak kurang jelas. Meski diketahui selaku ratu Narnia yang ditakuti, kita tidak mendapatkan argumentasi kenapa dia bisa di takuti. Saya sebetulnya sungguh berharap mampu mengenali kenapa Penyihir Putih mampu menjadi antagonis dalam film ini.



Karena agak sedikit rancu, dikala kita tidak tahu orang yang pembawaanya mewah ini mampu menjadi tokoh antagonis. Untungnya Tilda Swinton bisa menciptakan kita percaya bahwa ia yakni penyihir jahat dalam penampilan kolam Ratu yang bagus hati. Dikutip dari Wikipedia, sang penyihir bisa menjadi jahat sebab efek samping dari apel keabadian yang ia makan.



Apel ini menumbuhkan kejahatan dalam hati sang penyihir dan membuatnya menderita dengan salah satu efeknya kulit penyihir menjadi putih. Jika saja hal ini ditampilkan sedikit saja, mungkin menjadi point plus dan membuat orang makin mencicipi keganasan Penyihir Putih. untungnya Tilda Swinton sukses menjinjing kengerian dengan caranya sendiri pada penonton dibalik gambaran ratu es.



Film Terlaris dari Seluruh Franchise-nya





Film The Chronicles Of Narnia ini memang terdiri dalam series, sama mirip film Harry Potter atau trilogi The Lord of The Rings. Sebenarnya The Chronicles of Narnia ini memiliki empat series untuk filmnya, tetapi baru tiga yang sudah di rilis. The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe rilis di tahun 2005.



The Chronicles of Narnia: Prince Caspian tahun 2008 dan The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader tahun 2010. Ketiga film ini dibuat oleh Walt Disney Studio dan Motion Picture, tetapi ketiganya memukul setiap peluncuran berlainan-beda. Pasalnya dari ketiga film dalam series ini, The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe menjadi film tersukses.



Film ini sukses meraup $ 745.013.115, yang menjadikannya selaku film ke-55 dengan penghasilan kotor tertinggi sepanjang abad. Film ini juga menjadi film Disney ke 5 dengan pembukaan paling besar tahun 2005 dengan pemasukan $ 107,1 juta. Dengan data penghasilan ini, The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe unggul dari dua film yang lain.



Salah satu aspek yang menciptakan film ini disukai yakni karena imbas visual dan musiknya yang sangat bagus. Skor musik Harry Gregson-Williams sukses mensugesti orang-orang yang menonton film ini. Tidak ada plot hole yang menciptakan penonton merasa kejanggalan dalam film ini. Sayangnya film keempat dari series ini tidak jadi dibuat.



Di Balik Pembuatan Buku The Chronicles of Narnia 1





The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe ini memang diangkat dari novel fantasi karya C.S. Lewis. Buku yang dirilis pada tahun 1950 ini mulanya diberi nama The Chronicle of Narnia, tetapi di jilid keduanya berkembang menjadi The Lion, The Witch and The Wardrobe. Buku ini menjadi buku yang paling banyak di simpan di aneka macam perpustakaan di Inggris masa itu.



C.S Lewis bekerjsama sudah mempunyai ilham tentang buku ini semenjak usianya 16 tahun, ia membayangkan dirinya adalah seorang faun. Berjalan dibawah hujan salju dengan menggunakan payungnya ia berlangsung sambil menjinjing parsel di tangannya. Hal ini terus ada dalam dirinya sampai dia berusia 40 tahunan dan mulai menulis wacana cerita ini.



Kisahnya juga diambil dari kejadian faktual yang dialami oleh lewis pada tahun 1939 dalam kasus pemboman di London. Saat itu tiga gadis berjulukan Margaret, mary dan Katherine dievakuasi dan dikirim untuk tinggal bersama Lewis di pedesaan. Begitu Pula dengan abjad Lucy yang ternyata dia adaptasi dari putri baptisnya yang bernama Lucy Barfield.



Kehadiran Aslan dalam buku ini juga ternyata bukanlah hal yang sudah beliau persiapkan sebelumnya. Suatu malam ia bermimpi perihal singa dan mulai menuangkannya ke dalam cerita Narnia ini. Aslan sendiri yaitu istilah untuk singa dalam bahasa Turki, kebetulan yang abnormal. Lewis memulai pembuatan buku ini tahun 1939 dan gres simpulan di tahun 1949, satu tahun lalu diterbitkan.



Meski begitu buku pertama dari kisah ini pernah Lewis hancurkan, alasannya sahabat-temannya menawarkan reaksi yang jelek akan buku itu.



Bagi aku The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe adalah film santai yang bisa disaksikan oleh keluarga muda. Dengan menonton film ini, kita bisa mendekatkan diri dengan anak-anak dikala weekend.







The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe






class="rwp-overall-score rwp-only"
style="background: #f67f3e;"
property="reviewRating" typeof="http://schema.org/Rating"
>

7.5 / 10
Bacaterus.com





Rating









Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama