Mengerti Vaksin Nusantara Berbasis Sel Dendritik Ala Mantan Menkes Terawan


detakhukum.com – Indonesia masih terus menyebarkan vaksin COVID-19 produksi domestik. Salah satunya yaitu vaksin Nusantara yang diinisiasi oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.





Pembuatan vaksin ini dimulai semenjak Oktober 2020, ketika Terawan masih menjabat menjadi menteri. Pada 22 Oktober 2020, penandatangan perjanjian kerja sama dikerjakan antara Badan Litbang Kesehatan (Balitbangkes) dengan perusahaan farmasi bernama PT. Rama Emerald Multi Sukses.





Sebelumnya, vaksin model ini telah lama dikembangkan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, AIVITA Biomedical. Pengembangan vaksin Nusantara melibatkan peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Universitas Diponegoro, dan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.





Terawan mengklaim, vaksin Nusantara memiliki keunggulan kekebalan yang lebih usang dibandingkan beberapa varian antivirus lainnya sebab memakai basis sel dendritik. Sel dendritik sendiri yakni sel yang bisa mengikat antigen virus dan menyajikannya, agar sel badan bisa mempelajari antigen itu dan menghasilkan antibodi.





Telah melalui uji klinis fase 1





Pada 16 Februari 2021, vaksin berbasis sel dendritik ini disebut telah melewati uji klinis fase 1. Diujikan kepada 27 pasien dan vaksin ini diklaim bisa menghasilkan imunitas yang baik dan aman.





Tim uji klinis vaksin Nusantara mengklaim Vaksin Nusantara aman untuk semua golongan, termasuk bagi warga yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) dan anak-anak, alasannya adalah dilakukan memakai tata cara berbasis sel dendritik autolog yang bersifat personal atau personalized basic.





Sementara itu, uji klinis Fase II akan berlangsung kalau menerima kesepakatan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Uji klinis fase II ini akan melibatkan sebanyak 180 relawan.





Bagaimana cara kerja Vaksin Nusantara?





Vaksin Nusantara ini melakukan pekerjaan secara perorangan. Secara teknis sel dendritik yang ada dalam manusia dikeluarkan melalui darah, kemudian dipaparkan dengan kit vaksin sel dendritik. Sel yang sudah mengenal antigen dari SARS-CoV-2 akan diinkubasi selama 3-7 hari.





Setelah itu, hasil inkubasi kemudian akan diinjeksikan kembali ke dalam tubuh. Di dalam badan, sel dendritik tersebut akan mengakibatkan sel-sel imun lain untuk membentuk tata cara pertahanan memori kepada SARS-CoV-2.





Diklaim mampu diproduksi dalam jumlah banyak





“Vaksin berbasi dendritik sel, dikenalkan dengan antigen COVID-19 jadi punya memori Covid-19. Proses praktis dengan inkubasi seminggu kemudian jadi vaksin perorangan dan disuntikkan. Makara orang pikir tidak bisa produk massal. Bahkan mampu sebulan mampu 10 juta, mampu dilaksanakan. Ini buatan Indonesia. Kita bisa jadi sejajar dengan negara lain.”  Terawan A. Putranto (CNN).





Akan namun, klaim Terawan ini dipertanyakan sejumlah jago, khususnya data uji klinisnya. (narasi)



Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama