Perbedaan Affiliate Marketing Dan Multi Level Marketing, Pahami Dulu Sebelum Menjajal

Ada satu pertanyaan menggelitik yang saya masih belum mampu jawab sampai sekarang : apa itu affiliate marketing? Kemudian coba jawab dalam bahasa Indonesia, apa jawabannya? Bertahun-tahun saya menjajal mencari tahu jawaban pertanyaan itu. Akan bertambah lebih sukar lagi jika yang bertanya yakni orang yang nggak ngerti sama sekali affiliate marketing. Dan akan menyebalkan ketika tiba saatnya orang tersebut menyamakan apa yang saya lakukan di affiliate marketing dengan Multi-Level-Marketing. Drop!


Sebetulnya gak bisa disalahin juga, affiliate marketing banyak berkembang di mancanegara. Terutama di negeri yang internetnya telah sungguh maju. Ini perbedaan sungguh fundamental pertama, affiliate marketing hanya bisa digunakan di dunia maya. Lho kalau reseller toko bagaimana? Bentar, itu akan dibahas lain waktu. Sekarang dengan MLM dahulu.


Gambar : Storyblocks

Dari sejak pertama kali menginjakkan kaki di internet marketing, kata affiliate marketing memang bukan hal yang mudah untuk dibicarakan. Yang paling mudah ya PPC Marketing (Pay per Click), Email Marketing, Search Engine Marketing, Social Media Marketing, tetapi coba silakan cari istilah yang pas, yang terdiri dari 2 kata untuk affiliate marketing, rasanya tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa sahabat baik aku menjajal untuk menggunakan kata penjualan afiliasi, namun entah kenapa saya kurang sreg menterjemahkan ‘affiliate’ dengan ‘afiliasi’.


Mungkin alasannya buat saya, kata afiliasi bermakna terikat dengan aturan, yang lebih pas dihubungkan dengan kerjasama antara dua organisasi (B2B), dan bukan affiliate seperti yang dimaksud dalam affiliate marketing (B2A2C). Mungkin alasannya adalah afiliasi lebih seperti kata benda. Diam, dan tidak bergerak. Sedangkan menurut saya, affiliate marketing itu yaitu kata kerja. Utuh dan tidak mampu dipisahkan. Maksudnya, kata ‘affiliate’ dan ‘marketing’ mesti jadi satu. Kaprikornus dapet akhiran ‘+ing’ nya, yang diartikan kata kerja. Dinamis.


af·fil·i·ate (-fl-t)

v. af·fil·i·at·ed, af·fil·i·at·ing, af·fil·i·ates

v.tr.

1. To adopt or accept as a member, subordinate associate, or branch: The HMO affiliated the clinics last year.

2. To associate (oneself) as a subordinate, subsidiary, employee, or member: affiliated herself with a new law firm.

3. To assign the origin of.


Bagi saya, mungkin Referral Marketing jauh lebih pas (dan lebih mampu dikenali), atau bila yg lebih mumet lagi ya namanya jadi Performance-Based Marketing (Wikipedia lebih suka meng-asosiasikan dengan kata ini). Tapi sekali lagi, apalah arti sebuah nama. Yang penting ngerti dan paham maksudnya. Selepas itu ya silakan kita ambil faedah positifnya.


Nah, back to basic. Jadi apa bantu-membantu Affiliate Marketing dan apa membedakan dengan Multi-Level-Marketing? Salah banyak diantaranya ada di bawah ini :



  • Sudah disebut diawal, affiliate marketing cuma terjadi di dunia internet. Ini disebabkan karena sistem pemasaran jenis ini membutuhkan tata cara deteksi otomatis dari setiap referal yang masuk. Sistem ini biasanya di-inject dengan platform cookies, yang hendak meninggalkan jejak di komputer visitor. Mudahnya gini : pernah dengar Wego? Wego adalah website yang melayani reservasi tiket pesawat dan hotel. Coba anda masuk ke dalamnya. Akan ada perbandingan harga diantara web lain (lihat gambar). Apabila kesudahannya anda menetapkan untuk pesan kamar hotel melalui Agoda dengan link yang disediakan Wego, maka Wego akan menerima 6%-9% dari setiap pembelian yang anda lakukan. Nah, sebab masih ada cookies (jejak) yang yang ditempel dari Wego di komputer anda. Kalaupun sehabis 20 hari anda pesan kamar lagi lewat Agoda, Wego akan tetap dapat komisinya. Itulah fungsinya cookies yang di Agoda dipasang selama 30 hari.



  • Bagaimana dengan MLM? Walaupun dulu dimulai dengan metode offline, ketika ini MLM sudah mulai merambah tata cara online. Produk Oriflame yang dijual oleh online misalnya. Terus terperinci aku terkagum dengan metode pemasaran MLM yang digabungkan dengan tata cara affiliate marketing ini, dan dikerjakan online. Tetapi tetap saja ada hal mendasar yang harus dipenuhi ketika kita berbicara MLM. Bahwa anggota (lazimdisebut downline), tetap mesti membeli sejumlah barang ke perusahaan, sebelum lalu berupaya kembali mencari downline (yang juga akan membeli barang dari perusahaan tersebut. Buat saya, metode MLM lebih sempurna dengan membidik ‘influencer’ dan bukan ‘end user’. Influencer ini yang hendak bercerita, menciptakan konferensi, menerima order sampai dengan maintain downline biar tetap menjadi loyalis dengan aneka macam macam bonus.



  • Walaupun tidak mesti, sistem affiliate marketing akan membutuhkan perusahaan perantara sebagai Marketplace/Affiliate Network. Hal ini tidak berlaku untuk Amazon yang mengelola sendiri sistem affiliate-nya. Bahkan Apple, perusahaan yang diresmikan Steve Jobs, menunjuk Commision Junction untuk menggarap tata cara affiliate hardware-nya, dan Link Share untuk semua aplikasinya. Keunggulan menggunakan Affiliate Network ini semoga Apple tidak bersusah payah mencari affiliate marketer yang mau mengiklankan produk. Affiliate Network biasanya sudah memiliki membangun jaringan affiliate marketer yang tergabung di dalamnya. Membayangkan Marketplace/ Affiliate Network itu seperti : Toko grosir. Merek produk yakni advertiser. Mereka datang ke Toko Grosir untuk naruh barangnya. Kemudian datanglah pembeli (Note: di Affiliate Network/Marketplace kita tidak harus membeli barang untuk mengiklankan). Pembeli ini akan memasarkan kembali barang advertiser tadi di tokonya supaya sampai ke end-user. Asiknya, pembeli di toko grosir itu, bisa berbelanja (mempromosikan) berbagai barang yang ada di Toko Grosir langganannya. Tinggal pilih saja. Ada berbagai merek dari banyak sekali advertiser. Pembeli disini biasa disebuat publisher/affiliates.



  • Sedikit berlawanan dengan yang di atas, MLM hanya menjual produk dari satu merek saja. Walaupun demikian, merek ini lazimnya mempunyai diversifikasi lini produk yang luas. Merek satu, namun produknya mampu ratusan, bahkan ribuan. Dari sini si pemilik merek itu mendapatkan duit. Dari setiap pembelian yang dijalankan oleh downline. Fokus MLM yakni merekrut downline sebanyak-banyaknya biar mampu bermain dengan kelipatan/ kuantiti.



  • Affiliate marketing bukanlah bisnis yang ‘set and forget’. Okelah kalau anda bermain dengan ‘content locking’ mungkin masih mampu agak hening, namun tetap saja konten di web harus di update terus supaya menerima new visitor yang cukup. Kita harus secara aktif mengiklankan produk yang ada melalui banyak sekali channel yang ada. Tidak ada downline yang mau terus berpromosi dikala anda tidur jadi anda harus menertibkan terus acara promosi yang anda kerjakan. Fokus affiliate marketer yaitu mencari end-user, sedangkan pemilik barang akan konsentrasi mencari Affiliate Network yang paling tepat untuknya.



  • Walaupun banyak ditentang oleh pelaku MLM, di bisnis ini, dalam beberapa tingkatan tertentu, anda akan merasakan juga ‘set and forget’. Seperti ketika downline anda bersusah payah mencari downline yang lain. Di level tertentu, turunan anda ini akan bisa melakukan pekerjaan (tanpa mereka sadari) untuk upline-nya. Sekian persen komisi masuk ke upline. Tugas upline yaitu menjaga motivasi dan semangat di grupnya. Pada tingkatan ini, sungguh kentara peran ‘influencer’ bagi upline yang berhasil. Di beberapa kasus, sistem MLM kini telah dipakai oleh aneka macam perusahaan asuransi. Mereka tidak lagi mencari konsumen yang membeli premi, namun mencari recruiter yang bisa merekrut lebih banyak downline.



  • Nah, kalau telah sampai ke tataran produk, terlihat jelas banyak perbedaan. Di affiliate marketing, meskipun produknya mampu bermacam-macam namun advertiser memiliki tujuan yang berlawanan-beda dengan produknya. Perusahaan asuransi, kebanyakan mencari leads (email dan zip) untuk lalu di follow up mereka dengan pendekatan yang berlawanan. Misalnya gini, perusahaan asuransi mendaftarkan produk asuransinya ke Affiliate Network. Tujuannya biar mendapatkan leads (traffic yang sangat targeted, umumnya berupa email dan arahan pos yang dimasukkan sukarela dari visitor). Maka, affiliate marketer mesti mampu menjaring leads (bukan downline) sebanyak-banyaknya untuk bisa mendapatkan duit. Yes, satu visitor yang memasukkan email dan kodepos nya, maka affiliates akan mendapatkan sejumlah dollar. Sepertinya mudah ya? Percaya deh, gak semudah yang dibayangkan. Perusahaan yang lainnya, produknya ialah perawatan kulit contohnya. Yang mereka cari yakni trial. Kaprikornus visitor memasukkan datanya untuk dikirimkan sample produk dari perusahaan perawatan kulit tersebut. Maka yang dicari affiliate ialah bagaimana caranya semoga visitor bersedia memberikan data untuk lalu diantarkan sample produk. Setiap data yang masuk, affiliate akan mendapatkan sejumlah komisi uang. Semua ini dilaksanakan di internet. Affiliate marketer tidak harus bertemu dengan end-user.



  • Sedikit berlawanan, MLM bergantung sarat terhadap kredibilitas sang influencer. Disini sering kali yang membuat orang agak retensi kepada metode MLM. Alesannya alasannya : gak bisa daganglah, gak punya temen banyak lah atau gak pede dagangbarang ke temennya. Sekali lagi, karena sistemnya incluencer yang dibidik, maka hasil rekrutnya niscaya tetap yang kenal dengan influencer tersebut. Sistem dibangun dengan saling kenal dan membangun kepercayaan di dalamnya. Saling memotivasi menjadi penting.


Kedelapan perbedaan di atas mungkin masih sedikit dengan apa yang anda peroleh. Perbedaan yang fundamental yang lain ialah : MLM yakni bagaimana me-manage orang, sedangkan affiliate marketing yaitu me-manage produk. Jelas berlawanan. Apabila anda mempunyai definisi yang membedakan diantara keduanya, silakan komen di box komentar dibawah. Sharing is sexy.



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama