Sayangi telingamu. (c) Wikipedia
Audio Technika. Jika iklan oat menggunakan slogan “sayangi jantungmu”, maka petuah “sayangi telingamu” juga layak dipakai dikala menentukan headphone gres. Impedansi, kualitas kabel, dan mutu bantalan akan menentukan ketentraman ketika menggunakan headphone. Sayangnya, pepatah “ada harga ada rupa” juga berlaku dikala menentukan headphone. Headphone bermutu umumnya berguna jutaan rupiah, dan tidak tersedia secara luas. Namun Audio Technica M40x yang hendak diuji dalam artikel ini mematahkan anggapan tersebut. Headphone berguna sekitar 1,2 juta rupiah ini sungguh melampaui ekspektasi.
Audio Technica telah usang dikenal selaku pembuat perangkat audio profesional. Salah satu produknya, ATH-M50x, juga disebut-sebut sebagai headphone monitor terjangkau dengan kesanggupan dahsyat. Tak puas dengan kesuksesan ATH-M50x, Audio Technica pun merilis ATH-M40x, “adik kecil” dari M50x. Perbedaan teknis M40x dengan M50x hanyalah impedansi dan keluaran frekuensi tinggi yang lebih besar. Selain itu, M50x tersedia dengan lebih banyak pilihan warna, dan engselnya dapat diputar 180 derajat (engsel M40x hanya mampu diputar 90 derajat). Namun demikian, harga M50x hampir dua kali lipat harga M40x. Karenanya, M40x acap kali dianggap selaku headphone terbaik di kisaran harga satu juta rupiah. Benarkah klaim tersebut? Mari kita temukan jawabannya bareng .
Saat mendapatkan M40x, penulis cukup kaget dengan besarnya kotak headphone ini. Dalam kotak yang besar tersebut, terdapat headphone, kartu garansi, dua buah kabel (kabel panjang lazimsepanjang 3 meter, dan kabel elastis sepanjang 1,2 meter yang mampu memanjang hingga 3 meter), manual sederhana, dan wadah headphone dari kulit. Headphone yang penulis dapatkan bergaransi resmi selama 1 tahun. Garansi tersebut cukup membuat penulis merasa lega, sebab penulis berniat menggunakan headphone ini secara cukup intens.
Kotak headphone, masih tersegel.
Kartu Garansi
Si ganteng!
Kabel-kabel dan buku manual
Dari luar, headphone ini terlihat gagah. Warna hitam dan logo Audio Technika yang ada di setiap segi headphone menambah kesan “pro” pada headphone. Saat diangkat, headphone ini pun tak terasa murah. Posisi headphone mampu diubahsuaikan mengikuti ukuran kepala, dan engselnya pun dapat diputar 90 derajat. Perputaran engsel headphone ini cukup kaku dan solid. Secara fisik, headphone ini terlihat seperti headphone yang jauh lebih mahal dari harga aslinya. Kini, saatnya penulis menjajal kualitas audio dari headphone ini.
Dalam ulasan ini, penulis menguji M40x dengan sumber suara dari iPhone 4S (dengan DAC Cirrus Logic), Samsung Galaxy S4 i9500 (dengan DAC Wolfson), dan komputer langsung penulis (dengan kartu bunyi Realtek). Lagu yang didengarkan oleh penulis juga bermacam-macam, selaku bagian dari proses “burn in”. Penulis memutar lagu-lagu rock dari The Beatles, Glay, dan L’Arc en Ciel, lagu pop dari ABBA dan Utada Hikaru, lagu klasik dari banyak sekali komposer populer, serta lagu metal dari Korpiklaani, Sonata Arctica, Trivium, dan Versailles. Berkas-berkas musik yang diputar lazimnya bermutu 320kbps MP3, atau berupa berkas FLAC “lossless”.
Bagaimana kualitas suara dari headphone ini? Sangat baik. M40x diposisikan selaku headphone “monitoring”, yang umumnya digunakan untuk mengawasi proses rekaman di studio. Karenanya, M40x mengalirkan musik dengan “jujur”, sesuai dengan apa yang dikehendaki para artis dikala merekam. Suara bass di headphone ini memang tidak terlampau “nendang”, sehingga headphone ini tidak disarankan bagi para “basshead” (Jika Anda mencari headphone dengan bunyi bass yang “nendang” dengan dana terbatas, penulis menyarankan Sony MDR-XB450AP. Headphone tersebut mampu dibeli dengan harga sekitar Rp700 ribu, dan dapat mengalirkan bunyi “bass” yang cukup baik.). Headphone ini pun tidak mempunyai soundstage yang luas. Namun, kelemahan di bunyi bass dan soundstage tertutupi dengan suara “mid” dan “high” yang akurat, sehingga headphone ini sangat cocok untuk segala macam lagu. Headphone ini pun mampu “bernyanyi” dengan mantap bahkan tanpa perlindungan amp eksternal. Jika dijodohkan dengan amp portabel, mirip keluaran Fiio, penulis percaya bahwa mutu suaranya akan lebih meningkat. (Karena kekurangan waktu dan properti, penulis belum sempat menguji pakai headphone ini dengan amp eksternal)
Selain kualitas suara, faktor kenyamanan juga sering menjadi pertimbangan ketika memilih headphone. Untuk apa memiliki headphone dengan kualitas bunyi elok, namun tidak tenteram dipakai, bukan? Sayangnya, penulis memerlukan sedikit penyesuaian ketika menggunakan M40x. Bantalan yang digunakan berbahan cukup keras, sehingga mulanya membuat telinga cepat letih jika dipakai terlalu usang (misalnya 2-3 jam). Namun seiring waktu, indera pendengaran penulis hasilnya menyesuaikan diri dengan bantalan headphone, sehingga penulis mulai mampu menggunakannya dalam rentang waktu usang. Jika bantalan rusak, Anda dapat mengubah bantalan tersebut dengan yang baru. Di eBay, bantalan untuk M40x dijual seharga AS$35 per pasang.
Kesimpulannya, bagi Anda yang mengasihi indera pendengaran dan dompet, Audio Technica M40x sungguh pantas untuk dimiliki. Kualitas bunyi yang baik, kelengkapan yang memadai, dan penampilan yang keren membuat headphone ini keren. Namun kalau Anda mencari headphone dengan suara bass yang “nendang”, Anda mungkin akan kecewa dengan headphone ini.
Sumber mesti di isi