Sinopsis Dan Review Carriers, Film Perihal Wabah Virus


Perjalanan empat cowok dan pemudi menuju pantai berakhir dengan sesuatu yang tidak disangka-sangka. Satu persatu dari mereka mulai terjangkit virus mematikan yang mengharuskannya berpisah dari rombongan. Perpisahan antara empat orang tersebut membekaskan kesedihan dan penyesalan mendalam, tapi bagaimana pun keputusan harus tetap dibentuk.



Film Carriers yang rilis pada 2009 tidak seperti film post apocalyptic pada umumnya. Ketegangan yang mereka tampilkan lebih bercitarasa drama. Anda akan menyaksikan bagaimana sifat asli seseorang dikala berhadapan dengan kondisi sulit seperti yang dialami Brian dan mitra-mitra. Bagaimana keseluruhan jalan dongeng Carriers? Anda harus menontonnya eksklusif tapi sebelum itu mari simak sinopsis dan ulasannya berikut ini! 



Sinopsis



Sinopsis



  • Tanggal/Tahun Rilis: 4 September 2009

  • Genre: Post Apocalyptic

  • Produksi: Likely Story, This is That

  • Sutradara: Alex Pastor, David Pastor

  • Pemeran: Lou Taylor Pucci, Chris Pine, Piper Perabo, Emily VanCamp



Brian (Chris Pine), Bobby (Piper Perabo), adik Brian, Danny (Lou Taylor Pucci) dan Kate (Emily VanCamp) berkendara memakai kendaraan beroda empat, entah milik siapa, menuju suatu pantai di tengah kondisi kota yang berantakan alasannya adalah serangan virus mematikan. Di tengah perjalanan mereka berjumpa seorang laki-laki yang terlihat kekurangan bensin.



Mobil lelaki tersebut posisinya melintang di tengah jalan sehingga menghalangi kendaraan beroda empat Brian untuk terus maju dan mengabaikan. Mewaspadai segala sesuatu, termasuk orang baru, Brian berbicara dengan laki-laki tersebut dengan tetap berada dalam mobil.



Benar saja, laki-laki itu kehabisan bensi dan berniat melaksanakan tukar barang dengan memperlihatkan persediaan makanan dan air miliknya pada Brian dan mitra-kawan. Namun, dari dalam mobil si laki-laki tersebut, Brian melihat seorang anak kecil wanita mengintip, menggunakan masker yang tampakberdarah.



Panik dan khwatir, Brian segera tancap gas karena menerka putri lelaki tersebut sudah terinfeksi virus. Brian menenteng kendaraan beroda empat terlalu ke luar jalur sampai menjadikan kendaraan beroda empat yang dikendarai rusak.



Merasa tidak punya opsi lain, mereka berempat kembali menghampiri lelaki tadi, lengkap memakai masker dengan tujuan mengambil kendaraannya. Frank (Christopher Meloni) lalu menyampaikan bahwa dirinya mendengar berita dari susukan radio darurat untuk pergi ke sebuah sekolah bernama Farmington.



Di sana terdapat sebuah organisasi berjulukan CDC yang menciptakan sentra penangan darurat. Organisasi tersebut konon juga telah menciptakan sebuah serum gres untuk menangani virus itu. Frank sendiri bermaksud pergi ke sana untuk mengobati putrinya, Jodie (Kiernan Shipka) yang telah terinfeksi.



Brian tidak yakin begitu saja. bobby malah menyarankan Brian untuk pribadi menembak kepala Frank dan segera mengambil mobil lelaki tersebut. Namun, Danny menyarankan hal lain, adalah mempersiapkan kursi belakang untuk Frank dan putrinya.



Mereka kemudian dibatasi memakai plastik yang direkatkan secara rapat. Tujuannya pastinya semoga anak kecil itu tidak menulari mereka. Seisi kendaraan beroda empat juga dibersihkan menggunakan disinfektan. Setelah dirasa cukup aman, mereka melanjutkan perjalanan menggunakan mobil Frank menuju Farmington.



Di tengah perjalanan, mereka memperoleh suatu mobil yang terlihat mogok. Ide untuk mengambil bensin sebagai persediaan pun muncul sebagai naluri bertahan. Danny dan Brian melakukan itu tanpa ragu. Hingga dikala akan memindahkan bensin dari tangki mobil, tangki tersebut terkunci. Dengan terpaksa Danny mesti mengambil kunci untuk membukanya yang menggantung di bersahabat setir.



Saat mobil dibuka, Danny melihat sesosok mayit telah membusuk dengan posisi duduk di belakang kemudi. Saat sedang berusaha mengambil kunci tersebut, mayat itu membuka mata dan mengejutkan Danny. Beruntung beliau bergerak secepat kilat hingga tidak sampai diserang oleh mayat hidup. Perjalanan mereka pun berlanjut hingga kesudahannya sampai ke tujuan.



Frank meminta putrinya untuk menanti di mobil. Bobby yang merasa tak tega meninggalkan gadis cilik itu sendirian, menetapkan untuk menemaninya. Tanpa Bobby, mereka kemudian masuk ke bangunan sekolah yang dimaksud tapi tidak menyaksikan siapa pun hingga sekelebat bayangan anak kecil terlihat berlari di belakang Kate.



Akhirnya sehabis usang berjalan mereka memperoleh suatu ruangan yang dipenuhi plastik. Di sana terdapat seorang dokter dan beberapa anak kecil. Tidak ingin buang waktu, Frank segera bertanya pada sang dokter tentang obat yang bisa dipakai untuk menyembuhkan Jodie. Rupanya, dokter tersebut juga telah terinfeksi oleh virus penyakit, tampakdari muka sebelah kanan yang berganti memburuk.



Serum yang didengar Frank dalam siaran radio ternyata hanya bisa menahan laju bengkak selama tiga hari. Setelah itu mereka yang terinfeksi akan lebih menderita sebelum balasannya meninggal dunia. Merasa tidak memiliki harapan hidup, sang dokter bermaksud bunuh diri dengan cara menyuntikkan cairan ke tubuhnya dan tubuh bawah umur di sana.



Melihat hal itu, Frank tidak bisa tinggal membisu. Sementara sang dokter merasa bahwa kematian yaitu yang terbaik dibandingkan dengan harus menghadapi jerawat dan kelaparan. Mendengar pernyataan dokter, Frank dan lainnya merasakan kesedihan dan segera meninggalkan ruangan tersebut. Di mobil, Jodie yang ditemani Bobby mengalami sesak napas dan membutuhkan oksigen.



Melihat gadis kecil itu tak berdaya, Bobby menerobos batasan yang dibuatnya dan secepatnya membantu. Begitu masker dibuka, Jodie memuntahkan darah dan mengenai Bobby. Perempuan ini super khawatir dan secepatnya membereskan apa pun sebelum kawan yang lain datang. Tak lama Frank dan yang lain pun datang.



Melihat sang ayah datang, Jodie mengeluh ingin buang air kecil. Frank membiarkan gadis ciliknya pergi ke toilet sendiri dengan maksud hendak meninggalkannya. Dia merasa Jodie tidak lagi punya cita-cita hidup dan menentukan meninggalkannya di sana daripada harus membunuhnya.



Namun Jodie yang sangat lemas ternyata tidak berpengaruh jalan sendiri. Frank memutuskan untuk mengendong putrinya menuju toilet dan akan mengatakan kembali tak lama lagi.



Melihat potensi untuk menjinjing kabur kendaraan beroda empat milik Frank, Brian berniat kabur dengan mengajak Danny pergi dari sana. Danny terlihat berat tetapi ia juga tidak memiliki pilihan lain untuk ikut. Lalu, bagaimana nasib Frank dan Jodie? Bagaimana perjalanan Brian dan kawan-kawan selanjutnya?



Perjalanan Menuju Pantai Tak Semudah Itu



Perjalanan Menuju Pantai Tak Semudah Itu


Premis film Carriers ini cukup sederhana; empat perjaka dan pemudi melaksanakan perjalanan dengan tujuan selesai sebuah pantai. Di sana mereka berencana tinggal sampai pandemi virus mematikan usai. Namun, planning tinggallah rencana karena kenyataannya mereka sedang berada di era susah.



Perjalanan menuju pantai tidak semudah itu karena mereka mesti mengalami berbagai dilema. Terutama berkaitan dengan ego insan. Film ini bukan sejenis film zombie atau film tentang virus yang didramatisir dengan scene yang memperlihatkan jenazah-jenazah acak-acakan, melainkan lebih manusiawi dan kongkret. Pasalnya, dilema-duduk perkara yang muncul dalam film ini mengedepankan segi emosional.



Film Wabah dengan Banyak Unsur Drama



Film Wabah dengan Banyak Unsur Drama


Saat menyaksikan Carriers Anda tidak akan menyaksikan para karakternya berlari-lari dikejar zombie yang bergerak cepat dan dalam jumlah banyak. Tidak ada juga scene kepanikan di suatu rumah sakit yang sarat sesak dengan pasien.



Ketegangan serta bagian-bagian teror dalam film ini disajikan dengan cara berlainan, yakni bagaimana nurani kita sebagai manusia dituntut melakukan pekerjaan sementara logika juga harus tetap rasional guna memutuskan sesuatu dalam waktu singkat.



Terdapat unsur drama dalam film yang bercerita tentang wabah ini. Anda bisa menyaksikan itu pada gambaran korelasi antara empat karakter khususnya, khususnya Danny dan Brian selaku kakak beradik. Belum lagi karakter ayah dan anak gadisnya yang menciptakan iba.



Scene dikala Jodie dibiarkan pergi sendiri ke toilet, rasanya bisa membuat Anda ikut mencicipi kesedihan sekaligus kebingungan. Hingga film menjelang usai, komponen drama justru menjadi yang lebih secara umum dikuasai dipertontonkan.



Wabah virus yang diusung sejak awal, terasa sebagai masakan pendamping, sementara sajian terutama yakni pergolakan batin antara dua pilihan, yakni meninggalkan orang yang kita kasihi atau membahayakan diri sendiri.



Plot Rapi dengan Durasi Singkat



Plot Rapi dengan Durasi Singkat


Durasi film Carriers terhitung singkat, yaitu cuma 85 menit. Durasi yang singkat tersebut terasa kian sebentar alasannya adalah plot dongeng dibentuk dengan rapi. Tidak ada lompatan-lompatan scene yang membingungkan, kecuali sedikit flashback mengenai kehidupan Danny dan Brian di kala kecil.



Anda bisa mudah menceritakan ulang alur film ini tanpa teori-teori atau apa pun yang merepotkan diterangkan. Jika menyukai film dengan sensasi ketegangan saat dikejar mayit hidup, Carriers bukan tontonan yang Anda cari. Apabila Anda juga suka dengan penjelasan-klarifikasi ilmiah yang rumit perihal suatu virus, lagi-lagi Carriers bukan jawabannya. Walau demikian, film ini berhasil tampil dengan ‘teror’ yang berbeda.



Pengambilan gambar film Carriers dijalankan di New Mexico dan Texas pada 2006 kemudian, tapi film ini gres bisa rilis pada 2009. Butuh waktu selama tiga tahun bagi Carriers untuk mampu dirasakan para penonton. Bersamaan dengan pandemi Covid-19, film ini pun mulai kembali banyak dibicarakan. Tertarik dan ingin tahu perihal jalan ceritanya? Saksikan segera yuk!



Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama