Gloria Sinaga seorang film maker yang bermaksud membuat film keduanya. Namun, sudah empat tahun berlalu film tersebut tidak kunjung terwujud. Glo kali ini tak mau menciptakan film secara amatiran, melainkan profesional. Namun, tentu saja ongkos yang dibutuhkan untuk membuatnya sungguh tinggi.
Di segi lain, Mak Gondut, sang ibu, terus mendesaknya untuk menikah, pastinya dengan sesama orang Batak. Mak Gondut akan memberikan duit asuransi miliknya untuk pembuatan film Glo, dengan syarat ia harus menikah dahulu. Bagaimana kelanjutan ceritanya? Sinopsis dan review Demi Ucok (2013) di bawah ini mampu sedikit memberitahu Anda mengenai hal itu.
Sinopsis

- Tanggal/Tahun Rilis: 3 Januari 2013
- Genre: Drama, Comedy
- Produksi: Kepompong Gendut, Royal Cinema Multimedia
- Sutradara: Sammaria Simanjuntak
- Pemeran: Gelardine Sianturi, Lina Marpaung, Saira Jihan, Sunny Soon
Gloria Sinaga (Geraldine Sianturi) tidak mau hidup seperti ibunya, Mak Gondut (Lina Marpaung) yang menyerah mengejar-ngejar mimpi sendiri lalu memilih menikah dan hidup membosankan. Bagi Mak Gondut hanya ada tiga tujuan hidup bagi perempuan Batak: nikah dengan sesama Batak, memiliki keturunan yang juga berdarah Batak, dan mencari menantu seorang Batak.
Kebahagiaan Mak Gondut ialah ketika beliau sudah menerima menantu seorang Batak. Sementara itu, Gloria tidak mau menikah, dia ingin mengejar mimpinya membuat film, tapi itu adalah mimpinya empat tahun kemudian. Di usia ke 29, Glo malah sibuk mengajari orang lain menciptakan film dan belum juga mampu membuat film keduanya.
Dia tidak ingin film keduanya ini tampakamatiran. Sutradara panutannya berpendapat bahwa untuk menciptakan film secara profesional, setidaknya dibutuhkan uang satu milyar. Salah satu pemain yang terlibat dalam film pertama Glo, Acun (Sunny Soon), kini mendapat banyak usulan, banyak keinginan tetapi malah jadi lupa pada mimpinya dan sekarang melakukan pekerjaan di kantor.
Pagi itu Acun tiba ke tempat tinggal Glo. Mak Gondut menemuinya sekalian menawari cowok itu wewangian MLM. Acun menjinjing permintaan premier dari sutradara favorit Glo. Di tempat lain ada Niki (Saira Jihan), teman sekaligus rekan kerja Glo saat membuat filmnya yang pertama.
Niki mengaku sebagai lesbian tapi ia hamil sebab menurutnya hanya ada dua tipe lelaki di dunia ini; mereka yang ingin menidurinya dan mereka yang menidurinya. Niki juga memberi Glow undangan premier film yang sama dengan Acun.
Saat acara datang, Glo berhasil menyapa Qazrina Umi, sang sutradara favoritnya. Dia dengan yakin diri mengajak sang sutradara melakukan pekerjaan sama. Ajakan itu disambut baik, Umi meminta Glo menyerahkan skenarionya. Lucu, Glo malah bingung alasannya sebenarnya beliau belum menciptakan skenario film apa pun, kecuali konsep. Dia belum menetapkan, konsep mana yang akan dikembangkan.
Saat menceritakan kegundahan pada sang sahabat, Niki menyarankan Glo mengajukan pertanyaan pada Opung, yang menurutnya punya wangsit out of the box. Cerita berlanjut ketika Glo terlihat berkali-kali gagal mengajukan pandangan baru filmnya. Kegagalan ini mempunyai pengaruh pada mood-nya ketika mengajar. Dia menyampaikan pada mahasiswanya bahwa siapa saja yang berminat membuat film seharusnya bertobat sebelum terlambat.
Membuat film itu upahnya sedikit, penonton juga sedikit, yang banyak hanya pajak, kecuali kalau mau membuat film yang menanamkan rasa cinta tanah air, kepahlawanan dan tema apa pun yang bertujuan membentuk karakter bangsa. Pasalnya film-film dengan tema semacam itu akan gampang menerima tunjangan dana.
Akibat perkataannya ini, Glo dipanggil oleh Ketua Jurusan. Dia diingatkan untuk tidak mematikan cita-cita mahasiswa, sekecil apa pun harapan tersebut. Sesampainya di rumah, Glo kembali melanjutkan kebiasaannya: nonton film. Mak Gondut tiba dan mencecarnya, menyarankan Glo untuk bergabung saja dengan partai daripada hidup tak jelas berharap dari pengerjaan film.
Sejurus lalu, sang ibu menyampaikan umurnya tak usang lagi. Mak Gondut ingin Glo menikah. Saat Glo meminta dicarikan pasangan, perempuan paruh baya itu pribadi semangat. Mak Gondut bertanya, dia ingin pasangan yang mirip apa, Glo menjawab apa saja asal telah tak memiliki ibu; sebab satu saja sudah repot terlebih jika punya dua ibu.
Setelah percakapan itu, Mak Gondut lebih bersungguh-sungguh ke gereja. Dia mampu sampai lima kali dalam sehari cuma untuk mencari menantu. Namun, sang ibu ternyata bukan satu-satunya, alasannya adalah banyak ibu lain yang juga berburu jodoh untuk anaknya. Di perjalanan pulang, Mak Gondut yang ‘panas’ dengan saudaranya memamerkan di status media sosial bahwa Glo akan menciptakan film kedua.
Mak Gondut yang memiliki asuransi jiwa sebesar satu milyar bersedia memperlihatkan uang tersebut pada Glo, syaratnya dia mesti menikah dengan orang Batak. Glo yang memang tidak punya niat menikah mengagetkan Mak Gondut dengan menjinjing Niki ke hadapannya. Tekad Glo untuk tidak menikah diperkuat dengan tantenya yang juga tidak mau menikah.
Sebagai orang Batak, sang tante justru tidak oke bila Glo yang tak mampu bahasa Batak harus menikah lagi dengan orang Batak. Dunia sangat luas, mampu cari yang lain. Mak Gondut membalas dengan mengatakan bahwa wanita Batak dinilai dari anaknya. Percuma sehabat apa pun dirimu jikalau tidak punya anak.
Perdebatan soal menikah dan tidak menikah antara Glo dan Mak Gondut terus berlanjut. Glo ingin mengejar mimpinya dahulu, sementara ibunya ingin Glo menikah lebih dahulu, karena menurutnya kita hidup untuk sesama, baru sehabis itu bermakna. Esok harinya Mak Gondut menenteng Glo menemui seseorang yang bersedia memberi uang satu milyar. Rupanya orang itu yaitu seorang koruptor.
Glo tak mau menggunakan uang haram tersebut dan meminta Mak Gondut mengembalikannya. Lantas, dari mana lagi Glo mampu mendapatkan uang sebenyak satu milyar? Apakah Mak Gondut punya cara lain untuk membujuk Glo menikah?
Premis Menarik, Eksekusi Tidak

Demi Ucok (2013) tampaknya seperti proyek langsung dari Sammaria Simanjutnak. Pasalnya selain bertindak selaku sutradara, ia juga produser sekaligus penulis naskah dalam film ini. Keresahannnya sebagai wanita keturunan Batak terlihat ditumpahkan semuanya lewat Demi Ucok (2013).
Berdurasi sekitar 79 menit, film ini menjinjing dua gosip sensitif dalam masyarakat, khususnya wanita, ialah pernikahan dan kesukuan. Bagi beberapa suku di Indonesia, memilih menantu berdasarkan kesamaan suku jadi hal yang utama. Kriteria tersebut semacam budaya, menjadi bab dari akhlak dan kebiasaan.
Karakter Mak Gondut dalam film ini mewakili muka bantu-membantu dari pemikiran-pemikiran yang demikian. Saklek, punya kriteria sendiri yang tak bisa digantikan oleh standar lain, mendesak dan condong memaksa. Perjodohan pun dikerjakan demi keinginannya. Ketika Mak Gondut keukeuh dengan kriterianya, aksara Glo tak kalah berkeras hati memutuskan untuk tidak menikah.
Sayang, premis yang mempesona dan menggelitik tersebut tidak dihukum dengan baik. Wacana tentang nikah dan meraih mimpi diulang terus-menerus sepanjang film berjalan. Anda akan berulang kali mendengar Glo menyampaikan akan menerangkan mimpinya.
Dengan nada bicara yang tanpa semangat, verbal yang kesal dan tidak memancarkan aura aktual serta optimis, Glo terus bicara perihal merealisasikan mimpi dan passion-nya.
Alur Berantakan

Selain eksekusinya yang mirip kehabisan ide, alur di film ini juga awut-awutan. Tidak ada timeline yang jelas sebab ceritanya seperti cuma dibuat dari cuilan-potongan scene perdebatan antara Mak Gondut dan Glo. Di tengah-tengah perdebatan tersebut datang-datang diselipkan scene Acun, scene Niki, sampai scene Opung yang tidak dirangkai dengan mulus.
Setiap bagian scene mirip skema yang berdurasi sekian detik; Anda tidak tahu mulai dari mana, sebab tiba-tiba abjad tersebut telah ada di suasana itu. Transisi antara satu bab ke bagian lainnya nyaris tidak ada. Karakter bisa datang-tiba ada di kampus, di butik, di premier suatu film atau di rumah, tanpa cerita penghubung yang menjelaskannya.
Naskah yang Menolong

Kabar baiknya, Demi Ucok (2013) masih punya yang naskah mempesona untuk dicicipi. Dari keseluruhan bagian dalam film ini, script dan obrolan-obrolan yang diucapkan tiap abjad yakni penolongnya. Misalnya naskah pada bagian pertengkaran antara Mak Gondut dan Glo. Ibu dan anak yang berbeda opsi hidup ini kerap saling membalikan perkataan masing-masing.
Selain itu Anda juga akan mendapatkan kalimat yang menarik dijadikan kutipan. Seperti perkataan yang sering Glo ucapkan pada Acun bahwa menurutnya cuma ada dua alasan dalam hidup ini, adalah takut atau cinta. Kalau karena takut, telah niscaya salah jalan. Salah satu naskah yang diucapkan huruf Niki juga tak kalah memorable.
Sang sahabat yang jengah dengan obsesi Glo untuk menciptakan film secara profesional dan tak inginlagi amatiran, menyampaikan bahwa amatir itu berasal dari kata amor, cinta. Artinya mereka yang amatir, melaksanakan sesuatu karena cinta. Film atau hidup yang tanpa cinta, sudah pasti bau dan membosankan.
Dikemas dengan sinematografi yang tidak terlampau istimewa tetapi juga tidak buruk, Demi Ucok (2013) bisa dicicipi selaku sebuah tontonan berbeda, terutama sebab beliau mengangkat salah satu suku di Indonesia, yakni Suku Batak. Pada beberapa bagiannya Anda akan mendengar Mak Gondut bicara bahasa Batak.
Selain itu terdapat pula lagu berbahasa Batak, musik tradisional Batak, dan upacara pernikahan adat Batak. Semakin kesengsem dengan film ini? Boleh agendakan segera ya!
Sumber spurs.com