Sinopsis Dan Review Film Welcome To Marwen (2018)


Trauma berat akhir pemukulan brutal yang diterima, membuat Mark Hogancamp menerapi dirinya dengan cara unik. Lelaki ini menciptakan suatu miniatur kota yang diberi nama Marwen. Di sana tinggal boneka-boneka yang mewakili sosok sahabat dan dirinya di dunia nyata. Dalam imajinasinya, boneka-boneka tersebut hidup.



Welcome to Marwen yakni pertunjukan berisi upaya menyembuhkan diri dari stress berat yang mendalam. Disutradarai Robert Zemeckis dan dibintangi Steve Carell serta beberapa bintang yang lain, film ini memiliki peluang untuk tampil lebih indah. Walau demikian, Zemeckis punya caranya sendiri untuk meramu cerita aktual seorang Mark Hogancamp ini.



Ingin tahu lebih terang lagi wacana film Welcome to Marwen? Baca sinopsis serta ulasannya lebih dulu sebelum nonton filmnya yuk!



Sinopsis



Sinopsis



  • Tanggal/Tahun Rilis: 21 Desember 2018

  • Genre: Drama, Fantasy

  • Produksi: Universal Pictures, DreamWorks Pictures, ImageMovers, Perfect World Pictures

  • Sutradara: Robert Zemeckis

  • Pemeran: Steve Carell, Leslie Mann, Diane Kruger, Merritt Wever



Cerita dalam film dibuka dengan suatu scene animasi dari boneka-boneka yang memperlihatkan keadaan pada dikala Perang Dunia II. Di sana ada sebuah papan bertuliskan “Welcome to Marwen”. Terlihat Cap’n Hogie sedang menenteng sebuah pesawat tempur dengan gagah berani.



Saat sedang serius menjinjing pesawat tempur, Cap’n Hogie harus menerima tembakan beruntun ke arah pesawatnya yang dikerjakan oleh para tentara Nazi. Akibat serangan tembakan tersebut, Hogie terpaksa mendaratkan pesawat tempurnya.



Walau terluka, dia berhasil selamat dari pendaratan yang tak tepat tersebut. Selain itu, Hogie juga mesti kehilangan sepatunya yang terbakar dan melanjutkan perjalanan dengan bertelanjang kaki. Hogie lantas mencari bantuan di sekitar lokasi keberadaannya. Dia terus berlangsung hingga memperoleh sebuah kotak berisi sepasang sepatu perempuan.



Sang kapten yang tidak mengenakan sepatu lalu memutuskan untuk memakainya saja. tak disangka , Hogie berjumpa dengan lima orang prajurit Nazi. Pihak Nazi eksklusif mengetahui bahwa Hogie ada di pihak lawan alasannya melihat dari seragam yang dipakainya.



Mereka secepatnya menyergap Hogie, memukulnya dan berencana melukai. Namun, sebelum Hogie terluka lebih parah, rentetan tembakan datang dari arah belakang. Tak usang timbul sekelompok pasukan perempuan bersenjata yang berjumlah lima orang. Telak, mereka sukses menumbangkan para serdadu Nazi yang berulah tadi. Tentara wanita itu secepatnya menghampiri Hogie dan scene berikutnya berpindah ke live action.



Rupanya adegan pertempuran yang dramatis tadi adalah imajinasi dan rekaan seorang laki-laki sampaumur bernama Mark Hogancamp (Steve Carell). Mark tinggal sendiri di sebuah area pinggiran kota yang tampakcukup nyaman. Lelaki tersebut membangun miniatur suatu kota di halaman rumahnya. Di sana terdapat berbagai versi bangunan yang cukup detail sehingga terlihat aktual.



Miniatur kota tersebut Mark beri nama Marwen. Penduduk kota tersebut antara lain Cap’n Hogie dan lima pasukan wanita yang menjadi temannya, yaitu Roberta, Julie, Carla, Anna dan Suzette. Mereka berenam harus terus berjuang menjaga Marwen dari serangan para Nazi yang bisa tiba tanpa diduga.



Seluruh kejadian yang berjalan di Marwen, dijalankan sendiri oleh Mark. Bukan hanya menjadi ‘dalang’, Mark juga bersungguh-sungguh mengambil gambar untuk setiap momen penting di Marwen memakai kamera miliknya. Dia lalu mencetak foto-foto tersebut dan mengoleksinya. Mark melakukan hal itu sebagai terapi yang mampu menjadikannya senang.



Pasalnya, Mark stress berat setelah mengalami masalah penganiayaan brutal yang dijalankan oleh laki-laki-lelaki tak diketahui . Pemukulan tersebut begitu parah sampai menyebabkan Mark menderita luka di sekujur tubuhnya. Saking parahnya Mark juga sempat lumpuh sampai-sampai perlu dirawat di suatu rehabilitasi.



Derita yang dialami Mark bukan hanya dari segi fisik, melainkan psikis. Lelaki ini bahkan mengalami hilang kenangan dan PTSD (Post-traumatic Stress Disorder) atau gangguan mental balasan peristiwa traumatis berat. Mark tidak lagi mengingat masa kemudian tergolong profesi yang dijalani. Lelaki ini kerap mengalami serangan ketakutan sampai berteriak histeris tanpa disadarinya.



Semua traumanya bertambah berat alasannya adalah Mark hidup sendiri. Namun, Anna (Gwendoline Christie), caretaker-nya, sesekali berkunjung untuk memberikan obat guna bantu menenangkan serangan paniknya. Sayang, Mark kerap mengonsumsi obat tersebut melampaui dosis yang diizinkan.



Penduduk Marwen yang ia ciptakan mendelegasikan orang-orang yang ada di kehidupannya. Hogie yaitu dirinya sendiri, lima orang tentara Nazi yang kerap tiba menyerang yaitu segerombolan tak diketahui yang menganiayanya. Sementara itu, lima serdadu perempuan yang menyelamatkannya yaitu perempuan-perempuan yang ia tahu.



Roberta merupakan pekerja di toko mainan daerah Mark lazimberbelanja boneka atau objek gres untuk miniatur kota buatannya, Julie adalah seorang pekerja sosial yang berteman dengan Mark saat berada di daerah rehabilitasi, lalu ada Carla yang diambil dari teman kerjanya di suatu kedai makanan daerah ia bekerja paruh waktu.



Kemudian ada aksara Anna, ialah seorang perawat yang sering datang memberi Mark obat dan Suzette yang ialah aktris kegemarannya. Selain mereka ada juga satu boneka misterius yang senantiasa mengusik Hogie. Dia yaitu Deja Thoris (Diane Kruger).



Dia adalah boneka penyihir dari Belgia berpenampilan nyentrik dengan rambut birunya. Deja melarang Hogie akrab dengan salah satu wanita di antara lima yang telah disebutkan tadi. Deja mengancam akan merusak Marwen dan Hogie sendiri bila larangan tersebut dilanggar.



Cerita berlanjut dikala insiden pengeroyokan Mark sementara waktu silam hasilnya terungkap dari flashback yang dialami Mark dan interaksinya dengan penduduk Marwen. Diceritakan pada waktu itu Mark sedikit mabuk sepulangnya dari bar. Di luar bar, ia bertemu dengan lima orang lelaki penganut fanatisme kulit putih.



Tanpa sadar, Mark memberikan perihal ketertarikan khusus yang dia miliki terhadap sepatu perempuan. Dia juga bercerita wacana koleksi-koleksi sepatu perempuan miliknya. Mendengarnya, para lelaki tersebut merasa jijik kepada dan mulai memukuli Mark hingga babak-belur.



Sebelum menderita lebih jauh, pegawai kafe memergoki ulah brutal para laki-laki ajaib itu. Tak lama, para pelaku pengeroyokan berhasil ditangkap. Lalu apa yang terjadi selanjutnya pada diri Mark dan kesehatan mentalnya?  



Kombinasi Live Action dan Doll Animation



Kombinasi Live Action dan Doll Animation


Welcome to Marwen membawa tontonan yang tidak pasaran pada para penikmat film. Ia menggabungkan live action dengan doll animation memakai jalinan cerita yang tidak terlalu susah dikenali. Sejak awal, Anda akan tahu bahwa dunia Marwen merupakan dunia imajinasi seorang Mark. Para boneka yang ada di sana dimainkan oleh Mark sendiri, berikut dengan sandiwara antara karakternya.



Untuk versi live action, Anda akan melihat bagaimana sosok Mark dalam wujud manusia berinteraksi dan menjalani hidupnya yang masih sarat syok. Perpindahan scene antara live action dan doll animation dalam film ini ditangani dengan baik oleh tim virtual production, begitu pun dikala para boneka beraksi seolah hidup.



Para boneka tersebut sungguh-sungguh bagai bernyawa sebab dibentuk dengan lisan yang rincian. Anda akan melihat boneka tersebut mampu melotot, mengangkat alis menandakan terkejut , dan memberikan banyak sekali raut wajah lain yang mampu diketahui.   



Perjuangan Menyembuhkan Diri dari Trauma



Perjuangan Menyembuhkan Diri dari Trauma


Welcome to Marwen dibuat berdasarkan kisah positif yang dialami oleh Mark Hogancamp. Semua bermula dari documentary yang dibuat oleh Jeff Malmberg pada 2010 kemudian mengenai Marwencol milik Mark. Mark sendiri ialah seorang laki-laki cukup umur yang harus berjuang dengan gangguan mental berjulukan PTSD setelah berdiri dari koma selama 9 hari akhir dipukuli secara brutal oleh lima laki-laki tidak diketahui .



Peristiwa tragis yang terjadi pada 2000 kemudian tersebut membekaskan stress berat mendalam bagi diri Mark. Mark hingga mesti dirawat selama 40 hari di rumah sakit dan pulang dengan kerusakan otak yang membuat laki-laki ini hanya mempunyai sedikit ingatan mengenai kehidupan sebelumnya.



Pembuatan Marwen atau Marwencol sendiri punya cerita yang cukup menyedihkan. Mark yang sebaiknya menjalani terapi, tidak bisa melakukannya alasannya kekurangan dana. Sebagai upaya menyembuhkan diri dari gangguan, beliau menciptakan miniatur Kota Belgia dengan setting kurun PD II. Dia membuat dunia sendiri dengan ‘memasukkan’ nama-nama yang dikenalnya.



Pada film Welcome to Marwen, esensi penting ini bisa Anda rasakan dengan perasaan yang campur aduk; antara mencintai Mark atau mengerti bahwa itu adalah cara yang dipilihnya untuk sembuh dari stress berat. Akting Steve Carell dan tatapan matanya akan mampu mempesona Anda untuk ikut iba pada sosok Mark Hogancamp.



Film dengan Metafora



Film dengan Metafora


Di Marwen yang Mark ciptakan, adegan yang berlangsung cuma perang demi perang. Hal tersebut pasti bukan tanpa alasan. Ia yakni metafora yang menggambarkan perjuangan seorang Mark Hogancamp memerangi syok di dalam dirinya.



Dalam film, di dunia Marwen, Mark ‘berperan’ selaku Hogie yang senantiasa mendapat bahaya dan serangan dari lima orang prajurit Nazi. Keadaan tersebut menggambarkan dirinya yang terus dihantui perisitiwa penyerangan di kurun lalu.



Kemudian ada abjad Deja Thoris yang memang diceritakan sebagai sosok misterius; satu-satunya huruf di Marwen yang tidak berwujud insan orisinil di kehidupan nyatanya. Deja ini digambarkan sebagai seorang penyihir dan kepetangan Nazi yang menciptakan hidupnya sebagai Hogie terancam. Deja digambarkan selaku wanita elok berambut hijau kebiru-biruan.



Rupanya, ia yakni metafora dari pil yang selama ini Mark konsumsi. Pil tersebut berwarna hijau, persis mirip rambut Deja Thoris. Alih-alih menolong menyembuhkan stress berat dan mengatasi serangan paniknya, pil tersebut ternyata menciptakan Mark ketergantungan tanpa imbas memiliki arti. Persis sehabis Mark memutuskan membuang pil tersebut, laki-laki ini mulai sembuh dari dilema mentalnya. Dia tidak lagi diusik Deja Thoris.



Welcome to Marwen punya caranya sendiri untuk menyampaikan ida cerita mengenai upaya seseorang semoga sembuh dari trauma. Walau mendapat rating jelek dari beberapa review aggregator, seperti Rotten Tomatoes dan Metacritics, kebanggaan tetap tiba terutama untuk akting Steve Carell. Apakah Anda ingin tau dengan film ‘unik’ ini? Selamat menyaksikan! 



Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama