Sinopsis & Review Brahms: The Boy Ii, Boneka Berisi Roh Jahat


Melanjutkan ketegangan The Boy (2016), Brahms: The Boy II masih menjinjing jejak-jejak pendahulunya. Boneka porselen yang mulus dan dihuni iblis jadi hal utama yang ditawarkannya. Kali ini Anda akan diajak berkenalan dengan sebuah keluarga kecil senang yang suatu hari mesti memiliki masalah dengan Brahms. Keluarga tersebut terdiri atas Sean, Liza dan Jude.



Niat hati untuk menyegarkan diri dari stress berat akibat peristiwa perampokan, yang didapat keluarga ini justru teror gres, yang lebih mengerikan dan mengancam. Liza tak pernah menyangka jika sang putra, Jude, mampu hingga terbelenggu pada sosok arwah jahat yang terperangkap dalam sebuah boneka. Upaya pun dijalankan sebelum hal buruk terjadi. Mampukah beliau dan suami melindungi anaknya? Kelanjutan cerita Liza, Sean dan Jude bisa Anda tonton dalam Brahms: The Boy II, utamanya sehabis membaca sinopsis dan ulasannya di bawah ini.



Sinopsis






  • Tanggal/Tahun Rilis: 21 Februari 2020

  • Genre: Supernatural Horror, Mystery

  • Produksi: Lakeshore Entertainment, STXFilms

  • Sutradara: William Brent Bell

  • Pemeran: Katie Holmes, Owain Yeoman, Ralph Ineson, Christopher Convery



Sebuah keluarga kecil hidup bahagia sebelum suatu insiden perampokan menciptakan dua anggota keluarganya mengalami trauma. Liza (Katie Holmes) malam itu tak pernah menduga rumahnya kedatangan dua perampok bertopeng yang kelak akan membuatnya kerap bermimpi buruk. Begitu pun dengan Jude (Christopher Convery) yang jadi tak memiliki impian untuk bicara sehabis melihat Liza dianiaya oleh perampok tersebut. Untuk berkomunikasi Jude memakai media gambar dan goresan pena.



Melihat dua anggota keluarganya mengalami kesulitan, Sean (Owain Yeoman) tidak tinggal diam. Sang kepala keluarga lantas meminta bantuan Dr. Lawrence (Anjali Jay) untuk melaksanakan terapi pada Jude agar ia mau bicara kembali. Sean juga bermaksud mengajak Liza serta Jude untuk pergi ke luar kota selama beberapa hari guna memberi suasana yang gres.



Liza semula menolak tetapi kemudian mengiyakan alasannya sama-sama ingin keadaan keluarganya membaik.  Esok harinya mereka pun berangkat menuju suatu pedesaan yang sejuk dan jauh dari keramaian. Setelah beberapa jam, Sean beserta keluarga sampai di lokasi.



Mereka sangat bersemangat sampai tak sabar untuk berkeliling, jalan-jalan menikmati udara segar dari pepohonan yang ada di hutan bersahabat guest house mereka, yang ternyata masih ialah property milik keluarga Heelshire. Tak lama berjalan-jalan mereka mendapatkan rumah utama keluarga Heelshire yang sudah lama kosong.



Sampai di depan rumah kosong, Jude mendengar bisikan yang disertai dengan embusan angin. Suara tersebut menuntut bocah laki-laki itu ke sebuah kawasan. Ketika dibarengi Jude mendapatkan suatu boneka porselen yang telah dalam keadaan rusak dan lama terkubur. Sean dan Liza yang sibuk mengagumi bangunan rumah keluarga  Heelshire tidak menyadari Jude pergi. Begitu berencana mencari, Jude telah ada di sana sembari membopong boneka tersebut.



Jude tampak menyukainya dan ingin menenteng boneka itu ke guest house mereka. Tak merasa ada yang aneh, Liza dan Sean mengijinkan. Sesampainya di rumah Liza membersihkannya dan mendapati retak-retak pada boneka tersebut; terlihat pernah rusak sebelumnya. Saat tengah membersihkan, Liza memperoleh secarik kertas berisi 10 peraturan untuk merawat boneka itu.



Kertas yang sudah hampir rusak tersebut bertuliskan aturan-atruan antara lain dihentikan ada tamu, jangan tinggalkan sendiri, jangan tutupi wajah, dan siapkan makanan di kulkas. Belum usang berada di antara keluarga Sean, boneka tersebut sudah menampakkan abnormalitas yang tertangkap oleh Liza. Dari cermin Liza melihat beliau tampak menoleh tetapi tak dihiraukan dan menganggapnya sebagai halusinasi.



Esok harinya Liza terbangun mendengar suara piano dari arah luar. Rupanya Jude sedang memainkan itu sembari ditemani sang boneka yang sudah dalam kondisi rapi. Liza mengira Jude lah yang mendandani boneka tersebut. Cerita berlanjut ketika Sean bertanya mengenai nama boneka baru mereka. Secara cepat Jude menjawab dengan menuliskan nama Brahms. Sean terkejut dengan reaksi cepat Jude dan kembali bertanya mampu dari mana nama tersebut.



Si bocah menjawab dengan polos bahwa boneka itu sendiri yang memberitahunya. Jude lantas mengajak Liza kembali pergi ke hutan, untuk mengambil sesuatu. Sesuatu yang dimaksud ternyata yakni kotak berisi perlengkapan Brahms.



Tak lama seorang laki-laki paruh baya berjulukan Joseph (Ralph Ineson) beserta anjingnya menghampiri mereka. Joseph mengaku sebagai tukang kebun sekaligus penjaga property keluarga Heelshire. Joseph lalu mengantar keduanya pulang dan bertemu Sean di sana.





Di dalam rumah, Liza mulai menyampaikan kekhawatirannya kepada Brahms pada Sean. Apalagi dia dan Jude gres saja memperoleh suatu kotak misterius berisi pakaian-busana boneka tersebut. Malam harinya Liza kembali mimpi didatangi para perampok. Paginya Liza dibuat kagetmendapati boneka beruang Jude berjulukan Mr. Brown dalam kondisi terjabik-jabik di bawah bantal.



Dia lalu menanyakan hal itu pada Jude yang sedang bareng Sean dan Brahms. Menurut si bocah yang melaksanakan itu yaitu Brahms. Pengakuan Jude pasti tidak menciptakan Sean dan Liza yakin. Mereka tetap menerka bahwa Jude yang melakukannya kemudian menghukum sang buah hati untuk melaksanakan tugas di dalam kamar dan cuma boleh keluar jikalau sudah mengakui kesalahan.



Cerita berlanjut ketika Liza asyik membaca buku di ruang tengah. Namun, dia datang-datang merasa melihat Brahms menoleh ke arahnya, tak usang televisi di ruangan menyala sendiri. Sebuah insiden yang membuat Liza makin takut adalah beliau mendengar bunyi kaki berlari ke arah kamar sementara Brahms sudah tidak ada di kawasan duduknya. Begitu Liza mengikuti, pintu kamar dalam keadaan terkunci dari dalam. Begitu berhasil terbuka, Liza menyaksikan Brahms telah ada di sana.



Dia semaking bingung mencerna ketaknormalan-kecacatan yang terjadi dan kemudian mulai mencari tahu gosip terkait boneka tersebut di situs tentang boneka antik. Namun, untuk mengetahuinya Liza harus mencari tahu isyarat unik yang biasanya tercetak di bagian telapak kaki dan tangan boneka tersebut. Namun ketika memasukkan instruksi OWS 606H, Liza tidak menemukan apa pun.



Esok harinya Liza tidak sengaja melihat-lihat buku yang senantiasa dibawa Jude untuk berkomunikasi. Liza terkejut sebab gambar yang terdapat di sana sangat menyeramkan, adalah gambar perihal pembunuhan dan kematian. Saat sedang melihat-lihat buku, Liza dikagetkan Jude dari arah belakang. Anak itu terlihat rapi dengan setelan jas; bergaya persis Brahms. Apa yang sebenarnya terjadi? Petaka apa yang akan menimpa Sean dan keluarga?



Premis Horor Klasik wacana Boneka Berkekuatan Iblis





Penikmat film-film horor niscaya telah khatam betul dengan kedatangan boneka-boneka yang dikendalikan iblis. Dalam beberapa kali kesempatan mereka tampil sebagai inti dongeng, mirip Annabelle (2014) atau si lawas Chucky. Menjadikan benda mati sebagai objek menyeramkan entah mengapa senantiasa mampu menarik perhatian dan menyebabkan kengerian dalam nuansa yang beda.



Formula ini yang masih dibawa dalam film Brahms: The Boy II sebagai sekuel The Boy (2016). Premisnya tetap klasik, yakni teror iblis dalam badan boneka yang sulit diterangkan dengan akal. Konfliknya pun serupa dengan pendahulunya; si boneka menghabisi atau mengancam nyawa semua orang yang memisahkan beliau dengan seseorang yang dianggap tuannya.



Dalam film ini Anda akan menyaksikan boneka Brahms yang telah terkubur bisa memengaruhi seorang anak untuk melaksanakan hal-hal berbahaya bagi kedua orangtuanya. Sebenarnya tidak ada yang istimewa, alasannya huruf anak yang ditampilkan pun tidak jauh-jauh dari anak yang sedang bermasalah. Mungkin iblis di luar negeri juga lebih mudah memengaruhi insan yang pikirannya sedang kosong ya, mirip Jude, dibanding bawah umur yang lebih ceria dan sehat mentalnya.



Di satu segi, formula ini tampak selaku kemalasan sang sutradara untuk mengeksplorsi kemungkinan yang lain. Namun di segi lain, abjad-huruf semacam ini sepertinya sengaja dipilih sebab lebih mudah membangun nuansa yang seram. SIngkatnya metode ini seperti jalan pintas semoga penonton eksklusif terbawa dalam mood misterius yang ingin disampaikan.



Baca juga: Film Horor Bertema Boneka yang Paling Menegangkan



Lanjutan The Boy (2016) dengan Penjelasan





Dari sisi premis Brahms: The Boy II tidak menampilkan sesuatu yang berlainan. Konflik atau plot pun bernasib serupa. Anda mungkin akan bosan hingga pertengahan film alasannya adalah tidak terlampau banyak hal gres yang dipertontonkan. Namun, gagasan untuk menyelipkan scene saat Liza mencari tahu tentang identitas boneka Brahms cukup segar. Ia mampu menarik kembali perhatian Anda yang mulai kabur.



Scene ini jadi pembeda yang cukup besar dan besar lengan berkuasa kepada keseluruhan jalan dongeng The Boy nantinya. Prasangka kita sebagai penonton bahwa ada yang tidak beres dengan boneka tersebut mendapat klarifikasi resmi. Boneka itu ternyata telah memiliki masalah semenjak dulu kala. Polanya sama, beliau memengaruhi si anak atau pemiliknya, untuk membunuh kedua orangtua.  



Potensial untuk Dibuat Sekuel Lagi





Brahms: The Boy II mendapat banyak ulasan negatif, sebagian menyebutnya tanggung alasannya hanya mengulang pola ketegangan dari film pendahulunya. Namun, scene yang menceritakan ihwal kala lalu atau sejarah Brahms sejujurnya sungguh berpotensi dibentuk sekuel lagi.



Film lanjutan yang dimaksud bisa diisi kisah kala lalu mengenai mengapa boneka tersebut dihuni iblis, mengapa iblis itu mempunyai dendam sedemikian rupa hingga menghabisi banyak orang di tahun-tahun berikutnya dan siapa pemilik pertama boneka tersebut. Cerita itu mampu dibungkus dengan setting film-film zaman dulu. Nuansa menyeramkannya niscaya lebih terasa, mirip sensasi menegangkan yang disuguhkan The Witch (2015).



Brahms: The Boy II yang memasang Katie Holmes sebagai salah satu daya tariknya bukan film horor yang dari permulaan hingga akhir memberikan hal gres. Wajar jikalau banyak yang mampu jenuh dan kecewa alasannya kemiripan cerita dengan film-film serupa. Namun, secara keseluruhan ia masih bisa ditonton dan memperlihatkan ketegangan di beberapa bab. Untuk membuktikannya, Anda bisa menyaksikan Brahms: The Boy II secara utuh. Selamat menonton!







Brahms: The Boy II






class="rwp-overall-score rwp-only"
style="background: #f67f3e;"
property="reviewRating" typeof="http://schema.org/Rating"
>

4.5 / 10
Bacaterus.com





Rating









Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama