
Install Ulang dengan Flashdisk
Jika Anda akan melakukan proses install ulang, saya yakin akan melalui proses ini. Apabila Anda menggunakan flashdisk yang digunakan untuk inul (install ulang). Ada beberapa alasan mengapa flashdisk sering digunakan untuk instalasi sistem operasi.
- Ringkas dan praktis alasannya bentuknya.
- Size yang bermacam-macam.
- Bisa dipakai beberapa kali.
- Lebih cepat dibanding menggunakan CD/DVD.
Berikut adalah cara memakai Rufus di Windows 7, 8, atau 10 untuk membuat flashdisk menjadi bootable. Sehingga mampu melakukan proses instal ulang OS.
Rufus untuk Membuat Bootable Flashdisk
Sebelum kita memasuki tindakan menggunakan Rufus. Saya ingin jelaskan sedikit terkait apa sih flashdisk bootable itu? Sederhana saja bahwasanya. Jika diartikan per-kata maka boot: proses scan yang dikerjakan komputer sebelum memasuki sistem operasi. Sedangkan, able: mampu/dapat. Sehingga yang dimaksud dengan flashdisk bootable ialah flashdisk yang mampu melaksanakan proses booting oleh komputer, dikarenakan telah berisi metode operasi di dalamnya. Anda ingin tahu cara menciptakan flashdisk tersebut? Yuk, baca hingga habis.
1. Kunjungi Situs Rufus dan Download
Pertama, kunjungi situs web resmi Rufus. Pilih model yang Anda perlukan. Saya sarankan untuk memilih versi terbaru: 3.1, 3.2, 3.3, 3.4. Saat postingan ini ditulis, Rufus telah mengeluarkan versi 3.5. Tidak perlu cemas dengan size software satu ini. Hanya berukuran 1 MB. Sangat ringan dan efisien. Download Rufus 3.5 Portable tersebut.
2. Buka Aplikasi Rufus
Kedua, silahkan kalian buka aplikasi Rufus Portable. Cukup klik dua kali sampai timbul mirip ini. Pastikan cuma satu flashdisk yang tertancap di laptop Anda, biar tidak gundah. Sehingga Rufus akan otomatis mendeteksinya.
Software Portable
Inilah faedah kalau kita mengunduh software model portable (arti portable: gampang dipindah/dibawa/diangkut). Kita tidak butuhrepot untuk melakukan instalasi lagi di PC. Cukup klik dua kali, otomatis terbuka. Lalu, apa arti gampang dibawa tsb.? Software portable tadi mampu kalian laksanakan melalui flashdisk. Tanpa perlu kita copy ke local disk PC. Makara, sungguh hemat ruang memori di PC kan?
Tapi harus diakui bahwa software portable juga terdapat kelemahan. Apa itu? Salah satunya, terkait pembaruan atau update software. Berbeda dengan software bukan portable. Di mana jika update, hanya memerlukan sedikit size yang harus didownload. Jika software portable, harus download lagi software portable terbaru dari awal. Kalau software portable seperti Rufus tidak masalah (hanya 1 MB). Lalu, bagaimana dengan software portable: Adobe Photoshop, Illustrator, dan sejenisnya? Loh ada kah? Ada dong. Itu sizenya rata-rata >= 1 GB. Kalau ada model terbarunya, kita mesti download lagi dari permulaan dengan size segitu atau lebih. Sekarang kita lanjut ke panduan di bawah.
3. Cari File ISO di PC
Ketiga, kita akan mencari file ISO dari Windows 10. Caranya dengan klik SELECT, semoga muncul jendela untuk mencari file ISO tersebut. Kebetulan aku akan menciptakan flashdisk bootable dengan tata cara operasi Windows 10 di dalamnya. Maka, hal penting yang harus disiapkan yakni file ISO dari Windows 10 tersebut. File ini adalah yang paling penting dari proses keseluruhan. Lalu, bagaimana cara menerima file ISO tersebut? Kalian mampu mendatangi website si empunya Windows: Microsoft. Atau bisa dengan memasukkan kata kunci “Download Windows 10”. Beberapa situs web di page one, sudah menyediakan untuk Anda. Bahkan Microsoft pun berada di urutan pertama pada halaman satu tersebut. Berikut tautan untuk mengunduh file ISO Windows yang Anda inginkan:
4. Klik Dua Kali File ISO
Keempat, cari file ISO Windows 10. Kemudian, pilih & klik Open. Atau, mampu dengan klik dua kali.
5. Klik Start untuk Memulai Proses
Kelima, berikut performa ketika file ISO sukses masuk ke Rufus. Kalian boleh mengikuti pengaturan seperti di bawah, kalau bingung. Jika telah yakin, kalian bisa klik START.
Keenam, akan timbul peringatan. Bahwa flashdisk Anda akan diformat. Kaprikornus tentukan apabila ada data penting di dalamnya, secepatnya dipindahkan atau diback up.
Ketujuh, proses pengerjaan flashdisk bootable akan berjalan. Tunggu sampai selesai.
Kedelapan, kalau tampilan Rufus mirip ini. Berarti proses pembuatan bootable Flashdisk telah selesai.
Fungsi dari Komponen di Rufus
Paragraf ini boleh di-skip jikalau kalian sedang buru-buru. Ini hanya pelengkap saja di artikel ini. Saya ingin menerangkan secara lengkap terkait unsur Rufus. Kalian boleh mengamati gambar di bawah supaya lebih mudah memahaminya.
a. Device: di situ akan tertera nama device yang terbaca oleh Rufus. Kaprikornus, bila ada satu flashdisk yang tertancap pada PC. Maka, Rufus akan mendeteksinya dan masuk ke menu Device itu. Sekaligus size dari ruang device tersebut akan terbaca.
b. Boot selection: ini akan membuktikan file yang sudah berhasil dipilih lewat tombol SELECT di sebelahnya. Jadi, jika file iso Windows telah sukses di-select. Maka akan tertulis di situ keterangan dari file iso tersebut.
c. Image option: ada beberapa pilihan. Supaya gampang kita menggunakan instalasi persyaratan untuk Windows. Instalasi ini akan membuat lebih mudah dikala kita melaksanakan install ulang Windows. Biasanya diawali dengan setting timezone.
d. Partition scheme: MBR dan GPT. Ini yaitu dua jenis partisi. Namun, MBR lebih familiar dibanding GPT. Ada yang ingin tau terkait dua partisi ini? Jika ada, aku ingin memaparkan secara singkat.
- MBR : Singkatan dari Master Boot Record, kenapa aku bilang lebih familiar? Karena MBR merupakan tata cara partisi jadul. MBR sudah ada dari lama bersamaan dengan adanya legacy BIOS firmware.
- GPT : Singkatan dari GUID Partition Table. Ini adalah sistem partisi modern di periode sekarang. Tujuan dikeluarkan GPT untuk menanggulangi kelemahan dari MBR.
Perbedaan Sistem Partisi MBR dan GPT
- MBR hanya mampu mendukung kapasitas penyimpanan (harddisk) sampai 2 TB. Sedangkan GPT jauh-jauh lebih besar pemberian kapasitasnya, yaitu sampai 9 ZB (1 ZB = 1 Miliar TB). Bagaimana sahabat-teman? Saya langsung tetap merekomendasikan MBR jikalau kapasitas harddisk tidak meraih ukuran 2 TB. Sehingga jauh lebih efisien dalam pemanfaatan sistem partisi.
- MBR hanya dapat menciptakan 4 partisi primary. Seperti yang kita pahami saat melakukan install Windows. Di sana ada pengaturan partisi. MBR cuma memperbolehkan pembuatan 4 primary partition. Jika ingin lebih, silakan buat logical partition. Sedangkan GPT memperbolehkan pembuatan hingga 128 primary partition. Ini asing sih. Saya pribadi mungkin belum memerlukan partisi sebanyak itu. Justru sayang sekali jika memakai GPT tetapi cuma 4 partisi yang dipakai. Selalu sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
- MBR memberi berita terkait lokasi file system hanya di sektor pertama pada harddisk. Sedangkan GPT melaksanakan multiple penyimpanan. Istilahnya seperti mempunyai cadangan beberapa kali. Sehingga mampu mengantisipasi bila terjadi kerusakan file atau corrupted.
e. Target system: pilih BIOS karena hampir sistem PC memiliki BIOS. Tetapi di sana tertulis UEFI juga. Sebenarnya apa sih keduanya? BIOS atau UEFI adalah sebuah jenis firmware yang ditanam pada chip ROM di PC. Sebelum kita bahas perbedaan keduanya. Sebenarnya fungsi keduanya sama persis. Apa itu? Yaitu menjembatani antara hardware dengan software (sistem operasi). Jadi kita bayangkan ketika PC hidup pertama kali. Ada proses memasuki merek PC >> Sistem Operasi (Windows/Linux). Di situlah fungsi BIOS atau UEFI saat melakukan pekerjaan . Di mana menghubungkan hardware dan software supaya mampu dipakai oleh manusia. Supaya lebih terang mampu mengamati gambar yang aku buat ini.
Perbedaan dari BIOS dan UEFI
- BIOS hanya mendukung kapasitas penyimpanan (harddisk) optimal 2 TB. Sedangkan UEFI sangat mendukung kapasitas lebih dari 2 TB. Jauh lebih besar dari BIOS.
- BIOS hanya mendukung tipe partisi MBR. Sedangkan UEFI sangat mendukung tipe partisi GPT dan MBR.
- BIOS biasanya diterapkan pada laptop/PC usang (rentang 2015 ke bawah). Sedangkan UEFI biasanya diterapkan pada laptop/PC keluaran modern (Harus Menggunakan OS Terbaru: Windows 8/Windows 10).
- [Pengalaman pribadi] saat saya intall OS dengan flashdisk bootable yang sasaran sistemnya BIOS. Tetapi kebetulan laptop tersebut keluaran modern (UEFI). Kemungkinan akan ditolak oleh laptop tersebut. Bahkan aku tidak mampu melakukan instalasi OS.
- BIOS hanya menerima input dari keyboard. Ini dia kelemahan BIOS yang paling terlihat. Berbeda dengan UEFI yang sudah mendukung touchpad, mouse, bahkan touchscreen. Sehingga akan jauh lebih gampang dalam mengontrol keperluan di UEFI dibanding BIOS.
- UEFI jauh lebih user friendly kalau dibandingkan BIOS yang memakai mode tolok ukur layar biru dengan tulisan hitam/putih.
- Jika Anda menggunakan UEFI + GPT akan membuat lebih mudah pengguna dikala ingin menciptakan dual boot atau triple boot. Namun, jika dipraktekkan pada BIOS yang mempunyai keterbasan dalam pengaturan partisi primary. Itu akan sedikit repot dalam menertibkan partisi untuk dua OS atau tiga OS sekaligus.
Penutup
Oke, itu ia cara memakai Rufus dengan gampang. Jika ada yang membingungkan, silahkan tinggalkan komentar. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa!
Baca juga:
- Cara Install Windows 10 Lengkap dengan Langkah-Langkah Praktis
- Cara Install (Ulang) Windows 8 dengan Flashdisk Tanpa Kehilangan Data
- Cara Lengkap & Praktis Install Linux Ubuntu, Mint untuk Pemula
Sumber mesti di isi