Inilah Cara Kerja Blockchain Yang Belum Banyak Diketahui

Pertama kali saya kenal ungkapan blockchain ialah ketika ada seorang teman menghubungi aku dan minta tolong dibuatkan blog yang dihubungkan dengan platform steemit. Dia sedang study di mancanegara, dan mengatakan bahwa dari platform steemit inilah ia bisa menerima duit.


Awalnya saya kira steemit ini pakai system seperti Google Adsense, tetapi ternyata enggak. Steemit menggunakan suatu system yang disebut dengan perumpamaan blockchain.


Memang sih sebetulnya saya enggak perlu mendalami apa itu blockchain untuk berbagi beliau blog dan mengaitkannya dengan akun steemit. Karena ada plugin yang disediakan untuk menghubungkan blog dengan steemit.


Namun, rasa penasaran aku ternyata mendesak batin untuk mempelajarinya. Ya, walaupun hingga kini belum bisa menjadi expert mengerti blockchain, tetapi saya merasa bersyukur kenal dengan system ini.


Sumber gambar: pexels.com

Bahkan sesudah saya berhasil menolong sobat berbagi blog dan mengaitkan dengan akun steemit, lalu saya ikut menjajal menciptakan akun steemit. Gara-gara rasa penasaran tadi itu, saya ingin mengenali lebih jauh bagaimana kegiatan sobat-sobat blogger di steemit.


Memang mulanya agak sakit kepala memahami sistemnya, tapi lama kelamaan juga mampu enjoy. Ketika itu aku baca beberapa postingan ihwal blockchain. Sekadar ingin tahu bagaimana system kerjanya. Karena kabarnya system blockchain ini ada relevansinya dengan duit elektronika yang umum aku dengar dari sahabat-sahabat blogger. Yang paling popular dan sering jadi bahasan sobat-teman ialah Bitcoin.


Saya memperhatikan aktivitas dari keduanya (steemit dan bitcoin) sama-sama mengandung unsur transaksi mata duit elektro. Sebuah mata duit yang enggak punya bentuk fisik. Melainkan semacam file yang mampu disimpan dalam databased computer.


Jika selama ini kegiatan transfer duit melibatkan Bank selaku pihak perantara, maka berlawanan halnya dengan mata uang elektronik. Bisa jadi tidak melibatkan bank selaku mediator. Karena dengan system blockchain memungkinkan perubahan denah transfer duit.


Karena blockchain diciptakan agar membuat lebih mudah seseorang untuk bertransaksi tanpa melalui mediator. Sehingga prosesnya lebih singkat, enggak butuh ongkos mahal, dan dibentuk agar lebih aman dari pada transaksi yang dijalankan melaui bank.


Sekilas memang rasanya enggak percaya. Karena kita sama-sama tahu bahwa system perbankan begitu besar lengan berkuasa mengontrol system keuangan. Hampir di semua aktivitas ekonomi selalu melibatkan bank sebagai penyelenggara system keuangan. Atau jikalau enggak, ya minimal system manajemennya diadopsi untuk mengelola keuangan.


Maka masuk akal jikalau di permulaan kedatangan teknologi blockchain tahun 2009, dikhawatirkan akan ada ketakutan dari instansi perbankan. Karena system yang ada pada teknologi blockchain memang sangat berlawanan dengan yang ada di perbankan.


Baca juga: 6 Wallet Bitcoin yang Populer dan Terpercaya


Pada teknologi blockchain, system basis data lebih terbuka dan terdesentralisasi. Sehingga mampu diakses siapa pun. Selama seseorang terkoneksi internet, mereka mampu mengakses blockchain. Karena pada prinsipnya blockchain yakni suatu basis data global online yang memerlukan terusan internet untuk membukanya.


Mungkin bakal ada yang mencurigai terkait system keselamatan system ini, namun beberapa ulasan tentang blockchain rata-rata memberi jaminan bahwa teknologi blockchain ini aman. Di sana dikatakan bahwa kunci kemanannya terletak pada jumlah pengguna blockchain. Semakin banyak penggunanya, sistemnya semakin kondusif. Karena kian susah diretas.


Dari referensi tersebut diterangkan bahwa teknologi blockchain ini seperti buku kas induk di bank yang mampu mencatat semua transaksi yang dijalankan oleh nasabah. Semua kegiatan transaksi direkam secara rincian, diumumkan dan diverifikasi. Kemudian rekaman tersebut akan dikombinasikan dengan catatan transaksi lain. Kumpulan rekaman transaksi ini lalu diklasifikasikan menurut kronologi dan dijadikan satu, dikunci.


Dari kegiatan penguncian inilah kemudian istilah “Block” disematkan. Memang jumlahnya banyak sekali, karena dikelompokkan menurut kronologis. Sehingga databasednya berisi block-block yang terkunci dan berkaitan. Dari sinilah lalu disebut dengan istilah Blockchain.


Menariknya dari system blockchain ini yaitu semua penggunanya bisa melihat semua transaksi yang terjadi. Berbeda halnya dengan system perbankan, di sana cuma pihak berwenang saja yang diperbolehkan untuk melihat dan memeriksa transaksi yang tercatat pada buku kas induk.


Cara Kerja Blockchain


Syarat pertama semoga system blockchain ini berlangsung yakni ada beberapa orang sebagai pengguna. Minimal lebih dari tiga orang. Beberpa orang yang terdaftar selaku pengguna ini nantinya membentuk sebuah jaringan blockchain.


Ketika akun para pengguna ini diaktifkan, mereka memiliki folder masing-masing pada databased system. Folder ini nantinya sebagai kawasan untuk menyimpan data yang berbentukfile-file dari semua kegiatan pengguna. Jadi folder itu bukan cuma menyimpan rekaman data pemilik akun saja, melainkan juga menyimpan data kegiatan yang dilaksanakan oleh orang lain dalam jaringan blockchain.


Ketika salah seorang dalam jaringan blockchain hendak bertransaksi, maka akan ada pemberitahuan terhadap akun yang yang lain. Masing-masing akun akan menilik terkait informasi jumlah nomina yang mau ditransfer, lalu memeriksa kecukupan saldo yang dimiliki oleh pihak yang akan melakukan transfer.


Jika saldo mencukupi, maka masing-masing folder pengguna akan mencatat kegiatan transaksi tersebut. Transaksi dikatakan selesai jikalau data-data trnasaksi sudah final dicatat.


Tentu hal ini cuma teladan dari satu aktivitas transaksi. Padahal kita sama-sama tahu kalau keperluan untuk transfer itu enggak cuma sekali. Bisa jadi dalam beberapa ahad akan terjadi transaksi berkali-berkali. Apalagi kalau pemilik akun adalah orang yang aktif di dunia online marketing.


Makara, setiap kali ada acara transaksi, maka system blockchain berjalan. Satu akun yang hendak bertransaksi menginformasikan ke akun lain, sedangkan akun lain dalam jaringan blockchain akan mencatat kegiatan transaksi tersebut.


Hingga pada batasan tertentu, folder-folder itu akan penuh lalu akan dibuat folder baru lagi.


Nah, sebelum data transaksi tersebut disimpan dalam folder, data tersebut dikunci atau disegel memakai kode unik yang akan menciptakan siapa pun enggak mampu mengganti datanya. Baru lalu data tersebut disimpan ke folder-folder pengguna dalam jaringan blockchain. System penyegelan inilah yang menjadi inti dari tata cara blockchain.


Sumber gambar: pexels.com

Lalu bagaimana perihal system keamanannya?


Sabotase yang terjadi pada system blockchain akan sangat mudah terdeteksi. Hal ini karena ada compact string yang dibuat menggunakan data yang diambil dari block sebelumnya. Fungsi ini dilaksanakan oleh hash kriptografi yang ada di dalam block-block tersebut yang membentuk suatu jaringan.


Dengan hash kriptografi ini memungkinkan setiap block mampu melakukan verifikasi integritasnya masing-masing. Sehingga validitas dari block sebelumnya dapat ditegaskan. Dari rangkaian system ini saja kita sebagai pengguna telah diyakinkan dengan ketatnya tata cara yang dilaksanakan. Apalagi ditambah dengan system desentralisasi dan system kunci yang membuat siapa saja enggak mampu mengganti data.


Jelas sekali system tunjangan kriptografi canggih ini bisa menjadi jaminan doktrin bagi pengguna. System ini pula yang kemudian dinilai bisa mempertahankan privasi pengguna.


Contoh Penerapan Teknologi Blockchain


Ada beberapa acuan penerapan teknologi blockchain yang bisa kita lihat. Menariknya lagi ternyata di Indonesia pun beberapa startup dibangun dengan teknologi blockchain. Siapa saja mereka?


Pundi X adalah satu startup karya anak negeri yang dibangun dengan memakai teknologi blockchain dan cryptocurrency. Pundi X menhadirkan produk mesin kasir yang diberi nama Pundi X POS. menurut beberapa berita, produknya berbentukkartu duit elektronik dan aplikasi dompet digital.


Startup ini tergolong gres, diresmikan tahun 2017 di Indonesia. Namun, pemasaran produknya lebih banyak dijalankan di luar negeri. Hal ini disebabkan alasannya pemerintah Indonesia masih belum mengizinkan penggunaan cryptocurrency untuk transaksi keuangan.


Baca juga: Harga Bitcoin Makin Menggila. Sudah Saatnya Kita Investasi di Cryptocurrency?


Makara semacam ada benturan regulasi yang memaksa start up ini menentukan pasar di mancanegara.


Startup lain yang juga menggunakan teknologi blockchain adalah Indodax, atau sebelumnya diketahui dengan Bitcoin Indonesia. Startup ini mulai dirintis tahun 2013 dan telah memiliki pengguna aktif sekitar 750.000 orang setiap harinya.


Startup ini menawarkan akomodasi yang memungkinkan penggunanya untuk mampu memasarkan dan berbelanja duit digital. Produk uang digital yang disediakan antara lain mirip Bitcoin, Ethereum, dan Ripple. Uniknya kita enggak mesti membelinya memakai mata uang dollar, melainkan mampu memakai Rupiah atau Bitcoin.


Konon kabarnya startup Indodax ini bisa memfasilitasi transaksi Rp. 100 miliar. Keren, ya?


Nah, itulah beberapa hal menawan ihwal blockchain. Memang belum begitu familiar di pendengaran masyarakat Indonesia, tetapi ternyata banyak startup berbasis blockchain dari Indonesia. Seharusnya kita turut gembira dengan prestasi para founder startup tersebut.


Secara enggak pribadi, mereka telah menolong pergerakan ekonomi di Indonesia, bahkan dunia. Tentu banyak orang sudah dimudahkan dalam bertransaksi atas kedatangan aplikasi yang mereka buat. Bahkan beberapa pihak mungkin juga diuntungkan secara finansial oleh adanya aplikasi tersebut.


Kita mampu menyontek semangat para founder tersebut untuk menawarkan kesempatanyang kita miliki. Setidaknya turut berperan dalam membangun perekonomian lewat cara-cara yang kita bisa.


Semoga berguna dan terima kasih. [SNs]


 



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama