Membuat Produk Digital : Tell Your Stories, Impress Your Customer!

Pernahkan anda minum wine? Konon, minum wine ada seninya. Saya sendiri bukan penggemar wine. Pernah sih minum, tetapi terus terperinci saja, rasanya tidak menciptakan saya berkesan. Tetapi untuk beberapa orang, wine adalah gaya hidup. di Medio tahun 2000an, hampir setiap restoran yang bangun di Jakarta selalu menyediakan wine. Saat itu, minum wine menjadi hits.


Georg Riedel bukan lah pembuat wine, tapi perusahaannya membuat gelas premium untuk minum wine (selain beliau juga menciptakan gelas scotch, whiskey bahkan untuk espresso atau water goblet). Bermacam gelas dia hasilkan dengan segala keindahannya. Selama bertahun-tahun, Riedel dan staffnya yakin, bahwa proses menikmati minuman, akan jauh lebih lezat bila dipadukan dengan gelas yang pas. Thomas Mathews, dari Majalah Wine Spectator; mengamini dogma Riedel itu. Jadinya, jutaan penikmat wine yakin, kalau minum dengan gelas produksi Riedel, bahkan wine murah, rasanya jadi yummy. Kenyataannya, penelitian di Amerika dan Eropa menerangkan bahwa sangat sulit membedakan rasa wine walaupun diminum dengan dua gelas yang berlainan. Scientifically, double-blind test (tes dgn mata tertutup) tentang wine, bahkan tidak menemukan perbedaan rasa yang signifikan, mau diminum dengan gelas lazimatau dengan gelas mahal.


Photo by Joopey
Photo by Joopey

Riedel, buat aku, bukanlah pembuat gelas wine biasa. Dia yaitu seorang marketer sejati. Riedel sudah berhasil memasarkan gelasnya dan bernilai total juta-juta dollar kepada pecinta wine kelas atas. Dan lebih dari itu, Riedel adalah story teller. Menceritakan kepada dunia betapa gelasnya sangat bermutu. Dan yang lebih penting lagi, people believe it. Marketing, apparently, makes wine taste better.


Pernah mendengar produk digital berjulukan : The Truth About Abs? (Note : bukan affiliate link. Ini hanya acuan salah satu Sales Page-nya). Produk tutorial fitness ini sungguh fenomenal. Produk yang terdaftar di Clickbank ini telah beberapa tahun menjadi ‘Top selling product’. Pemiliknya, Mike Geary, adalah pemerhati dan pelaku fitness. Dirinya mengklaim memang mencintai fitness dan olahraga. Sama dengan Riedel, buat saya Mike Geary yaitu seorang marketer sejati. A story teller. Dua tahun lalu, dalam wawancaranya dengan fourhourworkweek.com , Mike memastikan bahwa pendapatannya, dari Truth Abut abs, yaitu sebesar 1 juta dollar sebulan. Yep, sebulan.


Baik Riedel atau Mike, sudah dengan berhasil menceritakan apa yang pelanggan mereka mau. Walaupun demikian, story teller mirip mereka, tetap mesti membuat produk yang mereka punyai sehebat mungkin, dan yang terpenting : merefleksikan apa yang selalu mereka cintai selama ini. Pekerjaan mereka dikerjakan dengan hati. Penuh passion. Cerita yang mereka bawakan, bisa jadi bukan yang pertama, tetapi mereka berupaya untuk menjadi se-autentik mungkin.


Membuat produk apa saja, baik digital atau bukan, akan lebih ‘menggigit’ dengan story yang benar. Khusus untuk produk digital, menimbulkan diri kita sebagai story teller lebih gampang daripada produk offline. Ini dikarenakan pembeli tidak memiliki potensi untuk bertemu dengan kita secara langsung. Kita bisa menjadi apa saja. Produk kita bisa sungguh imajinatif. Sungguh tanpa batas.


Kebanyakan kita berpikir, untuk produk digital, seberapa elok kita bercerita akan tercermin pada Sales Page. Berhari-hari kita menciptakan Sales Page yang mampu menarik minatdan keinginan visitor untuk membeli produk yang kita jual. Karena terlalu fokus terhadap Sales Page, Opt In bahkan kepada Action Button(ngutak-atik kata-kata yang mampu mengkonsumsi banyak waktu), kita menjadi lupa beberapa hal penting yang harus ada ketika membuat produk digital. Di bawah ini ialah hal-hal yang harus menjadi perhatian saat kita akan membuat diri kita menjadi ‘story teller’ dan memasarkan produk kita :



  • Sangat elok bila kita memang membuat produk atas nama diri kita sendiri. Artinya kita bisa membranding diri kita sendiri dengan segera. Banyak sobat-sobat aku yang mempunyai produk sendiri, khusus untuk pasar lokal. Keunggulan produk yang kita tulis sendiri adalah bahwa kita tidak butuhmembangun apa yang ada di sekeliling kita. Facebook, twitter dan berbagai sosial media yang ada dan kita punyai sudah merefleksikan diri kita. Produk-produk internet marketing yang dijual di WSO misalnya.



  • Banyak juga teman-sobat yang mempunyai produk digital bukan atas nama dirinya sendiri. Atas nama ketidakpedean dan atau impian untuk menuai dollar dari pasar luar, maka dibentuk produk digital berbahasa inggris. Niche yang diambil lazimnya yang memang bukan bidangnya. Seperti health, diet, atau bahkan IM. Satu hal yang kadang-kadang dilupakan yakni bahwa ‘author’ imitasi yang dipilih mesti dibuat sedemikian riil. Sempatkan untuk menciptakan facebook fans page, atau bahkan akun facebook untuk authornya. Sesuaikan semua kisah dengan apa yang ada di produk anda. Kalau perlu buat twitter pribadi juga atas nama author artifisial tersebut. Dijaman seperti ini, visitor mampu langsung googling setiap nama yang muncul di halaman sales page. Pastikan semua terintegrasi dengan baik sebelum anda launch produk. Integritas produk anda dipertaruhkan.



  • Banyak yang bilang Sales Page yang baik adalah sales page yang bertulisan panjang. Ini sepenuhnya mitos. Beberapa produk yang ber-gravity tinggi di ClickBank justru hanya menampung satu video saja, tanpa text sama sekali. Mau panjang atau pendek menurut aku tidak penting, tetapi justru yang penting yaitu bagaimana anda mampu ‘bercerita’ dengan sudut pandang yang unik mengenai produk yang anda punyai. Saya menyebutnya sebagai emotional connection. Rata-rata produk dengan niche diet atau health memakai ‘fear factor’. Ketakutan pelanggan akan menjadi renta, atau menjadi keriput, atau menjadi jelek alasannya adalah perut buncit. Tidak perlu panjang, namun sudut pandang mesti sempurna. Testimoni yaitu keharusan. Ini menjadikan dongeng kita lengkap.



  • Perhatikan bounce rate di Sales Page kita. Ini sangat krusial. Kalau di Sales Page kita ada 2 video berdurasi 10 menit, sebaiknya bounce rate yang cantik ialah di rata-ratanya. Semakin tinggi rate ini, semakin besar kemungkinan produk kita dibeli sebab itu memiliki arti visitor betul memperhatikan video dan tulisan yang kita buat. Somehow, a story teller harus berhasil membuat pendengarnya menghabiskan setiap dongeng yang dibawakan. Fokuskan kepada dongeng, dukung dengan lingkungan (mesti dikontrol dengan sengaja) – facebook, review yang kita buat sendiri, hingga dengan profil author yang mesti tampakriil. Semua ini yaitu satu paket. Bisnis online sejatinya selalu realtime dan crosschecking. Terkadang kita lupa bahwa pelanggan mampu mengevaluasi semua hal dari produk kita.



  • Jangan pernah melalaikan Facebook Fanpage. Buatlah dengan profesional. Bahkan seorang story teller, semacam Mike Geary, juga tetap membutuhkan pelanggannya bercerita terhadap calon konsumen yang lain. Secara natural, pelanggan kita akan bercerita perihal produk yang mereka pikir anggun kepada konsumen lainnya. Facebook Fanpage yaitu wadahnya. Riedel tidak bermaksud berbohong saat bilang bahwa produk gelasnya akan mampu membuat wine berasa lebih yummy. Tetapi reviewer macam Thomas Mathews-lah yang menciptakan seluruhnya menjadi menyebar. Biarlah pelanggan anda mengatakan satu sama laen. Berikan wadahnya.



  • Secara gamblang Mike Geary bercerita bahwa bisnisnya mempunyai 3 bagian : (1) a fitness information product – berbentukvideo dan ebook – The Truth about Six-Pack Abs – yang telah terjual lebih dari 500,000 copi sejak 2005, (2) mempublikasikan newsletter tentang topik yang berkaitan dengan produknya. Terdapat lebih dari 680,000 subscribers yang ada di listnya. Newsletter ini disokong oleh sebuah situs web dengan konten yang lebih luas, (3) bertindak selaku Media Buyer. Bukan untuk produknya sendiri, tetapi untuk bisnis laen yang sejenis dan lebih besar. Karena Mike berhasil menjinjing traffic banyak, akibatnya dia mampu menerima perlakuan khusus untuk penawaran khusus produknya di backend produk-produk tersebut. Nah, yang menarik dari sini yakni bahwa proses ‘story telling’ kepada konsumen tidak akan mampu langsung ‘boom’ dan menyebar. Memerlukan waktu. Semakin lama akan makin matang. Mike mengurus ceritanya dengan sangat baik. Subcriber yang ada ia manfaatkan selaku penyambung pengecap dengan terus memperlihatkan kisah-cerita yang berhubungan dengan konsisten.



  • Pertajam naluri anda pada ‘harapan’ dari konsumen, bukan kepada ‘kebutuhan’ konsumen. Keinginan itu sungguh subjektif dan dinamis, sedangkan kebutuhan sungguh objektif dan functional. Misalnya gini, kita butuh makan. Tetapi masakan seperti apa, itu merefleksikan keinginan. Kebutuhan bisa dipenuhi dengan barang-barang yang murah dan berdaya guna. Tetapi harapan tidak ada batasnya. Termasuk spending powernya. Ini berarti kemungkinan untuk upselling menjadi terbuka luas. ‘Kebutuhan’ memunculkan pasar yang sungguh sangat luas, sedangkan ‘keinginan’ akan membuat pasar produk kita menyempit. Bahasa aku :  sempit tetapi dalam.


Inti dari tulisan panjang ini yaitu, produk digital membutuhkan ‘story telling’ yang sempurna sebelum diluncurkan. Ini yang membedakan antara marketer hebat dan internet marketer biasa. Dengan cerita yang sempurna, kita akan bisa menjual produk kita bahkan lebih tinggi harganya dari produk lain yang sejenis. Cerita ini tidak mampu berdiri sendiri, harus diintegrasikan dengan kisah-dongeng lain, maka buatlah lingkungan yang mendukung. Seorang teman lainnya sengaja membuat review produknya sendiri sebanyak-banyaknya di internet. Selalu pilih cerita yang pelanggan ingin dengar, jangan membuat cerita yang anda pikir benar. Ini terbukti manjur memajukan kredibilitas produk kita. Selamat menjajal .




Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama