Beberapa negara di dunia seperti Jepang dengan Line atau Amerika dengan WhatsApp boleh membusungkan dada akan aplikasi berbasis chatting yang mereka miliki. Namun Korea Selatan selaku negara dengan negara yang memliki teknologi yang terbilang cukup berkompetisi di antara negara maju lainnya tidak mau kalah dengan merilis aplikasi chattingnya sendiri dengan menciptakan KakaoTalk. Aplikasi ini sungguh terbilang sukses dengan melakukan invasi ke pengguna smartphone dengan penyajian sampai 93% pengguna berdasarkan riset dari Nielsen. Dengan populasi pengguna ponsel pintar di Korea Selatan yang terhitung cukup banyak ialah 73% yang artinya 34 juta penduduk korea menggunakan KakaoTalk, dan secara global penggunanya mencapai 130 juta pengguna. Angka sebesar itu tidak lepas dengan invasi mereka yang lumayan banyak ke beberapa negara di Asia. Negara seperti Vietnam, Thailand, Indonesia dan Malaysia memang sudah menjadi basis bisnis baru untuk KakaoTalk semenjak setahun yang lalu. KakaoTalk Co-CEO Sirgoo Lee, mirip dikutip Bloomberg mengatakan bahwa mereka mencari pasar dimana aplikasi lain tidak mendominasi, namun perkembangan smartphone di negara tersebut cukup pesat. Beda negara beda pula strategi, itu lah cara yang dipakai oleh Lee untuk menginvasi negara-negara tersebut.
Banyak pola perbedaaan yang cukup besar, mirip Indonesia dan Malaysia, walaupun sama rumpunnya tetapi kebudayaannya cukup banyak berlainan. KakaoTalk mencoba untuk beradaptasi dengan kebudayaan di tiap untuk dibuatkan stiker/emoticon dan beberapa produk yang lain untuk dijual. Salah satunya yaitu menciptakan iklan dengan artis setempat. Sudah banyak cara yang KakaoTalk kerjakan demi diterima oleh pasar pengguna ponsel pintar setempat. “Warna kuning kami amat diterima di Korea Selatan. Namun di Indonesia mungkin sukses memakai warna oranye. Maka kami ubah warna ke oranye sehingga user interface-nya kian berbeda” sambung Lee. Sesudah menerima 130 juta pengguna, pemasukan KakaoTalk diperkirakan akan meningkat hingga meraih angka US$ 200 juta. Naik sangat cukup signifikan jikalau dibandingkan dengan tahun kemudian yang menandakan angka US$ 42 juta dengan profit US$ 6,5 juta.
China masih menggungguli dengan aplikasi chatnya ialah WeChat. Total 230 juta pengguna telah diraih oleh WeChat secara global. Ditambah dengan Amerika yang mempunyai WhatsApp dengan total 400 juta pengguna. Tidak sampai disitu, aplikasi jejaring sosial lainnya mirip Facebook dan Twitter pun mulai ikutan andil dalam persaingan di mobile messaging. Perbedaan kultur atau budaya masih menjadi pertimbangan bagi KakaoTalk untuk mengeluarkan modal dalam rangka berkompetisi disana. Kebudayaan yang rumit menimbulkan biaya penjualan yang melambung juga. Kita tunggu saja apa agresi yang mau dijalankan oleh KakaoTalk untuk merebut pasar dan mengungguli persaingan untuk menerima pengguna terbanyak.
Sumber mesti di isi