Review Dan Sinopsis Film Harry Potter And The Goblet Of Fire


Harry Potter and The Goblet of Fire adalah sekuel keempat dalam franchise terkenal Harry Potter hasil penyesuaian dari novel best-seller karya J.K Rowling. Film ini menikmati kesuksesan yang hebat di kancah box office dengan menghasilkan 896 juta dollar di seluruh dunia, dan membuatnya selaku film terlaris pada tahun 2005.



Atas keberhasilan yang diraih oleh film ini, The Goblet of Fire kemudian masuk nominasi di ajang Academy Award tahun 2006 untuk klasifikasi Best Art Direction, dan memenangkan BAFTA Award dalam klasifikasi Best Production Design. Pada situs Rotten Tomatoes, The Goblet of Fire mendapatkan rating 88% berdasarkan 255 ulasan, dengan nilai 7.44/10, serta di situs IMDB film ini sukses meraih nilai 7.7/10.



Sinopsis



Sinopsis




Harry Potter bangkit dari mimpi buruknya, dimana beliau menyaksikan seorang laki-laki bernama Frank Bryce terbunuh setelah melihat Lord Voldemort bersekongkol dengan Peter Pettigrew. Setelah dari itu, Harry bareng dengan Ron, dan Hermione menghadiri pertarungan Piala Dunia Quidditch antara Irlandia dan Bulgaria.



Pada dikala pertandingan berjalan, para Pelahap Maut alias Death Eaters tiba-datang meneror kamp, dan membakari semua tenda yang ada. Pria yang muncul dalam mimpi jelek Harry sekilas muncul di lokasi tersebut, dan melepaskan Dark Mark (Tanda Kegelapan) selaku simbol dari Voldemort ke langit-langit.



Ketika mereka semua kembali ke Hogwarts, Albus Dumbledore memperkenalkan Alastor "Mad-Eye" Moody selaku guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang gres. Dumbledore juga memberitahukan bahwa Hogwarts akan menjadi tuan rumah Turnamen Triwizard, di mana tiga sekolah sihir bakal berkompetisi dalam turnamen tersebut.



The Goblet of Fire alias Piala Api lalu memilih para juara dari setiap sekolah sihir untuk ikut bab dalam turnamen. Cedric Diggory dari Hufflepuff selanjutnya mewakili Hogwarts, Viktor Krum mewakili Durmstrang Institute dari Eropa Timur, dan Fleur Delacour mewakili Akademi Sihir Beauxbatons dari Perancis.



Akan namun, Piala Api datang-datang menentukan nama Harry Potter sebagai perwakilan keempat. Hal itu pun menciptakan seisi ruangan menjadi kaget karena Harry masih di anak-anak untuk mengikuti turnamen tersebut. Dumbledore pun tidak bisa membatasi keputusan itu sebab Harry sudah terikat persetujuan oleh opsi yang diberikan The Goblet of Fire.



Pada misi pertama, mereka mesti mengambil sebuah telur emas yang dijaga oleh seekor naga. Harry berhasil mengambil telur itu yang berisi info ihwal tantangan kedua. Di misi kedua, keempatnya mesti menyelam ke bawah air untuk menyelamatkan seseorang yang berguna bagi mereka.



Untuk misi yang terakhir, mereka mesti mendapatkan Triwizard Cup, yang terletak di suatu labirin. Harry dan Cedric kemudian berhasil mengalahkan Fleur, dan Viktor, serta menjangkau piala itu secara bantu-membantu. Piala tersebut ternyata ialah Portkey, yang mampu membawa mereka ke tempat tertentu.



Harry dan Cedric kemudian berada di sebuah kuburan, dimana ternyata Peter Pettigrew tengah menanti kehadiran mereka. Pettigrew kemudian membunuh Cedric, dan berhasil menghidupkan Lord Voldemort, yang lalu pribadi mengundang para Pelahap Maut.



Voldemort kemudian menantang berduel dengan Harry untuk menerangkan bahwa beliau adalah penyihir yang paling andal. Pertarungan keduanya berlangsung cukup sengit, namun Harry berhasil melarikan diri memakai Portkey. Suasana senang menjadi duka dikala siapa pun mengetahui bila Cedric sudah meninggal, dan Harry pun menginformasikan Dumbledore bahwa Voldemort kini telah kembali lagi.



Turnamen Triwizard yang Mendebarkan



Turnamen Triwizard yang Mendebarkan


Dalam The Goblet of Fire, Harry Potter (Daniel Radcliffe), yang sekarang berusia 14 tahun telah dipilih secara misterius untuk menjadi satu-satunya kontestan di anak-anak pada Turnamen Triwizard. Ia dan Cedric, yang sama-sama dari Hogwarts, mesti berkompetisi dengan Viktor Krum, serta Fleur Delacour untuk misi-misi yang sangat berbahaya.



Pada tantangan pertama, Harry serasa berada dalam arena gladiator penuh kerikil, dan beliau harus mengecoh naga besar untuk mengambil telur emasnya. Adegan tersebut kemudian diperlihatkan sebagai sebuah duel yang cukup mendebarkan, dan asyik untuk ditonton.



Harry yang terperangkap oleh semburan api dari sang Naga tersebut sukses melompat keluar menaiki sapu Quidditch miliknya. Dalam suatu adegan yang intens, Harry terbang di udara sembari dikejar-kejar oleh Naga, yang nampak terlihat marah kepadanya.



Duel yang disajikan pada bagian permulaan film ini pribadi menghentak, dan menjadi pembuka yang bagus dalam menggambarkan betapa bahayanya Turnamen Triwizard. Selanjutnya, misi di bawah air pun tidak kalah mendebarkannya dengan yang pertama. Harry pun berhasil menyelamatkan Ron, sekaligus Gabrielle, adik wanita dari Fleur Delacour, yang gagal menyelesaikan misinya.



Semua misi yang dihidangkan dalam Turnamen Triwizard terasa menegangkan lewat intensitas bahayanya masing-masing. Tetapi, misi terakhir menjadi bagian yang paling miris, dan juga mengenaskan, dimana sang Dark Lord Voldermort berhasil dibangkitkan kembali oleh Pettigrew, serta Cedric Diggory harus tewas pada babak simpulan tersebut.



Masih Tetap Intens dan Ajaib



Masih Tetap Intens dan Ajaib


Harry Potter and The Goblet of Fire diarahkan oleh seorang sutradara asal Inggris bernama Mike Newell, dan skenarionya masih ditulis oleh Steve Kloves. Newell, tidak seperti sutradara Alfonso Cuarón, yang menggarap The Prisoner of Azkaban sedikit lebih gelap. Di film ini, dia kurang terasa menawarkan aliran emosional pada jalan ceritanya, namun tetap mengasyikkan dirasakan sampai alur film tamat.



Di segi lain, sajian turnaman Triwizard yang ditampilkan rasanya cukup megah dengan duel intens yang memacu ketegangan. Semua babak pada turnamen tersebut dipentaskan lewat set piece yang mumpuni, dan mencapai puncaknya di bab akhir persaingan. Turnamen Triwizard secara tidak pribadi memastikan ketangguhan Harry ketika berada dalam tekanan, termasuk dikala berhadapan dengan Voldemort.



Selain itu, trio sobat Harry Potter, Ron Weasley, dan Hermione Granger di film ini tetap tampil apik, dan sering kali membuat geregetan bagi kita yang menontonnya. The Goblet of Fire juga masih membawa aura magis yang kuno sekaligus menggagumkan lewat ilmu-ilmu sihir yang dipertontonkan. Film ini memang tidak kelam mirip film sebelumnya, tetapi masih sangat memikat alasannya adalah eksekusinya ceritanya tetap memuaskan.



Pada sekuel keempat ini, The Goblet of Fire menawarkan menu mencengangkan karena kedatangan Lord Voldemort, yang bersiap kembali untuk meneror dunia sihir Hogwarts. Sementara itu, pemeran Brendan Gleeson, sebagai profesor Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, Alastor ”Mad-Eye” Moody, berhasil memberikan penampilan yang menggelikan sekaligus intimidatif di balik bola mata palsunya.



Kemunculan Voldemort yang Sensasional



Kemunculan Voldemort yang Sensasional


Sudah tidak mampu disangkal lagi kalau Lord Voldemort atau sering disebut dengan inisial “You-Know-Who” ialah sosok penyihir kejam yang tak kenal ampun. Kemunculan perdananya di layar penuh dalam Harry Potter and The Goblet of Fire ini langsung memberikan aura ancaman yang berbahaya. Kehadirannya itu lumayan, dan menyertakan atmosfer film ini makin jauh lebih menantang.



Sosok Voldemort sendiri diperankan oleh pemain film Inggris Ralph Fiennes. Karakter jahat ini digambarkan dengan kepala pelontosnya, dan tampaktidak mempunyai tulang hidung. Sebagai seorang yang keji, ia juga menjadi pemimpin Death Eaters alias Pelahap Maut. Pada pertemuannya dengan Harry di ketika Cedric tewas, Voldemort nampak jauh lebih besar lengan berkuasa, dan menunjukkan potensi bahaya yang angker.



Ralph Fiennes mengatasi sendiri penampilan jahatnya sebagai Voldemort dengan sangat bagus. Untungnya juga, adegan epiknya itu bisa disajikan sarat sensasional, dan menyeramkan. Kemunculannya di hadapan Harry secara tidak eksklusif menentukan bahwa beliau timbul kembali, dan makin kuat untuk menebarkan ketakukan di dunia sihir Hogwarts.



Pada karenanya, dengan hadirnya Lord Voldemort di film ini memang harus diakui yakni momen yang sangat berkesan. Lewat auranya yang sangat jahat, Voldemort juga yaitu salah satu abjad villain fiksi yang ikonik, dan terkenal di seluruh dunia. Harry Potter and The Goblet of Fire pun berikutnya tetap dirasa mumpuni selaku salah satu franchise film Harry Potter yang mempunyai jalan dongeng yang menawan.



Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama