Review & Sinopsis Harry Potter And The Philosopher's Stone


Harry Potter yaitu film fantasi perihal para penyihir muda yang niscaya menemani banyak kurun kecil orang-orang. Film yang diangkat dari dari novel J.K. Rowling pada tahun 1997 ini akhirnya dijadikan film pada tahun 2001. Film yang berhasil ini berhasil meraup sampai $974 juta di box office pada penayangan di seluruh dunia.



Harry Potter ialah anak yang selamat dari pembunuhan oleh “He Who Must Not Be Named”. Diperankan oleh Daniel Radcliffe, Emma Watson dan Rupert Grint, Harry Potter and The Philosopher’s Stone adalah dongeng permulaan kehidupan Harry Potter. Rotten Tomatoes menunjukkan rating 81% dari 200 reviews dan menerima banyak penghargaan film.



Kira-kira bagaimana nih cerita kehidupan Harry Potter di tahun pertamanya bersekolah di Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry. Cek info lengkapnya di bawah ini.



Sinopsis






  • Tahun Rilis: 4 November 2001

  • Genre: Fantasy, Fiction, Mystery

  • Produksi: Warner Bros. Pictures, Heyday Films, 1492 Pictures

  • Sutradara: Chris Columbus

  • Pemain: Daniel Radcliffe, Rupert Grint, Emma Watson



Kisah ini diawali dengan bayi Harry yang di sengaja ditinggalkan di depan rumah kerabatnya oleh Profesor Dumbledore, Profesor McGonagal dan Hagrid. Keanehan muncul saat Harry bersama keluarga pamannya Vernon dan Petunia Dursley sengaja berkunjung ke kebun hewan. Harry tidak sengaja menyadari bahwa beliau dapat berbicara dengan ular dan membuat beling penghalang ular itu hilang.



Hingga sebuah hari Harry mulai mendapatkan surat yang berasal dari Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry. Tak bahagia akan hal ini, Paman Harry membawanya pindah ke daerah antah berantah, tetapi sempurna di ulang tahunnya Harry dijemput langsung oleh Hagrid. Ia menolong Harry untuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk sekolahnya di Diagon Alley.



Harry terkejut ternyata orang tuanya meninggalkan begitu banyak harta untuknya di Bank Gringotts. Selain itu dia juga mengambil suatu barang dari salah satu brankas, menurut Hagrid itu yakni hal diam-diam. Mengingat itu hari ulang tahun Harry, Hagrid memberikannya kado berupa burung hantu. Harry juga membeli tongkat sihir di Ollivander, Tempat dijualnya tongkat shiri.



Uniknya Harry dipilih oleh tongkat khusus yang ternyata abang dari pemilik tongkat itu yang menawarkan dia bekas luka di dahinya. Harry Pertama, Harry berjumpa dengan anak lain yang bernama Ronald Weasley yang identik dengan rambut merahnya. Tak hanya Ron, Harry juga bertemu dengan anak wanita lainnya yang berjulukan Hermione Granger. Meski dikenal selaku “The Boy Who Live” ternyata kehidupan sekolah Harry tidaklah semulus yang diperlukan.



Pasalnya sejak permulaan sekolah, Harry sudah mempunyai musuh yaitu Draco Malfoy yang senantiasa meremehkannya. Belum lagi Harry yang belum terbiasa untuk hidup dan bergaul bareng para penyihir, sampai dia merasa terintimidasi oleh Profesor Snape. Berkat nasehat Profesor McGonagall, Harry sukses masuk ke dalam tim Quidditch Gryffindor selaku Seeker.



Menjadi Seeker termuda, Harry sukses menjinjing kemenangan pertamanya untuk Gryffindor meski dia mesti terluka sebab sapunya disihir oleh Snape. Beralih dari hal itu suatu malam Harry, Ron dan Hermione tidak sengaja masuk ke ruangan terlarang di Hogwarts. Mereka memperoleh Fluffy anjing berkepala tiga yang sedang menjaga sebuah pintu di bawah kakinya.



Hal menakutkan timbul ketika Profesor Quirrell berlari dan berteriak di aula besar bahwa trolls terlepas. Harry dan Ron yang menyadari bahwa Hermione masih di toilet wanita bergegas mendatanginya, namun sang trolls telah berada di sana. Harry dan Ron pun melawan trolls itu berbekal dengan mantra sederhana yang dipelajari mereka.





Harry kesannya menyadari bahwa ada seseorang yang sedang mengincar kerikil bertuah yang pernah beliau ambil bersama Hagrid di bank. Harry berpikir bahwa Profesor Snape berada dibalik hal ini untuk membangkitkan lagi Voldemort. Mereka bertiga kembali ke ruangan terlarang dan melihat bahwa Fluffy tertidur alasannya harpa yang disihir.



Setelah masuk ke ruangan itu mereka di lilit oleh tumbuhan akar sampai melaksanakan pertarungan catur penyihir yang brutal. Namun hal mengagetkan timbul ketika Harry karenanya sadar bahwa bukan Snape tetapi Quirrell yang mencoba mengambil watu tersebut. Di belakang kepala Quirrell ternyata ada tampang Voldemort dan ia mengatakan untuk harry bercermin untuk menyaksikan dimana watu itu.



Saat Harry berbohong, Voldemort menyuruh Quirrell untuk membunuhnya. Namun tubuh Quirrell menjelma bubuk sesudah disentuh oleh Harry. Hingga jiwa Voldemort bangkit dari abu itu dan lari menembus tubuhnya dan beliau pun pingsan. Harry, Ron, Hermione akhirnya selamat dan bisa kembali bersekolah mirip semula.



Dumbledore juga mengatakan bahwa alasan Harry mampu membutuh Quirrell dengan sentuhannya karena cinta. Cinta yang diberikan ibunya untuk Harry dikala menyelamatkannya dari Voldemort lah yang membunuh orang itu. Harry jadinya memiliki keluarga dan rumah barunya saat dia berada di Hogwarts.



Tur Sekolah: Bagaimana Kehidupan ala Pelajar di Sekolah Penyihir





Sejujurnya ini bukanlah kali pertama saya menonton Harry Potter and The Philosopher's Stone. Bisa dikatakan bahwa aku telah menonton film ini lebih dari 10x sejak saya masih kecil. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa film pertama Harry Potter ini memang membuat saya terkesan. Pasalnya film ini sukses memperlihatkan citra bagaimana para penyihir muda hidup dan mencar ilmu.



Saya sangat menyukai bagaimana film ini menjadi tuntunan yang tepat bagi para penontonnya untuk mengetahui kehidupan para penyihir. Film ini betul-betul mengulas setiap detailnya dengan sangat baik dan sungguh terperinci. Pasalnya aku merasa sedang menyaksikan satu sekolah yang sedang mempromosikan acara dan kelas-kelasnya.



Mulai dari Harry yang menyiapkan segala keperluannya, tiba ke bank Gringotts yang dipenuhi dengan goblin arogan. Lalu berbelanja kebutuhan sekolah di Diagon Alley, membeli tongkat sihir di Ollivander, lalu bersiap untuk pergi ke asrama bareng teman-teman di peron 9 ¾. Jujur aku suka bagaimana Chris Columbus memperlihatkan bahwa para penyihir sama-sama sibuknya di tahun ajaran gres.  



Memasuki sekolah, kita dimanjakan dengan banyak sekali pengalaman magical di sekolah yang megah. Langit-langit ruang makan yang terlihat mirip langit sungguhan dengan aksen lilin, dekorasi halloween hingga salju yang turun. Tentu saja setiap sekolah memiliki misteri tersendiri, begitu pula dengan dari Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry alasannya terdapat para hantu yang jenaka.



Jujur saja, Harry Potter and The Philosopher's Stone ini membuat banyak anak pasti ingin menjadi penyihir. Bukan sebab mampu bermain sihir tetapi alasannya bisa bersekolah di sekolah mirip Hogwarts yang terlihat begitu mengasyikkan. Ini sungguh-sungguh bisa membuat belum dewasa kecil mengubah cita-citanya dari polisi atau dokter menjadi seorang penyihir seperti Harry, Ron atau Hermione.



Film yang Banjir Pujian, tetapi Ada Juga Kritik Pedas





Film yang super-super mind blowing ini niscaya menciptakan kalian ingin tau, apakah film ini sukses atau tidak? Jawabannya Harry Potter and The Philosopher's Stone ini berhasil menciptakan banyak orang terpukau. Seperti yang sudah saya katakan di pembuka, film ini mendapatkan rating 81% dari sekitar 200 pengulas film.



Pada umumnya mereka sungguh menyukai bagaimana film ini mampu menunjukkan balance antara visualisasi ala sutradara dengan dongeng di novel. Jujur saya sendiri belum pernah membaca novel J.K. Rowling ihwal Harry Potter and The Philosopher's Stone ini. Tapi dari banyak ulasan lain banyak yang mengatakan bahwa film ini dibuat selaku visualisasi dari novel dan tanpa melenceng dari dongeng aslinya.



Dikutip dari Wikipedia, Todd McCarthy dari Variety mengatakan bahwa film ini memiliki naskah yang bagus. Aktor yang sempurna, serta set, kostum, riasan dan imbas yang cocok. Jeanne Aufmuth dari Palo Alto Online juga menyampaikan, film ini bahkan dapat menawan orang yang sinis selaku penonton di bioskop. Meski begitu beberapa kritik pedas muncul, salah satunya dari Elvis Mitchell dari The New York Times.



Menurut Elvis, film ini seperti terlihat mirip taman hiburan yang melewati kala jayanya. Ia juga menyoroti bahwa film ini kurang mempunyai imajinasi dan huruf lainnya tidak Kuat. Baginya karakter topi seleksi lebih besar lengan berkuasa dibanding pemain yang lain. Ed Gonzalez dari Slant Magazine juga mengkritik bahwa film ini sinematografinya terasa masbodoh dan lembab (menjemukan).



Sebagai film yang diadaptasi dari sebuah novel populer, pasti banyak orang yang mempunyai banyak ekspektasi soal visualisasinya dalam film. Begitu pula dengan film ini, tetapi hal yang perlu dikenang bahwa imajinasi setiap orang itu berlainan-beda. Tapi menurut saya yang belum pernah membaca buku karya J.K. Rowling, film ini memang menghibur dan menciptakan saya sangat terpesona untuk membaca model novelnya.



Campur Tangan Rowling dan Pengertian Columbus





Memakai novel orang lain untuk dijadikan sebuah film, Chris Columbus mampu disebut sebagai sutradara yang pengertian. Pasalnya ketimbang ia menjadi seorang idealis dan menggambarkan dongeng Harry Potter and The Philosopher’s Stone. Columbus justru memilih untuk menjadi sutradara yang memang ingin memperlihatkan visualisasi dari buku tersebut.



Tak heran jika baik Columbus dan Rowling melakukan pekerjaan sama untuk memperlihatkan hasil yang terbaik. Saat Rowling bersikeras bahwa pemain dari film ini mesti berasal dari Inggris, mereka melaksanakan casting terbuka untuk ketiga bintang film. Uniknya tidak cuma naskah dari novel Harry Potter and The Philosopher's Stone yang digunakan untuk casting. Tapi naskah Columbus untuk film Young Sherlock Holmes (1985) digunakan oleh Columbus untuk mencari aktor yang cocok.



Saat itu Susie Figgis ditugaskan untuk mencari talent yang tepat dengan setiap karakternya. Namun hal ini tidak berjalan dengan gampang, bahkan Fingis sempat geram alasannya adalah Columbus. Pasalnya Columbus mengatakan bahwa ribuan anak yang ikut casting “tidak pantas”. Tapi dengan kerjasama tim yang bagus, karenanya mereka memperoleh pemain tetap dari film ini.



Saya sendiri memang jarang memperoleh sutradara dan penulis buku yang mampu berhubungan sebaik Columbus dan Rowling. Bahkan saat Rowling meminta meniadakan adegan yang tidak cocok, Columbus dapat menerima hal itu. Begitu juga saat Columbus terpaksa mesti mengganti sedikit dongeng di film, Rowling tidak mengeluarkan banyak protes alasannya adalah dianggap masih sejalan.



Fakta Menarik antara Buku dan Film yang Dirilis





Dikutip dari Wikipedia, ternyata pembuatan film Harry Potter tidaklah mudah dan sesimpel yang kita duga. Pasalnya beberapa perdebatan terjadi sehabis J.K. Rowling dan Columbus menyelidiki ulang film ini sebelum ditayangkan. Ternyata ada beberapa hal yang memang sengaja diubah dan dihilangkan dari film yang sudah dibuat.



J.K. Rowling sendiri bahwasanya merasa bahagia karena film ini berjalan di jalur yang benar bareng dengan novelnya. Namun fakta lainnya timbul saat J.K. Rowling meminta salah satu adegan pembukanya dihapus. Alasannya alasannya hal ini berlawanan dengan sekuel yang lain dari novel Harry Potter yang belum di rilis.



Hal yang lain adalah abolisi abjad Peeves the Poltergeist yang diperankan oleh Rik Mayall yang tidak pernah ditayangkan. Hal yang lain yakni cerita sudut pandang versi Vernon dan Petunia Dursley yang sengaja tidak dibentuk. Di sini Petunia hanya mengisahkan soal adiknya Lily yang dianggapnya aneh karena bisa melaksanakan sihir pada Harry.



Hal lain yang tidak kalah menonjol yakni lapangan Quidditch yang sebaiknya berupa stadion tradisional menjadi stadion terbuka. Perubahan-pergeseran ini dijalankan agar tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara film dan bukunya. Namun memang tidaklah gampang untuk mengimplementasikan suatu buku dalam film, sebab niscaya selalu saja ada perbedaan.



Salah satu adegan yang diubah dari buku terdapat pada adegan penahan di hutan. Dalam buku Harry dan Hermione ditahan Filch dikala meninggalkan menara Astronomi final jam kerja. Sementara Malfoy dan Neville ditahan alasannya adalah tertangkap oleh Profesor McGonagall di koridor. Dalam film hal ini diubah menjadi, Harry, Ron, Hermione dan Malfoy ditangkap McGonagall dikala meninggalkan gubuk Hagrid.



Mengenal Buku Harry Potter and The Philosopher's Stone





Bagi kalian yang belum tahu, buku pertama tentang cerita Harry Potter untuk pertama kalinya dirilis pada 26 Juni 1997 di Inggris. Uniknya pengerjaan novel ini terjadi pada ketika J.K. Rowling sedang berada di kereta untuk kembali ke London. Dikutip dari Wikipedia, di tahun 1990 datang-tiba saja pemikiran tentang Harry Potter muncul saat beliau berada di kereta sehabis melihat plat di Manchester.



Ia memiliki visual, “seorang anak pria yang kurus, berambut hitam dan berkacamata yang lebih dari seorang penyihir bagi aku”. Berbekal ini beliau langsung menuliskan perihal Batu bertuah di malam yang sama juga. Tidak mudah bagi Rowling untuk merancang buku pertama dari Harry Potter ini, sebab pada awalnya dongeng ini tidak tampakselaku produk jadi.



Namunj, Inspirasi tentang Harry Potter seorang yatim piatu juga timbul saat beliau kehilangan ibunya. Melihat kenyataan ini, Rowling sangat berduka dan merasa sungguh terluka sesudah sepeninggalan ibunya. Untuk menangani rasa sakitnya, Rowling pun memindahkan semua yang beliau rasakan pada huruf Harry Potter. Itulah kenapa Harry Potter di novel ini dikisahkan sebagai seorang anak laki-laki yang yatim piatu.



Proses penulisan novel Harry Potter and The Philosopher’s Stone ini juga membutuhkan waktu yang cukup usang. Faktanya J.K. Rowling memerlukan waktu sekitar enam tahun untuk merampungkan buku ini, hingga bukunya diterima oleh Bloomsbury. Meski pada awalnya buku ini susah dijual, pada jadinya buku Harry Potter and The Philosopher’s Stone ini berhasil di pasaran.



Cetakan pertama buku Harry Potter and The Philosopher's Stone ini dibentuk 500 salinan dan 300 diantaranya di kirim ke perpustakaan. Dulu bukan nama J.K. Rowling yang tertulis, tapi nama aslinya adalah Joanne Rowling. Bukunya juga dicetak dalam bentuk hardback atau yang lebih diketahui dengan sebutan hardcover.



Saya mampu menyampaikan bahwa film Harry Potter and The Philosopher's Stone ini mampu disaksikan oleh bawah umur. Tapi tetap harus dengan pengawasan orang bau tanah, sebab film fantasi ini membuat bawah umur mampu mempunyai khayalan tersendiri. Kaprikornus dampingan orang tua untuk menonton film ini sangat dibutuhkan agar tidak keluar dari treknya sebagai film yang menghibur.







Harry Potter and The Philosopher's Stone






class="rwp-overall-score rwp-only"
style="background: #f67f3e;"
property="reviewRating" typeof="http://schema.org/Rating"
>

7.5 / 10
Bacaterus.com





Rating









Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama