Pada tanggal 14 April lalu, Warner Bros Pictures resmi meluncurkan Mortal Kombat model teranyar. Tidak tanggung-tanggung, film yang diambil dari game bikinan Midway Games ini menghebohkan internet – terutama bagi netizen Indonesia, berkat adanya aksi hebat dari Joe Taslim sebagai Bi-Han atau Sub-Zero.
Namun, bila kamu telah mengikuti timeline franchise film ini semenjak awal, mungkin tidak ajaib apalagi heran, jikalau bahwasanya live action Mortal Kombat sudah usang ada. Bahkan Mortal Kombat versi 1995 ialah pionir dari suksesnya film-film adaptasi game dikala ini.
Bagaimana tidak, keberhasilan Mortal Kombat kurun 90an bisa mengalahkan film adaptasi game sebelumnya, mirip Street Fighter pada tahun 1994. Lalu, memangnya sebagus apa sih Mortal Kombat versi 1995 hingga menjadi film pembiasaan game pertama yang sukses di ranah film Hollywood?
Sinopsis
- Tanggal Rilis: 18 Agustus 1995
- Pemain: Christopher Lambert, Linden Ashby, Bridgette Wilson, Cary-Hiroyuki Tagawa, Talisa Soto, Robin Shou
- Genre: Action
- Sutradara: Paul W. S. Anderson
- Penulis: Kevin Droney
- Produksi: Threshold Entertainment, New Line Cinema
Berawal dari terpilihnya tiga satria handal – Liu Kang, Johnny Cage, dan Sonya Blade yang terpilih oleh Raiden, The Eternal God of Thunder untuk mewakili kawasan asal mereka, ialah Earthrealm bertandingpada turnamen Mortal Kombat. Di mana setiap kubu realm berjuang untuk menang dan berhak untuk menguasai semesta.
Di lain sisi, Outworld yang dilindungi oleh Lord Shao Khan sudah menaklukan Earthrealm berkali-kali. Jika mengungguli turnamen ini untuk ke 10 kalinya, Lord Shao Khan akan menginvasi Earthrealm. Terpilihnya Liu Kang CS pun dibarengi dengan alasan personal masing-masing yang akhirnya bersedia menjadi petarung Earthrealm opsi Raiden.
Di balik turnamen tersebut bahu-membahu terdapat motivasi lain, adalah rasa dendam Liu Kang kepada Shang Tsung yang telah membunuh saudaranya. Sementara itu, ada juga dendam Sonya Blade terhadap Kano dan Johny Cage, Mortal Kombat mampu menjadi pembuktian dirinya selaku petarung sejati dan mematahkan pandangan media mengenai dirinya.
Mereka pun ditempatkan di sebuah pulau untuk mengawali turnamen tersebut, di awal, Liu Kang pun terpaku oleh kehadiran Kitana. Putri Kitana adalah pewaris sah Outworld sekaligus berperan untuk menyekutukan dirinya dengan tentara Earthrealm. Di saat yang sama dia tengah dimata-matai oleh Reptile – yang diutus langsung oleh Shang Tsung.
Liu Kang pun bertarung dengan Reptile. Sementara di waktu yang serupa Sonya Blade bertandingdengan Kano, dan Johnny Cage tidak menyelesaikan tempurnya dengan Scorpion. Liu Kang dan Sonya Blade pun memenangkan tarung pertamanya.
Setelahnya, Liu Kang pun menghadapi pertarungan singkat dan mengungkapkan sedikit tentang pertandingan berikutnya. Mereka pun secara terpisah memperoleh rival selanjutnya, adalah Sub-Zero, dan Goro. Sub-Zero pun ditaklukan Liu Kang. Sementara Art Lean – rekan Johnny Cage, sudah dihantam lebih dulu oleh Goro.
Sonya Blade pun khawatir bila mereka tidak bisa bertarung melawan Goro, meskipun Raiden pun tidak menggubris cemasnya Sonya. Benar saja, Cage pun mampu menghadapi Goro namun sayangnya, momen ini dihalangi oleh niat Shang Tsung untuk menyandera Sonya. Blade pun disandera Tsung ke Outworld.
Raiden pun balasannya menitah Liu Kang dan Johnny Cage untuk menyusul Shang Tsung. Sebelum sampai ke Shang Tsung, Kitana membuka diri untuk bersekutu dengan Liu Kang dan Johnny Cage. Setelah itu Kitana pun membantu mereka untuk menyusup masuk ke Kastil tua tempat Shang Tsung berada, terdapat 3 tantangan yang harus mereka hadapi.
Kira-kira, sehabis Liu Kang dan Johnny Cage sudah tahu masih ada 3 tantangan yang harus mereka hadapi sebelum menenteng Sonya kembali. Bagaimana alhasil nasib dari mereka semua, ya?
Menyenangkan Penggemar Game dengan Memberi Pengorbanan yang Krusial
Seperti video game-nya, Mortal Kombat menyuguhkan ragam aksi martial art yang padat dan brutal. Cerita yang dihidangkan pun condong ringan dan sederhana – suatu turnamen (Mortal Kombat) yang menentukan nasib Earthrealm (bumi) terancam hancur alasannya terjajah Outworld. Harapan Earthrealm berada di tangan tiga petarung yang memiliki ambisi berbeda.
Dalam hal ini, Paul W. S. Anderson dan Kevin Droney sungguh patuh dengan game yang dibuat oleh Ed Boon dan John Tobias. Sepanjang film, kau akan disuguhkan aneka macam macam pertandingan epic, menegangkan, dan memperlihatkan aneka macam macam gaya tarung yang unik.
Sayangnya, demi memenuhi cita-cita penggemar video game ini, tak sedikit yang dikorbankan Paul W. S. Anderson dan Kevin Droney. Sebut saja dari segi pemain film, dan plot. Tentunya, meskipun film ini mendulang keberhasilan yang tinggi, namun untuk mengatakan film ini anggun atau tidak pun rasanya sulit untuk bilang 100 persen cantik.
Pilihan Aktor Bintang yang Sedikit
Film ini digarap di dua lokasi, adalah Los Angeles, AS dan Thailand, yang memang settingnya sangat pas untuk menjadi latar film ini. Dalam persoalan cast pun tidak banyak bintang film terkemuka yang bergabung, mungkin cuma beberapa pemeran saja yang dielu-elukan di film ini.
Sebut saja Christopher Lambert yang berperan sebagai Raiden, sebelumnya sudah terkenal sebab bermain di film Highlander. Selain itu ada juga Talisa Soto yang berperan selaku Kitana, sebelumnya yaitu Bond Girl pada film James Bond – License to Kill. Juga ada aktor Shang Tsung – Cary-Hiroyuki Tagawa, yang sebelumnya pernah bermain juga di License to Kill dan The Last Emperor.
Sehingga trio utama pada film ini cukup terabaikan – pada zamannya. Padahal, mampu saja untuk trio utama film ini (Sonya Blade, Liu Kang, dan Johnny Cage) bisa diberi pada bintang film kenamaan lainnya. Walaupun bahwasanya ini bukan masalah yang krusial, sebab tiga aksara ini telah tampil dengan maksimal.
Selain itu, maksimal bukan bermakna sungguh bagus. Hanya saja, film martial arts ini tidak disokong dengan bintang film yang memumpuni. Sehingga, walaupun sepanjang film dipenuhi dengan adegan agresi yang menegangkan, namun rasanya kurang memuaskan. Bahkan kesannya fight scene yang disuguhkan biasa.
Plot yang Hambar
Yang layak disayangkan yakni plot ceritanya yang sangat sederhana, emosi yang kosong, dan terlalu ingin menunjukkan banyak huruf pada film. Hingga sepanjang film tidak ada scene yang membangun emosi penonton, alasannya sepanjang film yang disuguhkan hanya aksi tarung tanpa adanya obrolan yang membangkitkan emosi.
Jika menyaksikan film ini dari awal, setiap scene menghidangkan aneka macam karakter yang berlawanan untuk dihadapkan dengan trio Earthrealm. Mulai dari Goro, Sub-Zero, dan masih banyak lagi. Namun, sebab banyaknya aksara yang muncul justru membuat esensi cerita dari Mortal Kombat terasa kosong sebab tidak ada scene dialog yang menyeimbangi scene tempurnya.
Lebih disayangkan lagi, dua aksara ikonik dari game Mortal Kombat – Scorpion dan Sub-Zero cuma sebagai pemain selingan saja. Padahal, latar belakang dongeng dari dua rival ini cukup emosional dan berpeluang luas untuk dikembangkan. Sementara di film ini, mereka justru diplot sebagai pion Shang Tsung dan menjadi partner.
Bisa dibilang pengorbanan untuk memanjakan penggemar Mortal Kombat lumayan banyak. Selain plot dan bintang film, pengerjaan yang dikerjakan juga sulit, sehingga eksekusinya kurang membuat puas. Karena huruf Mortal Kombat yang jumlahnya tidak sedikit dan beragam latar belakang, mustahil rasanya mampu dimunculkan banyak dalam satu film.
Dari Segala Kekurangan, Mortal Kombat Masih Sangat Bisa Dimaafkan
Alasan kompleksitas latar cerita game Mortal Kombat pun termaafkan, bila plot yang terbentuk begitu cuek. Lagipula, meskipun film ini dihujani kritik dan meruntuhkan ekspektasi, namun film ini pantas untuk diapresiasi. Pasalnya, Paul W. S. Anderson ini sukses merealisasikan aksara fiksi nan kompleks pada layar lebar untuk pertama kalinya.
Akurasi tampilan pada setiap abjad amat sungguh tepat target, hal ini pastinya menciptakan penggemar game Mortal Kombat merasa dimengerti. Selain itu, film ini terbilang sukses. Berkat Mortal Kombat yang sempat menduduki posisi nomor satu box office AS, Paul W. S. Anderson CS mendapatkan laba sampai meraih 122 juta dollar AS.
Dari segala kelemahan dari Mortal Kombat versi 1995, film ini ialah pionir, di mana pada industri perfilman mulai membuatkan film dari penyesuaian game. Bahkan setelah berhasil dengan Mortal Kombat, Paul W. S. Anderson pun gencar menciptakan proyek franchise Resident Evil dan lanjut proyek teranyarnya Monster Hunter bersama dengan istrinya – Mila Jovovich.
Itu ia ulasan lengkap dari film Mortal Kombat versi 1995. Bagaimana? Cukup puaskah ekspektasimu dengan film ini? Kalau sudah menonton model 1995 dan yang gres rilis 14 April kemarin, kamu lebih senang yang mana? Yuk, share di kolom komentar!
Mortal Kombat (1995)
class="rwp-overall-score rwp-only"
style="background: #f67f3e;"
property="reviewRating" typeof="http://schema.org/Rating"
>
6 / 10
Bacaterus.com
Sumber spurs.com