Pernahkah Anda mendengar ihwal Vexanium ? Apa yang anda pahami wacana Vexanium? Sebuah protokol blockchain karya anak bangsa? Katanya blockchain terdesentralisasi, tapi kenapa ada entitas di belakangnya? Lalu siapa pemilik Vexanium?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita mesti mengetahui apalagi dulu dasar dari protokol ini sendiri. Vexanium ialah protokol blockchain bersifat terbuka yang dipakai untuk menciptakan kesepakatan cendekia (smart contract) dan aplikasi terdesentralisasi (Dapps) di atas jaringannya.
Baca juga: Vexanium, Public Blockchain & Crypto Terbaik Indonesia
Sebagai platform blockchain publik terdesentralisasi pertama dari Indonesia, jaringan blockchain Vexanium diluncurkan pada 11 Juli 2019 oleh Vexanium Foundation (suatu organisasi nirlaba yang sudah didirikan sejak Maret 2018).
Makara gampangnya mirip ini:
Vexanium = Protokol Blockchain
Vexanium Foundation = Organisasi Nirlaba
Vexanium Foundation memang yang meluncurkan protokol tersebut sehingga dapat dipakai secara luas oleh siapa pun yang tergabung dalam jaringannya, tetapi Vexanium Foundation bukan pemilik Vexanium dan tidak melakukan jaringannya.
Sama layaknya dengan jaringan blockchain Bitcoin, Ethereum, dan EOS, blockchain Vexanium tidak dimiliki oleh siapapun atau mampu dikatakan ialah milik semua orang yang tergabung dalam komunitas Vexanium.
Hal ini dikarenakan sifat natural dari protokol itu sendiri, adalah terdesentralisasi, jadi Vexanium Foundation selaku pihak yang meluncurkan jaringan ini pun tidak bisa mengendalikan protokol ini secara sepihak.
Yang melaksanakan jaringannya juga bukan Vexanium Foundation, melainkan para delegasi nodes jaringan yang disebut dengan produsen blok (block producers/BP).
BP ini akan mengontrol metode pada jaringan blockchain. Sebagai perwakilan dari para pengguna, BP bertanggung jawab untuk memvalidasi transaksi, mengurus biaya transaksi, ukuran blok, menjadi saksi transaksi dan lain-lain.
21 BP aktif dipilih melalui votes yang dikerjakan oleh seluruh pengguna secara berkesinambungan. Untuk jasa mereka, BP menerima imbalan koin VEX yang sudah terprogram secara otomatis dengan menggunakan smart contract.
Kaprikornus kesimpulannya yakni tanpa keberadaan Vexanium Foundation, protokol ini akan tetap ada dan jaringannya akan tetap berlangsung sebagaimana mestinya, selama masih ada yang menjalankan jaringannya.
Sumber mesti di isi