Sinopsis Dan Review Film The Lord Of The Rings 3 (2003)


Frodo dan Sam dihentikan menyerah karena perjalanan mereka untuk menuju Mordor hampir sampai. Di segi lain, perjuangan jago tak kalah dilakukan Aragorn, Gandalf, Legolas dan lainnya dikala melawan pasukan Sauron yang seolah tak habis-habis. Masing-masing berjuang sesuai tanggung jawabnya dengan satu tujuan yang sama; menghancurkan cincin Sauron agar tercipta kedamaian antara bangsa-bangsa di Middle-Earth.



The Lord of The Rings 3 atau The Lord of The Rings: The Return of The King merupakan seri terakhir dari trilogy LOTR aba-aba sutradara Peter Jackson. Dibuat menurut novel fantasi tinggi karya J. R. R. Tolkien, dua karya seni ini tampil dengan kedahsyatan yang sama. Baik novel atau film sama-sama meraih keberhasilan besar.



Ingin tahu bagaimana perjalanan akhir Frodo dan karakter lainnya The Lord of The Rings 3? Simak lebih dulu sinopsis dan ulasannya pada postingan ini!



Sinopsis



Sinopsis



  • Tanggal/Tahun Rilis: 1 Desember 2003

  • Genre: Epic Fantasy, Adventure

  • Produksi: New Line Cinema, WingNut Films

  • Sutradara: Peter Jackson

  • Pemeran: Elijah Wood, Ian McKellen, Viggo Mortensen, Sean Astin



Sméagol Trahald (Andy Serkis) dan Déagol Nahald (Thomas Robins) yaitu dua hobit yang berteman baik. Mereka tampaksedang memancing di sungai dengan situasi hati yang besar hati. Pancing Déagol datang-tiba terasa ditarik, beliau pun tercebur ke sungai. Saat itulah ia menemukan cincin di dasar sungai dan membawanya ke permukaan.



Sméagol yang menyaksikan itu merasa tertarik tetapi Déagol tidak memberikan alasannya adalah beliau merasa cincin tersebut ialah miliknya. Kekuatan cincin itu menciptakan keduanya sabung hingga Sméagol tidak mampu menertibkan diri dan mencekik Déagol hingga tewas. Semakin usang cincin tersebut bersamanya, Sméagol merasa ada kekuatan yang mengatur dan memengaruhi dirinya.



Lama-kelamaan, Sméagol berubah bentuk dan kepribadian. Dia bahkan lupa dengan jati dirinya dan hanya yakin bahwa dia yaitu Gollum. Scene berlanjut saat Frodo, Sam dan Gollum melanjutkan perjalanan menuju Mordor. Sebelumnya, mereka sukses keluar dari Gondor berkat sumbangan Faramir (David Wenham).



Selepas mengungguli pertempuran di Helm’s Deep, Gandalf (Ian McKellen), Théoden (Bernard Hill) dan yang lain bergerak menuju Isengard. Di sama rombongan bertemu dengan Merry (Dominic Monaghan) dan Pippin (Billy Boyd) yang sebelumnya dikira sudah tewas. Gandalf dan rombongan juga disambut oleh Treebeard.



Gandalf datang untuk menjajal berdamai dengan Saruman (Christopher Lee) dan akan berusaha memaafkan semua kesalahannya. Namun Saruman menolak dan justru menyerang Gandalf memakai tongkat sihirnya. Beruntung serangan Saruman tidak lagi mempan. Tongkat yang dipegangnya bahkan ikut hancur.



Théoden juga menyampaikan hal yang serupa pada Grima Wormtongue (Brad Dourif) yang turut berada di sana. Namun, Grima tidak mampu banyak bergerak alasannya tubuhnya dikendalikan Saruman. Grima yang kesal hasilnya menghujani Saruman dengan beberapa tusukan dari arah belakang.



Saruman jatuh dari Menara Isengard dan tewas. Nasib Grima tak jauh beda setelah dipanah oleh Legolas (Orlando Bloom). Pippin yang menyaksikan Palantir milik Saruman segera menyerahkannya pada Gandalf.



Warga Rohan kini kembali ke asal mereka. Théoden lalu menyelenggarakan pesta, menjamu para pejuang yang berhasil memenangkan pertempuran di Helm’s Deep. Di tengah pesta, Aragorn (Viggo Mortensen) mengajukan pertanyaan kabar Frodo (Elijah Wood) pada Gandalf, tetapi Gandalf juga tidak mengetahuinya. Namun ia sangat percaya bahwa Frodo masih hidup.



Di daerah lain anggapan jahat Sméagol mulai sering memengaruhinya lagi. Saat Frodo dan Sam tidur, makhluk itu tampakberusaha menerima cincin itu kembali. Sam yang mengetahuinya marah dan menghantam Sméagol. Dia menyampaikan hal tersebut pada Frodo tetapi sang pembawa cincin tidak melaksanakan apa pun sebab masih memerlukan pinjaman Sméagol untuk sampai ke Mordor. 



Sementara itu Pippin yang ingin tau dengan Palantir milik Saruman, berhasil mengambilnya membisu-membisu dari Gandalf. Setelah menyaksikan Palantir, Pippin mendapat penglihatan mengenai satu kejadian menakutkan, adalah eksistensi suatu kota berjulukan Minas Tirith yang sedang dibakar. Dia kemudian menceritakannya pada Gandalf. Akibat hal tersebut Sauron menerka bahwa orang yang menyimpan cincinnya yakni Pippin.



Gandalf lantas membagikan pengakuan Pippin pada yang lain. Dia menyadari bahwa Sauron sedang menyusun planning lain setelah kekalahannya di Helm’s Deep. Sauron juga menyadari bahwa kekuatan lawannya tidak bisa dianggap remeh, sehingga ia berupaya biar seluruh bangsa tidak dapat bersatu dengan menghancurkan mereka satu demi satu.



Théoden tidak menyutujui wangsit Gandalf untuk menolong bangsa lain alasannya adalah dia merasa tidak menerima perlindungan apa pun dari mereka. Mendengar hal tersebut Gandalf lantas menenteng pergi Pippin menuju Minas Tirith supaya bisa terhindar dari serangan Sauron yang bisa kapan saja menyerang Rohan.



Di segi lain bangsa Peri masih berada di perjalanan menuju kehidupan awet. Di dalam perjalanan, Arwen (Liv Tyler) melihat kurun depan. Di sana beliau melihat sang ayah Elrond (Hugo Weaving) menggendong putranya.



Hal ini yang menciptakan Arwen menetapkan kembali ke Rivendell dan meyakinkan sang ayah atas opsi hidupnya. Arwen kemudian meminta Elrond kembali menimpa pedang yang pernah dipakai Isildur untuk melawan Sauron. Cerita berlanjut ketika Gandalf dan Pippin kesannya hingga ke Minas Tirith. Kota tersebut rupanya ialah kota para raja.



Di sana keduanya bertemu dengan Denethor (John Noble), ayah Boromir (Sean Bean) yang merupakan pramusaji kerajaan. Gandalf menyampaikan maksud kedatangannya tapi Denethor menduga dia akan mendapatkan penjelasan tentang ajal Boromir. Pippin lalu menjajal menerangkan akhir hayat Boromir sampai menciptakan Denethor semakin bersedih dan enggan bekerja sama dengan bangsa lain untuk melawan Sauron.



Denethor juga menolak mengakui Aragorn yang hendak mewarisi tahta kerajaan tersebut. Setelah tujuannya tidak sukses, keduanya pergi. Dari kejauhan Gandalf sudah menyaksikan dan mencicipi kegelapan di Mordor. Sauron memang sengaja membuat awan gelap untuk memudahkan pasukan Orc-nya berperang. Pasalnya para Orc tidak suka dengan cahaya matahari.



Di segi lain, Sauron tidak cuma mempersiapkan pasukannya, ia menambah kekuatan dengan menjalin koordinasi bareng Haradrim dan pasukan gajahnya serta Raja Penyihir dari Angmar. Bermodal kekuatan yang berlipat-lipat, mampukah Gandalf dan bangsa-bangsa yang terpecah mengalahkan Sauron? Bagaimana simpulan kisah dari trilogi ini?



Akhir Cerita Perjuangan Melawan Sauron



Akhir Cerita Perjuangan Melawan Sauron


Pembukaan The Lord of The Rings 3 dimulai dengan scene flashback yang menceritakan masa kemudian Gollum sekaligus menawarkan kekuatan jahat yang dimiliki cincin milik Sauron. Betapa benda itu bisa mengganti dua hobbit yang bersahabat untuk berselisih dan mengakibatkan salah satunya tewas.



Cincin tersebut juga mampu mengubah bentuk, menciptakan tampang menjadi buruk rupa; gambaran kekuatan jahat yang dimilikinya. Setelahnya dongeng bergulir dalam beberapa bagian. Masing-masing aksara berjuang, masing-masing memperlihatkan scene-scene dengan imbas CGI yang mempesona.



Anda akan dibawa melihat perjalanan Frodo dan Sam bareng Gollum yang masih harus mencapai Mordor, tepatnya Mount Doom guna merusak cincin Sauron yang menjadi sumber bencana. Bagian lain menawarkan Théoden yang memerintahkan Aragorn dan pasukannya untuk bersiap melawan pasukan Sauron yang tak terhitung banyaknya.



Sebuah perang besar melawan Orc yang jelek rupa, menyimbolkan segala kejelekan di dunia, akan jadi salah satu sajian utama di film terakhir trilogy The Lord of The Rings ini.Cerita dalam film ini secara garis besar menyuguhkan usaha terakhir melawan kejahatan Sauron; perang besar dan kemenangan besar.



Dalam film ini Anda juga akan menyaksikan kembalinya pemegang sah Kerajaan Gondor yang semula menolaknya. Dia ialah Aragorn Elessar. Bagi Anda yang menyukai karakternya, akan ada rasa haru dikala Aragorn dinobatkan secara sah selaku Raja Gondor yang gres.



Karakter Frodo Tepat untuk Film Ini



Karakter Frodo Tepat untuk Film Ini


Keberadaan huruf Frodo yang berasal dari bangsa Hobbit, bersama Sam, Marry dan Pippin rasanya menimbulkan rasa pesimis bagi semua orang yang menonton, termasuk di dalam ceritanya sendiri. Badan mereka yang kecil, mungil, dan tidak dibekali kemampuan memegang pedang atau berperang dianggap tak punya kekuatan.



Terlihat dalam adegan ketika Eowyn mengajak Merry berperang, dia ditentang oleh Eomer dan Théoden sendiri. Sebagai film dengan banyak huruf ahli dan perkasa, kedatangan abjad Hobbit seperti tiba dari dunia lain. Namun, sang penulis novel, J.R.R Tolkien tentu bukan tanpa alasan menciptakan mereka.



Frodo menciptakan jalan dongeng film ini berlangsung lebih emosional. Tubuhnya yang kecil sehingga dianggap tak memiliki kekuatan justru memudahkannya menuju Mordor.



Sementara itu, para abjad jago lain, seperti Aragorn, Legolas, Gimli, Faramir, Gandalf, sampai Galadriel, bertugas ‘menjaganya’ dari belakang lewat pertempuran demi pertempuran menakjubkan melawan pasukan Sauron. Oleh alasannya itu, penciptaan karakter Frodo lengkap dengan sifatnya yang naif dan mudah diperdaya telah sungguh tepat untuk film ini.



Emosional penonton berhasil dipancing-pancing mengikuti kelabilannya. Frodo terasa selaku simbol manusia dan segala kelemahannya yang ingin terus berjuang hingga tamat.



Bersiap untuk Terpukau Selama Lebih dari 3 Jam



Bersiap untuk Terpukau Selama Lebih dari 3 Jam


The Lord of The Rings 3 berdurasi 201 menit atau sekitar 3 jam 20 menit. Sebagai suatu film regular, durasi ini terhitung sungguh panjang. Namun, Anda tidak usah khawatir karena Peter Jackson dan segala kejeniusannya sukses menyajikan tontonan yang mempesona.



Sepanjang film berlangsung, Anda tidak diberi potensi untuk jenuh sebab alur dan tiap-tiap adegan berjalan rapat, padat, runut dan mengagumkan dengan dukungan visual effect yang hebat.



Adegan pertempuran melawan Orc yang menggila, ditambah pasukan gajah dari Haradrim, serangan naga-naga purba dibuat dengan rincian. Belum lagi peperangan di Gondor dan istananya yang megah. Efek-imbas memukau tersebut dipadukan dengan pertentangan tiap karakter yang turut ditonjolkan sehingga film tidak sekadar berisi adegan perang yang super gaduh, melainkan turut melibatkan perasaan serta emosi yang membuat kenyang sebagai sebuah tontonan.



The Lord of The Rings 3 bukan sekadar film fantasi sarat adegan peperangan menawan yang mengandalkan visual effect. Film ini sekaligus memiliki pesan mendalam tentang kehidupan dan kedamaian yang menjadi dambaan banyak orang.



Ia juga menawarkan bahwa pada satu peluang, orang-orang yang dianggap tidak memiliki daya bisa jadi hebat sebab koordinasi dan kekuatan hatinya. Masih tidak kepincut dengan film ini? Jangan hingga menyesal!



Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama