Sinopsis & Review Dark Waters; Aturan, Lingkungan, & Keadilan


Kisah David melawan Goliath yang terjadi ribuan tahun kemudian masih diingat sampai saat ini. Fisik besar Goliath yang di atas kertas akan memenangkan David ternyata bisa diputarbalikan dengan kemenangan David di selesai. Nggak mengherankan bila kisah itu dijadikan penggambaran sekaligus motivasi untuk berani melawan hal-hal yang dianggap tidak mungkin.



Ada banyak parameter yang mampu dijadikan alat ukur sesuatu lebih superior dibanding lainnya. Bisa melalui jabatan, kekayaan atau status sosial. Sisi inferior menganggap dirinya underdog yang tanpa beban tetapi tetap mau berjuang. Hal itu digambarkan dalam film Dark Waters yang mengangkat upaya yang hampir tidak mungkin melawan korporasi besar.



Sinopsis






  • Tahun Rilis: 2019

  • Genre: Legal Thriller, Drama

  • Produksi: Participant, Killer Films

  • Sutradara: Todd Haynes

  • Pemain: Mark Ruffalo, Anne Hathaway, Tim Robbins, Bill Camp, Victor Garber



Robert Billott yakni seorang pengacara di firma hukum Taft Stettinius & Hollister di Cincinnati, Ohio. Dia umummewakili korporasi dalam menangani masalah-kasus aturan. Wilbur Tennant, seorang petani yang mengenal nenek dari Robert, meminta santunan untuk mengusut kasus maut hewan yang nggak terpecahkan di Parkersburg, West Virginia.



Tennant menganggap perusahaan kimia berjulukan DuPont selaku pihak yang bertanggung jawab. Dia pun mengirim beberapa bukti pada Robert. Robert datang ke ladang milik Tennant dan ternyata ada 130 sapi mati dalam keadaan yang nggak wajar. Robert menanyakan hal tersebut pada pengacara DuPont, Phil Donnelly. Phil mengatakan nggak mengetahui mengenai masalah itu tapi berjanji akan membantu Robert sebisanya.



Robert mengajukan gugatan agar mampu menerima berita lebih wacana pembuangan limbah dari DuPont. Upayanya nggak memberi hasil memuaskan setelah limbah itu belum dikategorikan berbahaya oleh pihak yang berwenang. Robert yang bertemu Phil dalam sebuah acara lingkungan menanyakan perihal limbah. Phil nggak menyambut baik upaya Robert dan mereka berkelahi.



Robert mendapatkan limbah buangan DePont mengandung zat yang biasa digunakan untuk membuat teflon dan digunakan untuk membuat alat dapur yang nggak lengket dengan materi makanan. Ternyata DuPont sedang menguji efek dari zat itu selama beberapa dekade dan zat itu mampu mengakibatkan kanker dan kecacatan. Tapi hasil tes itu nggak diungkap ke publik.



DuPont mencampakkan limbah berbahaya ke wilayah penduduk dekat dengan tanah milik Tennant. Limbah itu ialah jenis limbah yang nggak akan hilang serta kian usang akan berakumulasi dan kesannya makin parah. Tennant yang mengajukan somasi menerima saingan dari penduduk lain karena merasa gugatannya itu nggak akan selsai baik. Apalagi yang dilawan yaitu korporasi besar.





DuPont mengajukan upaya hening dengan menunjukkan sejumlah uang untuk Tennant. Robert membujuk Tennant untuk menerima anjuran dari DuPont. Tennant menolak alasannya adalah yang ia kehendaki yakni keadilan. Dia lalu mengatakan bahwa dirinya dan sang istri menderita kanker. Robert pun mengajukan somasi ke Enviromental Protection Agency. DuPont dieksekusi dengan mesti memberi ganti rugi sebesar 16,5 juta USD.



Robert belum merasa puas dengan hukuman yang dijatuhkan pada DuPont karena masyarakatdi Parkesburg akan mendapat efek di kurun depan. Dia menganjurkan semoga masyarakatParkesburg dicek secara medis. Hasil medis itu kemudian dikumpulkannya untuk dijadikan bukti agar para penduduk bisa mengajukan gugatan class-action.



DuPont mengirim surat yang menyatakan bahwa limbah mereka akan tetap ada cuma mereka akan mengurangi jumlahnya. Mereka berjanji akan mengambil langkah-langkah lebih lanjut dalam waktu sebulan. Robert yang nggak puas terus mencari cara agar DuPont mencari cara lain dalam membuang limbah. Bahkan ia mendorong masyarakatuntuk menguji darah mereka agar diteliti lebih lanjut.



Tujuh tahun kasus DuPont belum menemui titik terperinci. Tennant meninggal dan penghasilan Robert menyusut. Pemotongan honor Robert dilaksanakan sebab ia konsentrasi pada masalah DuPont. Kondisi rumah tangga Robert pun mulai terganggu. Bisakah Robert pada akibatnya mengalahkan DuPont? Ataukah kekuasaan DuPont akan terus mencelakakan penduduk?



Visual Dark Waters





Dark Waters menampilkan dua kala sepanjang cerita. Dimulai dari periode 90-an dikala limbah buangan DuPont mulai menarik perhatian Robert. Serta masa 2000-an dikala Robert telah memperjuangkan hak-hak masyarakatlewat jalur hukum. Secara visualisasi, kedua kala tersebut berhasil ditampilkan berbeda dengan transisi yang apik.



Selain visual dua dekade berlawanan, ada juga adegan-adegan yang menunjukkan nuansa kelam. Ada adegan yang memperlihatkan kuburan sapi-sapi yang mati dibakar alasannya keracunan, sapi menggila hingga dampak limbah buangan DuPont pada insan yang menjadikan gangguan pada mata. Adegan-adegan itu menawarkan betapa parahnya akibat langkah-langkah DuPont sekaligus menjadi penggerak yang berpengaruh bagi Robert untuk terus berjuang melawan DuPont.



Mengangkat Unsur Lingkungan dan Hukum





Ada dua komponen yang diangkat ke dalam kisah di film Dark Waters adalah lingkungan dan hukum. Alhasil film ini banyak menyajikan perumpamaan-ungkapan yang nggak umum. Kandungan dalam limbah buangan DuPont yakni PFOA atau perfluorooctanoic acid sering diangkat dari mulai untuk apa biasanya digunakan hingga ke dampaknya.



Dampak pembuangan limbah DuPont membuat adanya penyakit medis bagi penduduk sekitar. Hal itu menyebabkan adanya perumpamaan-ungkapan medis yang disebutkan dalam obrolan namun nggak terlalu banyak. Terlebih dengan adanya adegan yang menerangkan pengaruh medis menciptakan istilah-ungkapan itu relatif mudah dikenali.



Istilah-ungkapan aturan mirip medical monitoring class-action dimasukan dalam film ini. Bagi penonton awam, banyaknya ungkapan yang nggak dimengerti memiliki potensi menjadi gangguan. Tapi, keputusan memakai istilah-ungkapan itu di segi lain sukses menciptakan kisah tampak akurat dari aneka macam sudut pandang ilmu.



Penampilan Mark Ruffalo





Dark Waters mengambil cerita dari cerita kasatmata yang diangkut dalam postingan di koran New York Times. Oleh sebab itu, film ini terasa mirip biopik perjalanan Robert Billott. Di sisi karir, ia mesti berjuang melawan DuPont yang secara kelas berada di atas jangkauannya. Intrik bareng rekan serta konspirasi politik menjadi rintangan yang mesti dilewati oleh Robert.



Secara personal, kehidupan Robert pun terusik. Sang istri, Sarah mulai komplain alasannya adalah Robert nggak punya waktu lagi untuk keluarga saking sibuknya mengurusi masalah melawan DuPont. Selain itu, gaji Robert pun mengalami pemotongan yang juga berimbas pada keterkaitannya dengan Sarah. Karakter Robert yang menjadi underdog melawan korporasi besar ini mampu diperankan dengan baik oleh Mark Ruffalo.



Ekspresinya dikala mulai merasa letih karena upayanya mirip tidak berguna patut diacungi jempol. Terlebih dikala ia terlihat khawatir alasannya adalah ada kemungkinan DuPont menempuh cara keras mirip menanam bom di mobil, Ruffalo bisa menjadikannya terlihat meyakinkan. Di satu segi Ruffalo mampu menunjukkan bagaimana semangat bajanya, di segi lain bisa menciptakan kita merasa simpati.



Secara keseluruhan, Dark Waters merupakan film berdurasi 126 menit yang cukup berat alasannya mengangkat tema hukum dan lingkungan. Tapi kesan berat itu bisa sirna saat menyaksikan perjuangan Robert. Bagi penggemar thriller dengan kisah berat, film kode sutradara Todd Haynes ini terlalu cantik untuk dilewatkan. Cukup menawan buat kau? Ayo bagikan pendapatmu di kolom komentar, teman-sahabat!







Dark Waters






class="rwp-overall-score rwp-only"
style="background: #f67f3e;"
property="reviewRating" typeof="http://schema.org/Rating"
>

8.5 / 10
Bacaterus.com





Rating









Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama