Sinopsis & Review Pride And Prejudice, Cinta Beda Kasta


Elizabeth Bennet ialah anak kedua dari lima bersaudara. Dia suka sekali membaca sampai punya pandangan dan acuan pikir berlainan. Walau tidak menerima pendidikan formal sebab kemiskinan keluarga, Lizzie tetap bisa yakin diri. Hingga sebuah hari dia bertemu dengan pemuda kaya raya berjulukan Mr. Darcy.



Sikapnya sungguh hambar dan kaku sampai mengusik Lizzie dan membuat mereka kerap berselisih. Namun, siapa sangka, Darcy dan segala kelebihannya jatuh cinta pada gadis dari keluarga miskin. Bisakah Darcy mengubah persepsi Lizzie tentangnya? Bisakah mereka bersama menghadapi banyak hal?



Sinopsis






  • Tanggal/Tahun Rilis: 11 September 2005

  • Genre: Romantic Drama

  • Produksi: StudioCanal, Working Title Films, Scion Films

  • Sutradara: Joe Wright

  • Pemeran: Keira Knightley, Matthew Macfadyen, Rosamund Pike, Donald Sutherland



Elizabeth Bennet (Keira Knightley) tampaksedang membaca buku sambil berlangsung menikmati situasi di sekitar rumah. Adik-adiknya, Lydia Bennet (Jena Malone) dan Kitty Bennet (Carey Mullgian) sepertinya sedang berada dalam suasana hati yang bagus alasannya adalah riang berlarian di dalam rumah, mengacuhkan sang kakak Jane Bennet (Rosamund Pike). Rupanya Lydia dan Kitty menguping pembicaraan kedua orangtua mereka perihal seorang pemuda single kaya raya berjulukan Charles Bingley (Simon Woods).



Mrs. Bennet (Brenda Blethyn) begitu bergairah membahas Bingley dan berharap mampu menjodohkannya dengan salah satu putri mereka. Berita baik tiba alasannya pada pesta dansa besok, Tuan Bingley akan hadir. Esoknya semua terlihat bergembira di pesta dansa, apalagi Lydia dan Kitty, sementara Elizabeth dan Jane menikmati pesta dari pinggir.



Tak usang tiga orang tiba dan saat itu juga membuat orang-orang berhenti berdansa. Mereka ialah Caroline Bingley (Kelly Reilly), Mr. Darcy (Matthew Macfadyen), dan Mr. Bingley sendiri. Darcy tiba dengan alis mengkerut sehingga cukup menarik perhatian Elizabeth. Mr. Darcy berpenghasilan 10 ribu per tahun dan pemilik dari separuh tanah di Derbyshire. Orang-orang di sana memberi jalan untuk mereka.



Saat melalui Elizabeth, Darcy sedikit menoleh, tetap dengan ekspresinya yang dingin. Mrs. Bennet tidak membuang-buang waktu untuk mengenalkan putri-putri mereka pada Mr. Bingley dan rombongan. Dia eksklusif membawa Elizabeth, Jane dan Mary Bennet (Talulah Riley) ke hadapan mereka. Kebetulan di sana juga ada Charlotte Lucas (Claudie Blakley), teman Elizabeth dan Jane, yang turut diperkenalkan oleh sang ayah. 



Di antara tiga orang itu, hanya Mr. Bingley yang menyambutnya dengan tersenyum. Jane dan Elizabeth kemudian mendapat kesempatan untuk mengobrol dengan Mr. Bingley. Sejurus kemudian Jane berdansa dengan si cowok kaya raya tersebut. Sementara itu, Elizabeth yang ditinggalkan sendiri berupaya mengajak Mr. Darcy berdansa tetapi ditolak.



Menjauh dari pesta bareng Charlotte Lucas, Elizabeth menguping pendapat Bingley dan Darcy ihwal dirinya dan Jane. Jane disebut selaku wanita tercantik oleh keduanya, sementara Elizabeth dianggap tidak menarik oleh Darcy. Elizabeth dan Charlotte kembali menikmati pesta. Begitu halnya dengan Jane yang masih berdansa dengan Bingley sebelum cowok itu berpindah pasangan ke  Charlotte. Bingley dan Charlotte saling memuji sebelum musik balasannya berhenti.



Bingley kembali memuji Charlotte selaku gadis yang mengasyikkan di depan Elizabeth dan Jane namun Mr. Bennet yang ada di sana menimpali bahwa dia kurang manis dan Jane jauh lebih anggun. Pendapatnya membuat Elizabeth dan Jane merasa tak yummy pada mereka. Lizzie terburu-buru memangkas obrolan sang ibu dan menggantinya dengan topik lain. Rupanya topik tersebut tampak menarik perhatian Mr. Darcy.



Esok harinya topik mengenai Mr. Bingley masih jadi pembicaraan yang hangat di keluarga Bennet. Jane kemudian terlihat menerima surat dari Netherfield Hall yang ternyata yaitu permintaan makan malam dari Caroline Bingley bukan dari Charles Bingley sebab si tuan akan makan malam di luar. Hal ini tampaknya cukup mengganggu Mrs. Bennet.



Jane pun pergi ke kediaman Bingley dan tampaknya cukup lama tinggal di sana alasannya adalah beliau mengabarkan melalui surat bahwa dirinya belum bisa pulang alasannya adalah flu. Lizzie kemudian pergi menyusul sang kakak. Sesampainya di sana, Darcy dan sedang makan dengan Caroline tampakkaget melihat kehadiran Lizzie hingga spontan bangun.





Kini, Caroline, Bingley, Darcy dan Lizzie berada di satu ruangan. Perbincangan perihal perempuan piawai mengalir di antara mereka bertiga sementara Lizzie mendengarkannya sambil membaca. Lizzie menganggap bahwa patokan kecakapan seorang perempuan bagi Darcy terlalu tinggi.



Caroline menimpali dengan syarat perempuan cakap menurutnya, yakni harus pandai bermusik, mampu menyanyi, menggambar, berdansa dan tahu banyak bahasa. Darcy menyertakan bahwa perempuan mahir adalah yang banyak membaca untuk memperbesar pengetahuan. Lizzie yang ketika itu sedang membaca buku secepatnya menutup bukunya.



Dua orang ini mulai sering beradu pendapat. Darcy yang dingin, kaku dan terkesan angkuh mengusik Lizzie. Tak usang, Mr. Bennet dan tiga putrinya lainnya mengunjungi rumah tersebut untuk menjemput Jane dan Lizzie. Selama bertamu, Lydia dan Kitty tetap dengan sikap mereka yang centil sementara Mary lebih membisu. Dia juga tidak begitu suka dengan inspirasi pesta yang mau digelar Mr. Bingley.



Sesampainya di rumah, keluarga Bennet direpotkan dengan kabar kehadiran Mr. Collins (Tom Hollander). Dia yakni saudara jauh mereka sekaligus pewaris rumah yang sekarang ditempati keluarga Bennet. Suasana makan malam dengan kedatangan Mr. Collins terlihat kaku. Lelaki itu tak henti bicara, termasuk tentang Lady Catherine de Bourgh (Judi Dench) yang disebut-sebut sebagai sponsornya.



Cerita berlanjut dikala Mr. Collins jelas-terangan membicarakan calon istri sekaligus menyatakan ketertarikannya pada Jane terhadap Mrs. Bennet. Tanpa basa-kedaluwarsa wanita pertama keluarga Bennet tersebut menyampaikan bahwa putri tertuanya akan bertunangan dengan orang lain. Dia lalu menjodohkan Mr. Collins dengan sang putri kedua, Lizzie, dan disetujui olehnya. Lalu akankah Lizzie juga oke dengan rencana sang ibu?



Kisah Keluarga dengan Lima Anak Perempuan





Premis dalam film Pride and Prejudice (2005) cukup sederhana yakni mengangkat cerita satu keluarga besar yang memiliki lima anak perempuan. Tumbuh dewasa, putri-putri tersebut mulai menghadapi pilihannya masing-masing, tergolong pasangan dan menikah. Berangkat dari sini, kisah dalam film mengalir dengan pertentangan-konflik seputar kebimbangan, penerimaan dan penolakan.



Memiliki lima anak putri di dalam keluarga jadi satu perhatian sendiri, terlebih itu terjadi di masa ke 18. Agenda yang dibicarakan berputar pada rencana perihal perjodohan dan akad nikah. Anda akan diajak menyaksikan kekhawatiran semacam itu di dalam dongeng film ini. Benarkah anak perempuan hanya ‘mampu’ dinikahkan?



Baca juga: Rekomendasi Film yang Mirip dengan “Little Women”



Angkat Tema Perempuan dan Pernikahan





Sepanjang dua jam lebih, Anda akan disuguhi sebuah dongeng yang penuhdengan berita-gosip tentang perempuan, mirip standar wanita yang dinilai cakap oleh orang-orang tertentu, pilihan hidup perempuan dan akad nikah. Pusat dongeng dalam film ini adalah wanita dan dunianya.



Anda akan melihat bahwa lewat film ini kecakapan seorang wanita dinilai dari kemampuan yang didapat dari proses berguru. Pada masa 18, perempuan yang mampu bermain piano, mampu menggambar dan pandai yakni perempuan mahir. Jika tidak menyanggupi hal tersebut, wanita dianggap tidak layak. Standar yang berpatokan pada hal-hal semacam itu masih terjadi sampai sekarang, bukan?



Film ini juga menunjukkan persepsi wanita tentang akad nikah, bahwa prosesi tersebut bisa sangat mendebarkan dan antusias untuk dinantikan, tetapi di sisi lain bisa menjadi bahaya bagi keleluasaan perempuan itu sendiri. Namun, oleh beberapa wanita lainnya, pernikahan juga dianggap sebagai cara untuk menyelamatkan diri dari kondisi yang tidak mengasyikkan.



Penggambaran Karakter yang Cukup Jelas Sejak Awak





Pride and Prejudice (2005) tidak buang-buang waktu untuk sekadar mengenalkan huruf-karakternya. Sejak permulaan film Anda telah dikenalkan dengan para aksara utama yang menonjol. Elizabeth Bennet atau Lizzie ialah anak kedua dari keluarga Bennet yang suka membaca sehingga punya cara pandang lebih luas dibanding saudari-saudarinya yang lain.



Kemudian ada aksara Jane Bennet yang digambarkan berhati lembut, pemalu bahkan untuk mengungkapkan perasannya sendiri. Sementara pada abjad Mr. Darcy, Anda akan mendapatkan pengecualian alasannya adalah character development untuknya sangat menawan. Di permulaan Anda akan digiring untuk berpendapat bahwa Darcy ialah pria yang kaku dan acuh taacuh, namun di pertengahan pandangan kepada abjad ini akan berubah.



Film Romantis Bergaya Victorian





Hal mempesona lainnya dari film Pride and Prejudice (2005) ialah penggambaran situasi era 18 ketika banyak elemen bernuansa Victorian diperlihatkan secara detail. Dibungkus menggunakan obrolan beraksen British yang kental, nuansa Inggris zaman dulu sangat terasa lewat kostum, gaya rambut, gaya arsitektur pada bangunan, lukisan-lukisan megah sampai pola hidup yang sungguh menggemari pesta.



Kisah cinta pada film ini jadi makin terasa romantis pula berkat musik-musik instrument berupa bunyi piano yang dimainkan. Unsur scoring jugaturut membangun kisah romantis antara Lizzie dan Darcy dan itu semua akan menciptakan Anda kian menikmati film ini.



Pride and Prejudice (2005) dengan durasinya yang panjang akan mengesankan Anda secara keseluruhan. Mulai dari jalinan dongeng, huruf-huruf, setting daerah, utamanya bila Anda menyukai film-film bernuansa Inggris tempo dahulu. Pastikan Anda tak boleh melalaikan akting Keira Knightley di sini. Sudah siap melihat cerita cinta Lizzie dan Darcy?







Pride and Prejudice






class="rwp-overall-score rwp-only"
style="background: #f67f3e;"
property="reviewRating" typeof="http://schema.org/Rating"
>

8.5 / 10
Bacaterus.com





Rating









Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama