Sinopsis & Review The Sixth Sense, Anak Pemilik Indera Keenam


Pada biasanya, ada lima indera yang dimiliki insan. Karena itulah disebut selaku panca indera. Kelima indera tersebut yaitu pandangan, telinga, peciuman, pengecap dan peraba. Kelimanya mempunyai fungsi berlawanan yang mempermudah insan dalam menjalani hidup. Tapi ada juga yang diberkahi dengan indera keenam yang mampu melihat mahluk-mahluk nggak kasat mata.



Sebagaimana mempergunakan indera-indera lainnya, pemilik indera keenam pun dapat menggunakan indera spesialnya tersebut untuk tujuan yang kasatmata. Tapi nggak sedikit juga yang justru merasa cemas dan frustasi dengan kemampuan bisa menyaksikan mahluk astral. Seperti seorang anak di film The Sixth Sense. Sinopsis dan review-nya bisa kamu simak di sini!



Sinopsis






  • Tahun Rilis: 1999

  • Genre: Horror, Psychological Thriller

  • Produksi: Hollywood Pictures, Spyglass Entertainment, The Kennedy/Marshall Company

  • Sutradara: M. Night Shyamalan

  • Pemain: Bruce Willis, Toni Collette, Olivia Williams, Haley Joel Osment



Malcolm Crowe yaitu seorang psikolog anak yang bertugas di Philadelphia. Ketika pulang ke tempat tinggal dan bermaksud menghabiskan waktu bareng sang istri, Anna, Malcolm dikejutkan kehadiran seorang pria di kamar mandi. Pria itu menyampaikan bahwa Malcolm gagal menyembuhkannya. Malcolm mengenal laki-laki itu berjulukan Vincent.



Saat itu, kekerabatan Malcolm dengan Anna merenggang sebab terlalu sibuk bekerja. Mereka mulai jarang berkomunikasi serta perlahan-lahan Anna mulai bersikap hambar. Untuk mengobati kesendiriannya, Anna sering memutar video akad nikah mereka. Yang menciptakan Malcolm terganggu yaitu Anna mulai dekat dengan rekan kerjanya.



Pada ekspresi dominan gugur, Malcolm mendapatkan pasien baru berjulukan Cole Sear. Cole masih berusia sembilan tahun. Ibu Cole, Lynn, merasa khawatir sebab anaknya nggak punya kemampuan bersosialisasi dengan orang lain. Hal itu diperparah dengan adanya luka di badan Cole. Ibunya curiga Cole melukai dirinya sendiri.



Cole menyatakan pada Malcolm bahwa ia sering melihat hantu. Hasil evaluasi Malcolm adalah Cole mengalami ilusi. Malcolm mendengarkan rekaman sesi konsultasinya dulu bersama Vincent. Setelah selesai, dia mendengar suara tangisan yang meminta tolong dalam Bahasa Spanyol. Suara itu juga menyatakan bahwa apa yang dikatakan Cole ialah realita.



Malcolm meminta Cole mencari tujuan dari penggunaan indera keenam yang dimiliki Cole. Cole bisa menggunakan kemampuannya berkomunikasi dengan hantu dan membantu menuntaskan dilema mereka yang belum tamat. Cole pada awalnya menolak ajakan Malcolm namun kesudahannya mau menjajal sesudah dibujuk oleh Malcolm.



Pada malam hari, ia terbangun dan memperoleh sesosok hantu yang masih anak-anak. Sosok itu mengeluarkan muntahan dari mulut. Setelah mengetahui identitas hantu itu ialah Kyra, Cole mengajak Malcolm menghadiri pemakaman di rumah keluarga Kyra. Cole menjinjing sebuah videotape dan memberikannya pada ayah dari Kyra.





Di video itu ternyata terekam langkah-langkah dari sang ibu. Sang ibu meracuni anaknya dengan memasukan cairan pembersih lantai ke dalam masakan. Karena tindakannya itu, Cole diberi kebanggaan oleh Malcolm alasannya adalah sudah menyelamatkan adik dari hantu belum dewasa tadi. Seringnya bekerjasama dengan hantu atau orang yang telah meninggal, membuat Cole mengetahui kesanggupan mereka.



Tindakan Cole yang sering berinteraksi dengan hantu menciptakan kemampuan sosialisasinya meningkat. Cole mulai mampu bergaul di sekolah dan mendapat tugas utama untuk pentasdrama sekolah. Merasa masalahnya telah akhir, Cole berpamitan sambil memberi pesan bahwa Malcolm harus mencoba mengatakan pada Anna ketika sang istri tertidur.



Cole pun pergi dengan Lynn. Di perjalanan Cole mengatakan bahwa dahulu ada orang yang pernah meninggal alasannya adalah kecelakaan. Hal itu nggak serta-merta dipecayai Lynn. Bagaimana cara Cole menciptakan ibunya percaya? Apa maksud pesan Cole pada Malcolm? Penggemar dunia supranatural pasti nggak akan melalaikan film ini.



Memasukkan Unsur Drama





Sebagai film horror, The Sixth Sense mempunyai keunikan tersendiri yakni memasukkan unsur drama. Bahkan mampu dibilang drama ini menjadi penopang dari plot utama. Di awal film, kita akan diperlihatkan bagaimana sosok Malcolm ialah sosok dihormati. Bahkan dia diberi penghargaan karena kinerjanya selaku psikolog anak.



Di segi lain, dia pun mempunyai kekurangan. Dia gagal menciptakan Vincent yang ketika itu masih kecil menanggulangi ketakutannya. Nuansa drama lain yang melibatkan Malcolm yaitu keterkaitannya dengan sang istri, Anna, yang memburuk. Punya karir cantik selaku psikolog anak, nggak membuat kehidupan personal Malcolm ikut berlangsung mulus.



Malcolm sempat berpikir untuk berhenti kerja tetapi batal sesudah berjumpa Cole. Cole yang awalnya dikira menderita delusi ternyata benar-benar bisa menyaksikan hantu. Dari segi Cole pun nuansa drama diangkat. Cole merupakan anak yang mengalami perundungan di sekolah serta kesulitan untuk bersosialisasi. Padahal beliau sedang berada dalam masa kemajuan.



Bisa dikatakan, The Sixth Sense ingin menekankan bagaimana persepsi insan daripada hantu. Hubungan Cole dan Malcolm yang semula cuma pasien dan psikolog kian bersahabat. Tujuan Malcolm pun jelas pada Cole ialah ingin membantu menanggulangi panik sekaligus memanfaatkan keunggulan yang dimiliki Cole.



Memberi Sensasi Ngeri yang Berbeda





The Sixth Sense nggak ketinggalan untuk memperlihatkan adegan-adegan horror lewat kemunculan hantu. Hantu-hantu itu timbul di kawasan yang nggak diperkirakan. Hanya saja, dibanding film horror yang lain, sosok hantu di film ini lebih mirip setengah manusia. Justru performa mirip itu yang membuat sosok hantu terasa lebih konkret.



Film ini bukan hanya mengangkat kengerian melalui sosok hantu, ada juga lewat penggambaran kisah yang solid. Adegan Malcolm menyimak sesinya dengan Vincent cukup memberi perasaan nggak nyaman dan menakutkan. Terlebih sesudah mengenali Vincent bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri.



Sensasi menyeramkan yang didapat dikala menonton The Sixth Sense berlawanan dibanding film bergenre sejenis. Tempo yang cenderung lambat justru malah membuat atmosfir menyeramkan. Hal itu disokong oleh penyeleksian set dan tata cahaya yang sempurna. Alih-alih menakuti dengan teriakan, hantu di film ini pun lebih digambarkan dengan minim berbicara dan konsentrasi dengan ekspresinya.



Penampilan Haley Joel Osment





Karakter Cole di film The Sixth Sense diperankan oleh Haley Joel Osment. Osment yang masih berusia sembilan tahun dikala syuting film ini, sukses memperlihatkan tampilan yang prima. Ekspresi ketakutannya dikala mampu melihat hantu begitu natural. Apalagi saat bersembunyi ke dalam tenda berisi patung dari gereja yang sukses membuat penonton berempati.



Bukan hal gampang bagi pemain drama baru untuk melakukan pekerjaan sama dengan bintang film dan aktris senior seperti Bruce Willis dan Toni Collete, apalagi masih berusia anak-anak. Osment berhasil melakukannya. Chemistry antara kekerabatan ibu dan anak bareng Collete bisa terlihat hidup. Pun dikala Osment banyak melakoni adegan dengan Willis. Keduanya memperlihatkan rasa saling mempercayai dan bisa bekerja sama.



Secara keseluruhan, The Sixth Sense bukan film horror yang mencoba menakuti dengan kemunculan hantu. Film ini lebih konsentrasi membangun situasi menakutkan tanpa menjajal menakuti kita selaku penonton. Bisa dikatakan film ini berada di antara horror dan thriller dengan hantu sebagai pelopor ceritanya. Penasaran? Ayo nonton dahulu, lalu bagikan pengalamanmu di kolom komentar!







The Sixth Sense






class="rwp-overall-score rwp-only"
style="background: #f67f3e;"
property="reviewRating" typeof="http://schema.org/Rating"
>

8 / 10
Bacaterus.com





Rating









Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama