Membangun Merek Di Online Market : Ini 10 Hal Krusial Yang Harus Dijalankan

Kita ini adalah merek. Unik. Gak percaya? Hayuk kita runut perjalanan hidup kita deh. Pertama sekali, saya selalu percaya bahwa Tuhan yaitu the greatest marketer of all. Enam milyar produk (baca : insan) lebih diciptakan di dunia ini dan tidak ada satupun yang sama. Ketika kita bekerja keras membedakan, memposisikan dan mengiklankan secara berbeda, Tuhan dengan sungguh jelas menciptakan keunikan masing-masing bayi yang terlahir ke dunia ini. Bahkan, anak kembarpun, tetap ada bedanya.


Terlahir berbeda, ini kata kuncinya. Secara alamiah, orang bau tanah kita juga akan memperlihatkan nama yang berlawanan dengan orang lain. Hanya sebagian sedikit orang renta yang menamakan anaknya sama dengan lainnya, biasanya dengan alasan kekaguman atau sebab mengidolakan seseorang. Seharusnya, idealnya, keunikan ini akan terus ada hingga kita mati.


branding photo
Photo by Jeffrey

Semakin bertumbuhnya kita, merek unik yang kita bawa dari lahir makin pudar. Pengaruh sosial memberikan donasi yang cukup signifikan. Kondisi ketergantungan kepada kehidupan sosial, yang sekarang semakin menjadi dengan adanya sosial media, menipiskan keunikan merek yang kita punya. Sikap iri, dengki dan arogansi mendominasi. Yang ada, merek unik kita menjadi terkotori oleh hati kita sendiri. Yang manis sudah terlahir berbeda; kian besar malah disama-samakan dengan orang lain, ingin bertindak mirip orang lain dan yang lebih parah lagi : ingin menjadi orang lain. Dor! Hilanglah keunikan kita.


Well, merek produk itu sama saja. Kalau analogi atas saya mengambil judul dari insan, produk kita pun sama. Ada yang ingin bikin produk yang serupa dengan produk yang lain? Pasti gak ada. Ketika kita rapat pengembangan produk atau rapat menentukan bisnis pertama, yang dipikirkan yaitu bagaimana produk kita bisa dibedakan dengan lainnya.


Makara, merekpun harus ‘hidup’. Harus bisa mencicipi, berkomunikasi dan berpikir mirip seorang manusia. Jaman sekarang, merek telah bukan lagi hal besar yang mesti dikultuskan, namun justru mesti dilestarikan keberadaannya. Merek tidak lagi mesti jauh dari pelanggannya, atau malah berada di atas awang-awang, tetapi harus akrab dan bangun sejajar dengan penggunanya.


Era Sosial Media


Diakui atau tidak, sosial media membuat seluruhnya menjadi mungkin. Ketika Presiden SBY menciptakan akun twitter @SBYudhoyono dan menggemparkan seluruh bangsa, aku hanya tersenyum. Ini memang dikala yang tepat. Jangankan SBY, semua merek-merek internasional pun ketika ini berusaha mendekatkan diri dengan penggunanya melalui sosial media. Yang mesti dipertanyakan yakni, apakah merek-merek terkenal ini (termasuk individual) mengetahui betul bahwa esensi dari sosial media yaitu keterlibatan, berinteraksi, berkomunikasi dan bercengkrama? Akun sosial media yang hanya menimbulkan isu satu arah, kesudahannya sama saja dengan menara gading. Mereknya bertambah jauh.


Oleh sebab itu, merek jaman kini mesti dikontrol dengan baik. Keunikan merek kita mesti terpancar dari segala hal. Termasuk caranya bergaul, berbicara, berjalan, tidur dan bahkan pada ketika bingung sekalipun. Identifikasi ini, mau gak mau, harus mengaitkan merek kita, secara sikap, dengan kita; manusia. Di abad sosial media ini, hanya merek yang difungsikan sebagai ‘sobat baik’ yang mau berjaya. Merek yang bisa berbicara dengan nada konsumennya, berjalan dengan gaya pelanggannya, dan bergaul dengan sahih.


Berikut ini karakteristik merek yang berhasil di dunia online. Kekuatannya melebihi yang terjadi di offline. Ini dia :


1. Think like humans – Merek kita jangan pernah dianggap sebagai benda mati. Harus terus diperlakukan seperti insan. Bisa berpikir juga. Artinya mesti melek terhadap keadaan sekeliling dan responsif kepada segala bentuk tanggapan dari pelanggan.


2. Care about humans – Merek ada di dalam produk kita. Di dalam diri kita. Jangan berpikir merek hanyalah suatu strategi pemasaran. Merek ini harus menjunjung tinggi rasa cinta dan saling menyayangi. Tidak hanya dengan konsumen, tetapi juga dengan semua stakeholders. Hanya dengan rasa cinta, akan timbul intimacy.


3. Value relationships – Merek yang hidup akan sangat menghargai relationship. Tidak akan pernah kekerabatan baik sebegitu mudahnya ditukar dengan dollar. Persis seperti kita insan, integritas lewat jejaring dan koneksitas komunitas menjadi penting.


4. Listen – Merek akan lebih hidup dari kehidupan jika dengan bahagia hati senantiasa membuka pendengaran. Merek ini akan secara sadar memahami bahwa data analitik website itu sangat penting, namun yang jauh lebih penting yaitu mendengarkan dan mempelajari unek-unek/ kebanggaan pelanggan. Tidak hanya berpikir wacana konversi sales. Di peranan ini, sosial media menggantikan total proses penguatan merek.


5. Talk like humans – Yup. Merek kita harus mengatakan nada bicara yang tepat dengan target market. Berkomunikasi melalui, contohnya : facebook fanpage, ya harus berbicara dengan cara komunitas yang telah dikumpulkan. Intinya ialah bagaimana cara menjadi bab dari konsumen, bukan memisahkan diri. Tujuan kesudahannya ialah interaksi yang cair.


6. Personality matters – Hhhhmm..kita sebagai insan terang mempunyai personality/ kepribadian sendiri-sendiri. Begitu juga brand. Harus mempunyai kepribadian yang besar lengan berkuasa.


7. Show humanism – Penting untuk memberikan bahwa pengelola di belakang avatar twitter atau cover page di facebook yaitu seorang insan. Perkenalkan tim yang mengurusinya. Jangan takut ditinggal fans alasannya ini akan menjadi dikala penting untuk menawarkan bahwa merek kitapun bisa berdansa, bercumbu dan bahkan galau di ketika-dikala tertentu.


8. Make mistake – Well, gak ada manusia yang tepat. Brand-pun demikian. They are supposed to be as humble as can be. Meminta maaf kalau terjadi kesalahan dan memperbaiki. Ini sifat dasar manusia.


9. Keep available – Seperti seorang teman, merek kita harus siap ditelepon/ dihubungi jam berapapun juga. Tunjukkan jikalau merek kita selalu ada untuk konsumen. Bukan cuma menunjukkan kepedulian, tetapi juga empati. Penting.


10. Agile – Dahulu pemahaman merek ialah sesuatu yang statis. sekarang tidak lagi. Merek mesti selalu berevolusi alasannya adalah proses berguru terus terjadi. Bukan memiliki arti kita mesti mengganti merek setiap dikala, tetapi mesti terus menyesuaikan diri denggan lingkungan sekitarnya. Merek yang baik memahami betul kapan harus percaya diri dan kapan mesti menyembunyikan diri. Pasar online, secara natural, jauh lebih gampang untuk memberikan agility dari merek yang kita punya. Di online, semua serba dinamis. Yang diam saja, akan tertinggal jauh.


Ada suplemen? Silakan kita berdiskusi di kolom komentar di bawah ini yuk.



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama