Sinopsis & Review 2:22, Wacana Momen Yang Mungkin Terulang


Manusia pasti pernah mencicipi penyesalan. Ketika penyesalan datang, kita selalu berandai-andai untuk mengubah momen di era lalu. Tentu kenyataan di era sekarang akan ikut berganti. Tapi dengan waktu yang nggak mampu diulang lagi, bayangan-bayangan itu hanya menjadi khayalan walau beberapa orang sukar untuk merelakannya begitu saja.



Film yang salah satu tujuan khususnya selaku hiburan, mampu mengangkat hal-hal yang terasa tidak mungkin dalam ceritanya. Time-loop yang mungkin tidak mungkin di kehidupan positif mampu diwujudkan lewat cerita dan visualisasi yang mempesona. Seperti film 2:22 yang memakai desain time-loop untuk menghentikan peristiwa memilukan. Sinopsis dan review filmnya mampu disimak di sini!



Sinopsis






  • Tahun Rilis: 2017

  • Genre: Science Fiction, Drama

  • Produksi: Lightstream Pictures, Pandemonium Films, Walk The Walk Entertainment

  • Sutradara: Paul Currie

  • Pemain: Michiel Huisman, Teresa Palmer, Sam Reid



Dylan Branson adalah seorang laki-laki yang melakukan pekerjaan sebagai air traffic controller di JFK Airport. Suatu hari, dia melihat berita tentang supernova yang berjarak 30 tahun cahaya mulai bisa dilihat dari bumi. Dylan mendapati mimpi ajaib ihwal pembunuhan seorang wanita yang tewas ditembak di Grand Central Station sempurna pada pukul 2:22 siang.



Beberapa hari kemudian, dikala sedang bekerja, Dylan mulai berhalusinasi dengan melihat konstelasi dan acuan-contoh kehidupan. Ketika beliau terjaga, dua pesawat yang sedang terbang akan bertemu di satu titik yang mampu menyebabkan adanya goresan. Dia pun mengatur planning darurat untuk menghalangi kecelakaan itu terjadi. Dengan ketepatan perhitungan dan waktu, kecelakaan itu mampu dicegah.



Dylan mulai merasa banyak hal-hal yang sama terjadi padanya saban hari. Berkali-kali mendatangi Grand Central Station, beliau selalu menemui orang-orang yang sama pada pukul 2:22 siang. Ada seorang laki-laki yang membaca koran, sepasang laki-laki dan perempuan berpelukan, belum dewasa yang bermain dan seorang perempuan hamil yang bangkit di depan jam besar. Pada jam 2:22, problem listrik akan membuat beling di stasiun pecah.



Dylan kian percaya bahwa insiden-kejadian dalam waktu yang serupa berulang itu bukanlah sebuah kebetulan melainkan suatu acuan. Di tengah kesibukannya, beliau bertemu Sarah, salah satu penumpang di pesawat yang nyaris bertabrakan. Ketika makan bareng , mereka berbicara perihal banyak hal. Salah satunya yakni tanggal lahir mereka yang kebetulan sama. Mereka pun menjalin kekerabatan cinta.



Sarah bekerja di sebuah galeri seni yang pemiliknya adalah mantan pacarnya, Jonas. Jonas masih mengasihi Sarah, oleh alasannya adalah itu dia menunjukkan liontin ketika Sarah berulang tahun. Dylan mengunjungi galeri daerah Sarah bekerja. Dia menyaksikan pertunjukan hologram kota New York buatan Jonas. Pertunjukan itu memperlihatkan Grand Central Station persis seperti mimpinya, ada perempuan tertembak.





Ketika berada di apartemennya, Dylan memperoleh ratusan surat. Surat-surat itu ditujukan untuk Jake dari Evelyn Mills. Dia menyadari bahwa Jake dulu tinggal di apartemen yang serupa dengannya ketika ini. Mengetahui Evelyn di surat adalah Evelyn yang tertembak di Grand Central Station, Dylan melacak keberadaan keluarga Evelyn.



Dylan sukses bertemu dengan adik Evelyn, Catherine. Catherine bercerita bagaimana kakaknya jatuh cinta pada Jake. Keduanya pun tanggal lahirnya sama. Dia bercerita wacana detektif yang memberitahu Evelyn bahwa Jake yakni seorang kriminal. Tapi Evelyn nggak percaya dan berpikir sang detektif, Noah Marks, yang jatuh cinta padanya sehingga ingin menyingkirkan Jake. Noah adalah polisi yang tewas ditembak Jake 30 tahun yang kemudian.



Ada satu hal yang menciptakan Dylan berpikir bahwa semua yang ditemuinya bukan kebetulan. Catherine menggunakan liontin Evelyn, liontin itu sama dengan yang Jonas berikan untuk Sarah. Dylan merasa bahwa supernova menciptakan takdir Jake dan Evelyn terjadi lagi pada dirinya dan Sarah. Dia yakin bila terus berhubungan dengan Sarah, beliau akan membunuh Sarah. Sarah nggak yakin pada teori yang diungkapkan Dylan dan memilih pergi dari Dylan.



Keesokan harinya, di hari ulang tahun ke-30, Dylan menyusun isyarat yang didapatnya. Dia mendatangi galeri Jonas. Dia melihat banyak lukisan yang seperti dengan Sarah. Hal itu menunjukan Jonas terobsesi dengan Sarah. Dia juga menemukan suatu kotak pistol yang sudah kosong. Dia pun bergegas ke Grand Central Station. Siapakah yang akan menjadi Noah? Jonas atau Dylan?



Konsep Time-Loop





Di film 2:22, waktu ialah hal yang paling penting. Ada adegan bagaimana Dylan keluar dari apartemennya untuk beraktivitas, semua dilakukan pada waktu yang sama. Begitu juga dengan orang-orang yang ditemuinya. Semua itu ditampilkan untuk mendukung efek dari supernova yang menciptakan desain time-loop timbul di film ini.



Menuju tamat film, kita akan dihidangkan bagaimana time-loop melakukan pekerjaan pada kisah secara keseluruhan. Cerita mengerucut pada pertanyaan apakah kejadian 30 tahun yang kemudian akan terulang. Ataukah sebab ada time-loop, kisah akan berbeda terlebih Dylan telah mengenali polanya walau beliau masih gundah apakah di masa sekarang beliau yaitu Jake ataukah Noah.



Meski mengangkat hal nyaris tidak mungkin terjadi, film ini menampilkan dongeng yang cukup solid sehingga alur ceritanya mampu gampang diterima oleh penonton. Alur cerita film ini juga disokong oleh visualisasi time-loop yang anggun. Hal ini semakin mempermudah penonton untuk mencerna pesan yang ingin disampaikan melalui film ini.



Baca juga: Rekomendasi Film Tentang Mesin Waktu yang Wajib Ditonton



Drama dan Suspense di Second dan Third Act





Di second act 2:22, komponen drama akan lebih kental dengan memperlihatkan hubungan cinta antara Dylan dan Sarah. Kesamaan tanggal lahir mereka menjadi petunjuk bagi pasangan yang tewas di Grand Central Station yang juga lahir pada tanggal yang serupa. Secara singkat, dongeng cinta Dylan dan Sarah sama persis dengan Evelyn dan Jake.



Supernova menggariskan Dylan dan Sarah untuk mengulangi peristiwa itu. Pertanyaannya apakah hasilnya akan sama seperti 30 tahun yang kemudian? Third act film ini kental dengan suspense. Tiga orang yang tewas di Grand Central Station ialah Evelyn, Jake dan Noah. Ketiganya terlibat cinta segitiga, sama persis dengan kisah Dylan, Sarah dan Jonas.



Yang menjadi pertanyaan yaitu siapa sosok Jake dan Noah di kala sekarang? Terlebih dalam gosip yang diangkut koran di era lalu, Noah diceritakan menyelamatkan Evelyn dari Jake. Sementara berdasarkan Catherine, Jake yakni laki-laki yang dicintai Evelyn dan Noah-lah yang terobsesi pada Evelyn.



Karakter yang Kurang Maksimal





Film 2:22 punya peluanguntuk menjadi film yang menarik dan menyentuh. Sayangnya, eksekusinya kurang optimal. Padahal dari segi visualisasi, hidangan yang ditampilkan cukup menawan. Adegan-adegan yang menandakan konstelasi bintang serta hologram kota New York seolah-olah menjinjing kita pada petualangan yang lebih seru dari rancangan time-loop.



Unsur drama di film ini pun terasa datar. Karakter Sarah yang kurang mendapat pendalaman menjadi penyebabnya. Bukan mempunyai arti kesalahan Teresa Palmer yang memerankannya, namun alasannya adalah naskahnya yang nggak membuat karakternya jauh lebih menjamah. Inti dari cerita ihwal pengulangan peristiwa di Grand Central Station membutuhkan relasi cinta yang lebih emosional namun nggak mampu ditunjukkan dengan baik.



Film 2:22 secara keseluruhan bukanlah film yang memberi hidangan gres. Konsep time-loop dan drama yang di permulaan potensial menciptakan film ini menjadi memorable bergerak seperti menjadi drama romance yang umum. Walau begitu, film ini bukanlah film yang jelek. Apa kamu sepakat? Mari bagikan pendapatmu di kolom komentar, sahabat-teman.







2:22






class="rwp-overall-score rwp-only"
style="background: #f67f3e;"
property="reviewRating" typeof="http://schema.org/Rating"
>

6.5 / 10
Bacaterus.com





Rating









Sumber spurs.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama